Bab 471
Penonton keramaian di sekitar menyadari gelagatnya dan mencemooh. "Masih saja ngaku-ngaku orang penting. Dasar berengsek!"
"Nggak kusangka ada pecundang di dekat kita!"
"Kaget, lo. Ternyata dia pecundang, ya!"
"Siapa sangka!"
"Hahaha!"
Seketika Heru naik pitam.
Wajah setiap anggota keluarga Yulianto juga merah padam.
Heru tak layak menerima anggur merah?
Lantas siapa yang layak?
Mungkinkah Teguh?
Hal itu sempat tebersit dalam pikiran orang-orang, tetapi langsung dibuang jauh-jauh.
Pak Heru yang berasal dari keluarga tersohor di ibu kota provinsi, bahkan tak layak menerima anggur merah, apalagi Teguh yang merupakan bocah dari desa antah-berantah!
Hanya satu kebenarannya!
Bos itu punya niatan licik. Awalnya dia akan memberikan anggur merah, tetapi sebenarnya ingin membuat Pak Heru merugi dengan membuatnya membayar kedua botol anggur merah itu!
Setelah memahami ini.
Heru mencibir. "Aku tinggal di ibu kota provinsi, bahkan pernah belajar lama di luar negeri sebelum akhirnya sampai ke Kota
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda