Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa
Little WifeLittle Wife
Oleh: Webfic

Modus

Semuanya kini tengah berkumpul untuk sarapan. Terlihat jika dua pria itu sudah rapi dengan setelan kemejanya dan Lita dengan setelan seragamnya. Semua wajah terlihat senang hanya gadis yang berseragam SMA itu yang terlihat muram. Suara denting sendok saling bersahut-sahutan. Kedua pria yang sudah tidak muda itu saling berebut lauk yang ada. Aca dan Angela hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah kekanakan bayi besar mereka. Sementara Lita tidak terganggu sama sekali. Ia begiu asyik dengan pikirannya sendiri. Angela memperhatikan Lita dengan intens. Ia tahu jika adik sepupunya itu sedih karena sang suami yang tidak pulang. Angela begitu iba melihatnya. Jika seandainya, ia dan yang lainnya tidak datang. Mungkin saja, Lita saat ini sedang sendirian di rumah. Dan hal itu sangat tidak baik untuk Lita mengingat gadis itu memiliki trauma di masa lalu. Aca juga tak luput memperhatikan Lita yang terlihat sedih. ‘Apa aku bilang saja ya kalau Daniel sebenarnya pulang tapi, pagi-pagi sekali bocah itu pergi.’ Aca merasa sedikit bimbang. Sebab, pagi-pagi buta tadi. Daniel yang tak sengaja berpapasan dengannya memintanya untuk merahasiakan kepulangannya dari siapa saja. Tadi, Aca sempat memberi sedikit pelajaran kepada keponakan kurang ajarnya itu. Namun, karena ia sudah terlanjur berjanji jadi, tak mungkin jika ia memberitahukan semuanya. “Lita,” panggil Angela pelan. “Ah, iya Kak. Ada apa?” sahutnya sedikit gugup karena kepergok sedang melamun. “Cepat dihabiskan sarapannya. Nanti kamu bisa telat ke sekolahnya.” “Biar sajalah. Aku yang akan mengantarnya nanti. Jadi, dia tak perlu naik bus lagi,” jelas Aca. “Tidak usah Bun. Lita naik Bus aja,” tolaknya halus. Lita tidak ingin merepotkan sang bunda. “Tidak apa Lita. Bundamu ini mumpung baik lho. Sayang banget untuk disia-siakan. Jarang-jarang banget lho dia baik seperti ini,” timpal Alex. “Jadi maksud kamu aku ini selalu jahat gitu?!” Aca menatap tajam kepada sang suami. Alex tanpa sadar mengangguk. Karena semua itu memang benar adanya. Aca selalu berbuat jahat kepadanya. Apalagi dalam urusan ranjang. Dirinya lah yang akan tidak bangun dan kesakitan karena sudah dianiaya oleh sang istri. Ibaratnya, istrinya itu telah melakukan KDRT kepadanya pikir Alex yang terlalu berlebihan. “Aww,,,” pekik Alex tiba-tiba. Sang istri menarik telinganya kuat. Semua yang melihatnya meringis tertahan. Mereka sangat tahu jika itu pasti sakit sekali. “Aca, sakit!” rintih Alex. Merasa tidak tega, Aca langsung melepaskan jewerannya itu. Bisa ia lihat jika telinga suaminya begitu merah akibat perbuatannya. Dengan gerakan refleks, Aca membawa kepala suaminya ke dadanya. Diusapnya telinga yang memerah itu. Semua yang melihatnya langsung cengo dengan tingkah Aca yang tidak bisa diprediksi sama sekali. “Maaf ya suamiku. Aku gak sengaja. Aku emosi tadi.” Alex mengulum senyumnya. Jujur, ia sangat suka dengan perlakuan manis sang istri kali ini. Alex yang tidak ingin membuang kesempatan langsung merentangkan tangannya untuk memeluk tubuh Aca tanpa memperdulikan tatapan orang-orang yang berada satu ruangan dengannya. Persetan dengan semuanya. Thomas yang melihatnya hanya bisa mendengus sebal. Ia melirik ke arah sang istri. Angela tersenyum kecil melihat tatapan sang suami. Ia pun merentangkan tangan mengisyaratkan jika sang suami boleh memeluknya. Tentu saja Thomas senangnya buka main. Thomas langsung berhambur ke pelukan Angela. Lita hanya bisa menundukkan kepalanya. Jujur saja, dia sedikit iri dengan dua pasutri itu. Dirinya juga sangat ingin jika Daniel memperlakukannya romantis seperti itu. Tapi, sepertinya itu hanya ada dalam khayalannya saja. Sampai kapanpun, Daniel tidak akan pernah menganggapnya sebagai seorang wanita terlebih lagi seorang istri. ‘Sampai kapan pun, hati Om Daniel sangat mustahil untuk kudapatkan.’ Lita tersenyum getir. *** Di Kantor. Daniel terlihat tidak tenang dan terus kepikiran dengan ucapan sang Bunda tadi. Semua yang dikatakan sang bundanya itu benar adanya. Secara terang-terangan, ia telah melukai hati istri kecilnya itu. Belum lagi, sang bunda berkata jika dia tak sengaja melihat kelakuan laknatnya kepada Lita. “Arghh!” erangnya frustasi. Daniel mengusap wajahnya kasar. “Kenapa sich mereka harus menginap? Dasar pengganggu!” umpatnya kesal. Tak lama kemudian, Zio kini tengah berdiri di depannya dengan senyum yang begitu menawan. Daniel yang memang sedang tidak dalam suasana hati yang baik hanya bisa mendengus sebal. Senyuman Zio di matanya seperti senyuman mengejek. “Pergilah! Kosongkan semua jadwalku hari ini. Aku ingin menenangkan diri,” titahnya. “Ha?!” Zio mengerjap-ngerapkan matanya. Dirinya tidak salah dengar kan? Tadi, bos sekaligus sahabatnya itu menyuruhnya untuk mengosongkan semua jadwal? Hal yang begitu langka sekali. “Anda serius?” tanyanya memastikan. “Tentu saja!” sahutnya ketus. Kemudian, Daniel menatap Zio lekat. “Tolong kamu jeput Lita pulang sekolah dan langsung bawa ke mari. Jangan lupa untuk membelikan kami makan siang. Selain itu, jangan biarkan orang luar untuk masuk ke sini. Chamkan itu!” titahnya. Zio hanya bisa mengangguk kecil. Dengan langkah cepat, ia langung meninggalkan ruangan bosnya itu. Jika tidak, dirinya sangat yakin akan mendapatkan amukan yang begitu mengerikan dari sang Bos. “BRAKK.” Tanpa sadar, Zio membanting pintu ruangan Daniel. “ZIO!” teriak Daniel dari dalam. “Mampus aku,” ujarnya panik. Zio langsung lari terbirit-birit setelahnya. Di tempat lain. Lisna terlihat curi-curi pandang. Mereka saat ini berada tepat di depan gerbang sekolah karena waktu belajar sudah usai. Gadis cantik dengan rambut sebahu itu tengah memperhatikan sekitar. Hanya ada mereka berdua saja di sini. Arkan pulang lebih awal karena harus ke rumah sakit mengantarkan sesuatu kepada sang Papa. Lita memperhatikan Lisna dengan seksama. Ia sedikit heran, karena temannya itu masih setia menungguinya. “Lis, kamu nggak pulang?” tanya Lita pelan. Lisna tercengir kuda. Ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. “Eh, bentar lagi dech. Aku mau nungguin kamu dulu,” sahutnya. Lita hanya manggut-manggut paham. Memang terkadang, Lisna selalu menunggu dirinya sampai pulang jika dijeput seperti ini. Tadi, Om Zio mengatakan kepadanya jika pria itu akan menjemputnya. Tak lama setelahnya, terlihat sebuah mobil menghampiri keduanya. Wajah Lisna berbinar tatkala melihat sosok Zio yang keluar dari mobil dengan begitu kerennya. Ini kedua kalinya melihat sosok tampan berkaca mata itu. “Sudah lama nunggunya?” tanya Zio menghampiri kedua gadis itu. Lita menggeleng kecil. “Nggak terlalu lama kok Om,” jawab Lita. Pandangan Zio kini beralih ke sosok gadis cantik yang berdiri tepat di samping Lita. “Oh, kamu ditemeni sama temanmu ya Lita?” “Iya Om. Ini Lisna, teman sekelasnya Lita,” ujar Lita memperkenalkan. Lisna mengangguk sopan dan tersenyum. Lebih tepatnya senyum malu-malu. Zio juga membalas senyum Lisna sebagai tanda sopan santun. “Lita, boleh nggak aku nebeng?” ujarnya tiba-tiba. Lita mengerutkan keningnya. “Nebeng? Bukankah kamu membawa mobil?” “Ah itu. Mobilku dipinjem sama Arkan tadi,” dustanya. ‘Ternyata itu alasannya menungguku. Aku pikir dia hanya modus ingin melihat Om Zio saja.’ “Ya sudah kalau begitu,” ucap Lita pada akhirnya. ‘Yes,’ Lisna bersorak dalam hati. Rencananya berhasil tanpa ada halangan sedikitpun.

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.