Bab 53
Dia menarik ujung baju Teguh, membujuk, "Teguh, sudahlah nggak usah sok hebat. Kita pergi aja!"
"Kenapa harus pergi?"
Teguh kembali duduk. "Aku mau tanya sama Melinda langsung, apa orang yang nggak punya uang atau kekuasaan sepertiku bisa makan di Restoran Pasolla."
Mulut Shinta ternganga sedikit mendengarnya. Ingin rasanya dia mengatakan sesuatu, tetapi tidak bisa.
Dia sadar, diam-diam Teguh adalah orang yang hebat. Namun, Melinda jauh lebih misterius.
Konon, orang yang membantu di belakang Melinda bahkan tidak berani Pak Dhika ganggu.
Shinta penasaran, beraninya Teguh bermulut besar seperti ini?
Lima menit adalah waktu yang singkat, tetapi bagi Shinta bagai berabad-abad lamanya.
Pada akhirnya, lima menit berlalu.
Zidan melirik arloji Rolex-nya dan berkata dengan nada dingin, "Sudah lima menit. Kamu sendiri yang cari gara-gara dan sudah kuberi kesempatan, jadi jangan salahin aku!"
Setelah itu, Zidan mengeluarkan ponselnya, hendak memerintahkan bawahannya untuk menghajar Teguh.
Pada sa
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda