Bab 7
Naomi perlahan siuman setelah efek obat biusnya hilang.
Begitu dia membuka matanya, dia melihat Tommy dan Atta yang menghela napas lega.
"Naomi, syukurlah kamu nggak apa-apa! Kami meminta kerja sama dari semua bank darah di penjuru kota untuk operasimu."
"Apa ada yang terasa sakit? Biar kami panggilkan dokter untuk segera memeriksa kondisimu."
Sorot tatapan kedua pria itu tampak begitu khawatir dan cemas, tetapi Naomi hanya merasa lelah.
Sekujur tubuhnya juga terasa dingin, dia masih ingat betul apa yang dia lihat sebelum kesadarannya menghilang.
Jadi, Naomi hanya menatap langit-langit kamar tanpa mengatakan apa pun.
Atta dan Tommy mengira sesuatu terjadi kepada Naomi. Mereka langsung memanggil banyak dokter dengan cemas.
Namun, Naomi tetap diam seribu bahasa.
Akhirnya, seorang dokter kejiwaan mendiagnosa Naomi menderita gangguan stres paskatrauma dan menyusun serangkaian pengobatan.
Tommy dan Atta sontak mengernyit setelah membacanya.
"Masa iya kecelakaan mobil menyebabkan trauma psikologis sebesar ini?"
"Penyebabnya mungkin bukan kecelakaan mobil itu, melainkan serangkaian kejadian sebelumnya," jawab si dokter kejiwaan. "Saya sarankan kalian pikirkan baik-baik apa yang sudah pasien alami selama beberapa tahun terakhir untuk menemukan sumber gangguan psikologisnya."
Bukannya Naomi dipenjara selama beberapa tahun terakhir? Memangnya apa yang mungkin terjadi kepadanya?
Atta dan Tommy sontak teringat akan luka yang mereka lihat di tubuh Naomi sebelum pergi ke konser itu.
Alih-alih menaruh rasa curiga kepada Pauline, tetapi kedua pria itu pikir Naomi diperlakukan dengan buruk selama dipenjara. Mereka pun segera memanggil sekretaris masing-masing.
"Pergilah ke penjara dan cari cara untuk mengambil rekaman CCTV selama beberapa tahun terakhir."
Ekspresi Naomi yang sedang terbaring di atas ranjang rumah sakit itu akhirnya sedikit berubah.
Begitu dia mengangkat pandangannya, dia melihat Pauline.
Pauline memanggil sekretaris untuk mendorongnya yang sedang duduk di atas kursi roda masuk. Hal pertama yang dia lihat adalah Naomi, lalu dia langsung berkata dengan nada memelas, "Kakak, kenapa waktu di mobil Kakak tiba-tiba memukulku? Aku salah apa?"
Suasana langsung terasa dingin mencekam.
Tommy dan Atta menatap Naomi dengan tidak percaya dan langsung menginterogasinya.
"Pauline sudah berbaik hati mau pulang bersamamu, tapi kamu malah menyerangnya di belakang kami?"
"Kukira kecelakaan mobil itu kecelakaan biasa, ternyata penyebabnya karena iri hatimu!"
Naomi mencengkeram ujung bajunya erat-erat untuk menahan amarah di hatinya sembari menatap sorot tatapan dingin dari kedua pria itu.
"Dialah yang mengusir sopirnya duluan, lalu mengunci pintu mobil dan nggak membiarkanku keluar. Dia bahkan menampilkan rekamanku sewaktu dipenjara di layar TV mobil ...."
Pauline langsung menyela ucapan Naomi sambil menangis tersedu-sedu.
"Aku memang pernah salah, tapi aku sudah bertobat. Aku bahkan banyak beramal selama sekian tahun itu. Kak Atta dan Kak Tommy juga tahu soal itu! Aku cuma ingin mengatasi trauma psikologisku, makanya aku mencoba menyetir untuk melihat aku sudah bisa melakukannya lagi atau nggak ...."
Tommy dan Atta segera memeluk Pauline, mereka sibuk menghibur Pauline sambil menyeka air mata gadis itu.
Naomi mengepalkan tangannya dan akhirnya bertanya dengan dingin, "Bisa-bisanya kamu masih mencoba memutarbalikkan fakta? Jelas-jelas kamu berniat membuatku mati dengan menabrakkan mobil! Semuanya terekam CCTV!"
Tangisan Pauline pun makin menjadi, dia menatap Tommy dan Atta dengan mata yang berlinang air mata.
"Aku nggak bohong! Kak, Kakak periksa kamera dasbor saja!"
Tidak lama kemudian, rekaman video di dalam mobil sebelum kecelakaan pun dikirimkan.
Setelah melihat Naomi yang seperti orang kesetanan di dalam mobil itu, Atta tidak dapat menahan amarahnya lagi. Dia langsung menatap Naomi dengan begitu dingin.
"Kenyataannya kamu sengaja balas dendam dan mengganggu Pauline yang lagi nyetir! Itu sebabnya kalian kecelakaan! Masih mau berkilah apa lagi kamu, hah!"
Naomi sama sekali tidak menyangka bahwa kamera dasbor itu hanya merekam beberapa menit terakhir.
Pikirannya mendadak menjadi kacau. Namun, dia mendadak teringat sudah memasang kamera kecil di kalungnya. Dia segera mengeluarkan kalung yang dia sembunyikan itu.
"Aku masih punya bukti lain …."
"Cukup!"
Tommy menatap Naomi dengan kecewa, nada bicaranya juga terdengar marah.
"Sampai kapan kamu mau bikin masalah? Aku nggak mempermasalahkanmu waktu sebelumnya kamu menyakiti Pauline karena itu kuanggap insiden kecil, tapi kemarin kamu nyaris membunuh Pauline! Apa kamu begitu membencinya karena dia sudah menggantikan posisimu? Kamu jangan lupa ya, dia itu putri kandung Keluarga Revana!"