Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa
Little WifeLittle Wife
Oleh: Webfic

Lepas Kendali

Di sebuah kamar yang sangat luas. Terlihat seorang gadis tengah mengerjap-ngerjapkan matanya. Sebelah tangannya terangkat memegang kepalanya yang terasa begitu berat. “Apa ini?” Lita mengambil handuk kecil yang menempel di kepalanya. Lita memperhatikan benda itu dengan lekat. Jika diingat kembali, terakhir kali ia tengah menangis di bawah guyuran hujan yang begitu deras tadi malam. Lita juga yakin, jika ia semalaman ini pasti demam. Namun, siapa yang sudah membawanya kembali ke rumah ini? Tidak mungkinkan Daniel. Mengingat pria itu yang tengah bermesraan dengan wanita lain di kamar. Begitulah yang Lita pikirkan. Jika mengingat hal itu, hati Lita semakin sakit saja. Istri mana yang rela jika mengetahui sang suami tengah bermesraan dengan wanita lain. Walaupun pernikahan ini dilakukan karena terpaksa. Ataupun, Daniel sudah lebih dulu menjalin hubungan dengan perempuan itu. Tapi, tetap saja hal itu salah. Perlahan, Lita menurunkan kedua kakinya. Tubuhnya masih terasa begitu lemas. Efek hujan begitu fatal untuk tubuhnya. Jika sampai Mama dan Papanya tahu keadaannya sekarang, mereka pasti sangat cemas. Lita jadi merasa bersalah karena telah sengaja membuat dirinya sendiri sakit dengan hujan-hujanan seperti itu. “Maafkan Lita Pa, Ma.” Pintu kamar pun terbuka. Tampaklah sosok Daniel yang tengah membawa sebuah nampan. Netranya sedikit terkejut melihat Lita yang tengah terduduk di tepi ranjang. “Kamu sudah sadar?” Daniel berjalan cepat ke arah Lita. Lita begitu terkejut melihat sosok Daniel. Jangan bilang jika suaminya yang telah membawa dan merawatnya semalaman. “Om. Kenapa bisa ada di sini?” lirih Lita. Daniel sudah duduk di samping sang istri yang wajahnya terlihat begitu pucat. Bukannya menjawab pertanyaaan Lita. Daniel malah menempelkan satu tangannya tepat di kening Lita untuk memastikan suhu tubuh gadis itu. “Syukurlah, demammu sudah reda.” Daniel menghembuskan nafas lega. Lita mengerutkan keningnya. ‘Dia mengkhawatirkanku?’ ‘Ah, mungkin dia takut aku kenapa-kenapa. Jika hal itu sampai terjadi. Dia pasti akan repot.’ “Bersandarlah. Kamu belum terlalu pulih.” Daniel membawa Lita untuk duduk bersandar. Lita menundukkan wajahnya. ‘Wajah Om Daniel begitu dekat. Aku begitu gugup.’ “Ah iya. Aku sudah membuatkan bubur untukmu.” Menatap Lita lekat. Jujur saja, Daniel begitu sedih melihat keadaan Lita seperti ini. Apalagi, semua ini karena salahnya juga. Andai saja, ia tidak menyuruh Lita membawakan hadiah itu. Pasti, keadaan Lita tidak akan seperti ini. “Om tidak usah repot-repot. Lita baik-baik saja,” ujar Lita begitu pelan. “Aku suapi ya?” tawar Daniel. Refleks, Lita menggeleng pelan. “Tidak. Lita bisa sendiri!” protesnya. Daniel mengambil mangkok bubur itu. Ia tidak mempedulikan protes gadis kecil di depannya ini. Senyum samar menghiasi bibir tebal Daniel. Ia jadi teringat ketika Lita berumur lima tahun. Dialah yang sering menyuapi gadis itu makan karena Calisa yang sibuk mengurus Tanza, adiknya Lita. “Aaaa…” Daniel menyodorkan bubur tepat di bibir Lita. Mau tidak mau Lita pun membuka mulutnya. “Gadis pintar,” ujar Daniel senang. Ia merasa sedang melihat diri Lita yang tengah berumur lima tahun saat ini. Benar-benar menggemaskan. Sepuluh menit berlalu, bubur di mangkok sudah tandas tak tersisa. Daniel pun tersenyum puas, sedangkan Lita menunduk malu. “Cupp.” Daniel mengecup bibir Lita bermaksud untuk membersihkan bekas-bekas bubur yang menempel di bibir gadis itu. Lita mengerjap-ngerjapkan matanya karena kaget. Daniel yang tersadar menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. “Maaf. Aku refleks tadi,” ucapnya tak enak hati. Sebenarnya hal itu memang biasa Daniel lakukan kepada Lita namun, ketika gadis itu berumur lima sampai tujuh tahun. Ia memang mempunyai cara yang unik untuk membersihkan sisa makanan di bibir Lita. Alih-alih mengusapnya dengan tangan. Suasana begitu canggung. Daniel merutuki kebodohannya. Ia yakin, jika Lita saat ini marah dan kesal kepadanya karena sudah lancang mengecup bibir gadis itu tanpa izin. “Aku keluar dulu. Maaf.” Daniel langsung pergi begitu saja. Setelah kepergian Daniel. Lita mengusap bibirnya sendiri. Bohong, jika ia tidak senang. Sedari kecil, kecupan inilah yang paling disukainya dari seorang Daniel. Dirinya bahkan berpura-pura tidak bisa makan dengan benar sampai usia tujuh tahun hanya karena ingin Daniel menyuapinya saja. Lita bahkan tidak peduli dengan omelan sang Mama yang selalu mengatakan jika dirinya terlalu manja kepada Daniel. Lita tidak tau sejak kapan perasaan cinta ini tumbuh kepada seorang pria yang selalu ia panggil dengan sebutan Om itu. Jarak umur mereka sangatlah jauh sekali, sekitar tujuh belas tahun. Awalnya Lita menentang perjodohan tidak masuk akal ini walaupun hatinya begitu berbunga-bunga. Namun, menikah di usia yang terlalu muda seperti ini bukanlah hal yang Lita inginkan sama sekali. Umurnya baru tujuh belas tahun. Ia saja masih duduk di kelas sebelas. Tapi, semuanya terjadi begitu saja. Mereka menikah karena permintaan sang Papa yang sakit keras. Jika pengantin lain menikahnya itu mengenakan gaun pengantin yang begitu indah dan cantik. Lain halnya dengan ia yang hanya mengenakan pakaian biasa. *** Daniel saat ini sudah berada di kantornya. Entah sudah berapa kali hembusan nafas kasar lolos begitu saja dari mulutnya. “Kamu bodoh, Daniel!” erangnya. Daniel mengusap wajahnya dengan kasar. Ia masih begitu kepikiran dengan kejadian tadi pagi. Bisa-bisanya ia mengecup bibir Lita. Mungkin, saat dulu hal itu tidak menjadi masalah. Namun, sekarang hal itu menjadi masalah. Lita adalah bayi yang sudah tumbuh menjadi gadis remaja yang cantik dan bisa dikatakan menggoda. Bagaimana tidak, walau tubuh gadis itu begitu mungil. Namun, tubuhnya sedikit berisi dan memiliki lekukan yang begitu indah. Daniel memijat kepalanya yang sedikit berdenyut. Bayangan tubuh polos Lita masih begitu jelas di ingatannya. Tadi malam, Daniel yang tidak tenang memutuskan untuk pulang. Ia tidak jadi menginap di rumah kekasihnya, Febby. Dirinya bahkan tidak peduli dengan Febby yang marah besar kepadanya. Ternyata firasatnya benar adanya. Ia menemukan Lita pingsan di jalan tak jauh dari rumah Febby. Daniel pun langsung membopong tubuh Lita yang bisa dikatakan cukup berat. Sesampainya di rumah, Daniel langsung membaringkan tubuh itu. Sangat terlihat jika tubuh Lita menggigil. Mau tidak mau, Daniel pun melepaskan seluruh pakaian Lita. Hanya ada mereka berdua di rumah itu. Tidak ada pekerja atau siapa pun. Ribuan kali Daniel terus mengumpat tatkala matanya yang terpejam terus terbuka. Ia tidak tahu mengapa, gairahnya meningkat tatkala melihat tubuh polos itu. Bisa dikatakan jika dirinya hampir khilap. Selama mengenal Angela. Daniel tidak pernah pernah berhubungan lagi dengan wanita manapun kecuali Febby selama lima tahun terakhir ini. Febby sering menggodanya, namun dirinya tak pernah tertarik dan terpancing. Sebatas mereka memang sudah sering berciuman dan tidur bersama. Hanya tidur biasa, tidak lebih. Namun, kenapa jika bersama Lita akhir-akhir ini. Dirinya selalu saja lepas kendali seperti ini.

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.