Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 892

"Ini ..." Noah kesal, tetapi dia tidak tahu harus bilang apa. "Bagaimana kalau ..." "Kita singkirin longsoran ini?" Entah siapa yang mengatakannya karena dia terdiam setelahnya. Sebagian gunung telah runtuh. Meski pakai ekskavator dari Lanyang pun tetap sulit untuk membersihkan longsornya dalam waktu singkat. Apa lagi, hanya mengandalkan tenaga manusia. "Mana peta?" "Ke mana arah pintu masuk?" Dengan wajah yang marah, Noah berteriak pada Elang Hitam. "Nggak perlu lihat peta." Elang Hitam menjawab dengan putus asa. "Pintu masuk kurang lebih 30 meter di depan hampir dekat sama ledakan tadi." Wajah Noah kian muram mendengar jawaban Elang Hitam. Jalan di depan terhalang. Orang-orang duduk dan mendiskusikan rencana. "Bagaimana kalau ..." "Kita gali lubang, terus kubur bahan peledak di dalamnya buat buka jalan!" Disnu menatap mereka dengan berbinar. "Nggak boleh." Elang Hitam menggeleng. "Sulit kendaliin daya ledaknya. Jika kita ledakin lagi, medannya bakal berubah dan bakal makin sulit cari

Klik untuk menyalin tautan

Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik

Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.