Bab 2 Ditinggalkan di Rumah Kosong Tiga Tahun Lamanya
"Kau tak ingin aku kembali?"
Henry berjalan melewati wanita di depannya dan duduk di sofa.
“T-Tentu saja tidak!” Yvonne tersenyum kaku. "Aku hanya kaget karena .... Kau tiba-tiba kembali tanpa kabar ...."
Dalam tiga tahun terakhir, ada saat ketika dirinya menunggu kepulangan Henry siang dan malam. Setelah terlalu sering kecewa, Yvone lambat laut berhenti mengharapkannya.
Tetapi kini, Henry pulang tanpa kabar! Tidak hanya itu, mereka bahkan melakukan hubungan macam itu. Bagaimana Yvone mesti bersikap?!
Yvonne menegang saat ia dengan hati-hati pergi untuk duduk di hadapan Henry, mencoba membiasakan diri menjadi seorang istri lagi.
Namun, pria itu tak mau menatapnya dan tiba-tiba berkata, "Aku akan tinggal di sini mulai sekarang."
"Apa …?!" Yvonne tersedak dan terbatuk sampai-sampai wajahnya memerah sambil menatap Henry tak percaya.
Henry menatap tak senang. Yvone segera menutup mulutnya karena takut mengganggunya.
Sesaat kemudian, Yvone bertanya, "K-Kenapa kau tiba-tiba berpikir untuk kembali?"
“Hmm?” Henry mengerutkan kening dalam-dalam. Bila diingatnya dengan benar, ia adalah pemilik vila ini dan wanita yang duduk di seberangnya adalah istri sahnya.
Dan sekarang, istrinya bertanya mengapa ia ingin tinggal bersamanya.
Terlebih, istrinya bahkan mengira ia adalah si pencuri yang masuk ke rumah tadi malam.
Wajah Henry memelas dan ia meletakkan gelas anggur, kehilangan minat untuk melanjutkan pembicaraan konyol itu. Pria itu bangkit berdiri, lalu berkata, “Sue menyiapkan sarapan sebelum dia pergi. Aku akan mengantarmu ke kantor setelah kamu selesai makan.”
"Ba-baiklah ...."
Yvonne bergidik. Jika bukan karena tampang mengerikan pria itu, ia akan bertanya apakah Henry sakit.
Bagaimanapun, Henry telah meninggalkannya di vila ini tiga tahun yang lalu dan tidak pernah memperhatikannya. Namun, pria itu tidak hanya ingin tinggal di sini tetapi ia juga ingin mengantarnya bekerja. Apa tidak ada yang salah dengannya?
Atau mungkin kah malaikat Cupid akhirnya menyadari keberadaan Yvonne?
“Umm … apakah merepotkan?” Yvone meremas tangannya hati-hati. Mengingat hubungan mereka, bukankah tak wajar bagi Yvone berangkat bekerja dengan diantar Henry menggunakan mobilnya di hari pertama?
“Kau boleh menolak. Aku tidak memaksamu.” Henry melirik dingin ke arahnya.
Yvonne dengan cepat berdiri ketakutan. "Tidak, tidak, tidak! Aku tak bermaksud begitu! Aku hanya mengatakan omong kosong! Beri aku waktu sebentar. Aku segera ganti baju!"
Henry memperhatikan saat Yvonne berlari ke atas dengan tergesa-gesa, lalu dengan cepat turun sambil terengah-engah.
Tanpa menunggu Henry bicara, Yvone memasukkan roti di meja makan ke dalam mulutnya dan memakan semuanya dengan lahap.
Saat ini, ia tidak berani menentang pria itu!
Setelah hampir tersedak batuk dengan sarapannya, Yvone mengambil tas tangannya, mengenakan sepatu hak tinggi, lalu masuk ke mobil yang di parkir di garasi bersama Henry.
Ia duduk di kursi penumpang dan menutup pintu. Aroma parfum lelaki tercium di ujung hidungnya dan membuat jantung Yvone berdebar-debar.
Yvonne sedikit tersipu saat ingatan tentang semalam muncul kembali di benaknya. Jantungnya berdetak lebih cepat dan ia tak berani berucap.
Sepanjang perjalanan, Henry diam tidak berbicara dengannya.
Mereka membutuhkan waktu setengah jam untuk sampai ke kota yang ramai dari vila mereka. Bangunan komersial modern di kejauhan mulai terlihat.
Yvonne mengangkat kepalanya dan melihat ke luar jendela, lalu menunjuk ke persimpangan di depan mereka. “Turunkan aku di sana ya. Perusahaan tempat aku kerja ada di sana."
Yvonne tidak ingin mobil mewah ini berhenti di pintu masuk tempat kerjanya dan menarik perhatian yang tidak perlu dari rekan-rekan kerjanya.
"Di sini?" Henry sedikit mengernyit dan menghentikan mobil di perempatan sesuai permintaannya.
“Terima kasih telah repot-repot mengantarku bekerja hari ini.” Yvonne melepaskan sabuk pengamannya dan segera keluar dari mobil.
"Tunggu."
Pria di sampingnya tiba-tiba menghentikannya.
"Ada apa?" Yvonne berhenti bergerak dan bertemu pandang dengan tatapan dingin pria itu. Ia tidak tahu apa yang Henry pikirkan, tetapi alisnya bertautan.
Mungkinkah ... pria ini telah menyadari kesalahannya yang telah bersikap dingin selama tiga tahun dan hendak menggunakan kesempatan ini untuk meminta maaf padanya?