Terlalu Naif
Perlahan namun pasti, Lita mulai membuka matanya. Dapat ia lihat jika sang suami tengah tertidur di sampingnya. Hari sudah siang. Pantas saja perutnya sedari tadi terus berbunyi berdemo minta diisi.
Wajahnya merah merona tatkala mengingat pertempuran panas mereka tadi pagi. Sosok Daniel begitu beringas dan ganas. Ini pertamakalinya pria itu bermain sangat kasar. Lita akui jika tubuhnya begitu sakit, apalagi bagian intimnya.
Namun, tak dapat dipungkiri jika ia menyukai permainan mereka yang begitu luar biasa. Mungkin ia sekarang suka dengan yang namanya pergumpalan yang memacu adrenalin itu. Bermain kasar bukanlah hal yang buruk. Katakanlah, dirinya memang sudah gila.
Kini, Lita menatap sosok sang suami yang masih tertidur begitu lelap. Diperhatikannya maha karya Tuhan yang begitu sempurna tersebut.
‘Pantas saja aku tergila-gila dengannya sedari dulu. Wajahnya begitu tampan. Tidak ada yang lebih tampan di dunia ini kecuali Om Daniel.’ Mengecup bibir tebal itu sekilas.
Rasanya Lita ingin
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda