Bab 2
Sekarang dia hanya ingin bersantai dan memanfaatkan kesempatan bagus ini. Setelah bekerja keras selama beberapa tahun untuk masuk ke lembaga pendidikan tinggi dan ditugaskan ke pekerjaan yang bagus, saat itu dia akan memiliki kartu penduduk Kota Barus dan bisa mendapatkan rumah.
Dalam kurun waktu ini, Viona masih bisa menabung dan membeli beberapa rumah lagi. Kelak setelah harga rumah naik drastis, dia akan bisa berkeliling dunia dengan gaji pensiun yang tinggi dan harga sewa yang tinggi. Benar-benar sangat menyenangkan.
Juga tidak perlu menikah seumur hidup dan melahirkan anak. Kalau sakit dan mati, ada tempat yang akan mengurus.
Steve menatapnya dengan tajam, sama sekali tidak merasa ini adalah niat Viona yang sebenarnya.
Kalau ingin melakukan kencan buta dengannya lagi, dia merasa wanita ini sangat munafik dan sombong.
Setelah mendengar perilaku keji yang dia lakukan pada adiknya sendiri dan perbuatan buruk yang Steve dengar dari penduduk desa, sekarang yang dia rasakan hanyalah kebencian.
"Kalau kamu benar-benar ingin bersekolah di SMA Kota Barus, aku bisa membantumu pindah, tapi ...." Sorot mata Steve dingin dan penuh peringatan, "Kuharap kamu nggak punya niat lain."
"Steve, apa yang kamu katakan? Awalnya kalian ini akan menikah. Kamu juga seorang perwira, nggak boleh begitu nggak bertanggung jawab ..." kata Florencia dengan marah.
"Bu, Steve adalah seorang perwira. Aku telah melukai adik, jadi nggak ada gunanya meskipun Steve bersedia menikah denganku." Viona menghentikan Florencia dan tidak membiarkannya melanjutkan.
Dia tahu tabiat Florencia. Baginya, tidak ada gunanya wanita belajar. Menikah adalah hal yang terpenting. Kalau Steve tidak mau menikah, Florencia pasti akan membuat Keluarga Hanio tidak bisa hidup dengan damai.
Akan tetapi, Viona juga cukup terkejut bagaimana saat itu pemilik tubuh sebelumnya lolos tinjauan politik karena sengaja menyakiti orang.
Florencia jelas tertegun sejenak dan bahkan Steve menatap Viona dengan terkejut. Memang benar dalam situasi seperti ini, dia tidak bisa menikah kecuali ganti pekerjaan atau pensiun dari militer.
"Aku mau bersekolah di SMA di Kota Barus dan menjauh dari Desa Giantar, jadi nggak akan ada yang tahu tentang ini. Setelah bekerja keras untuk masuk universitas, aku bisa bekerja di sana." Setelah mengatakan itu, dia merendahkan suaranya karena tidak ingin Florencia terus membuat masalah dan berbohong padanya, "Saat itu akan bisa mencari pasangan yang baik di Kota Barus."
Florencia tidak mendengarkan kata-kata sebelumnya, tetapi dia benar-benar mendengar yang terakhir. Sebagai putrinya yang secantik peri, dia pasti bisa menemukan pasangan nikah dengan kondisi yang lebih baik daripada Steve.
Jadi Florencia mengangguk berulang kali dan menarik Jerico untuk menyetujuinya.
Akan tetapi, telinga Steve sangat sensitif dan samar-samar dia mendengar apa yang Viona katakan. Sepasang mata gelapnya terlihat sinis. Seperti yang diduga, akhirnya dia pergi karena ingin mendapatkan status tinggi.
Membawa wanita yang berpikiran licik serta berperilaku buruk seperti ini ke sekolah di Kota Barus pasti akan merugikan siswa lain yang jujur dan menjanjikan.
"Paman, bibi, sekarang aku akan kembali ke militer untuk menelepon ayahku dan membuka surat pengantar. Besok setelah selesai, aku akan menjemput mereka dan pergi ke Kota Barus." Steve hendak pergi setelah mengatakan ini.
Akan tetapi, ini adalah waktu makan malam dan Steve adalah seorang tamu. Mana mungkin bisa membiarkannya pergi? Mereka pun memaksanya tinggal untuk makan malam.
Di meja makan, Florencia masih mengurung Scarlet di dapur dan tidak membiarkannya keluar, tentu saja Viona juga tidak mengizinkannya.
Scarlet menatap punggung tampan Steve yang begitu tegap melalui celah pintu, jantungnya berdebar kencang dan senyuman kemenangan muncul di wajah mungilnya yang patuh.
Seorang teman dari desa yang sama mengkhawatirkan Scarlet. Dia pergi ke belakang dapur Keluarga Sulastro, kemudian bersandar di depan jendela dan bertanya, "Scarlet, teman kencan butamu tinggi dan tampan. Dia nggak akan direbut oleh kakakmu yang jahat itu, 'kan? Dia benar-benar menyebalkan."
"Nggak, Steve menolak menikahi kakakku." Scarlet merasa sangat bahagia saat teringat dia bersembunyi di balik pintu dan mendengarkan apa yang Steve katakan.
Dia sangat takut kalau Steve akan setuju dan lebih takut kalau kakaknya akan membuat masalah. Kalau tidak ....
Scarlet menundukkan kepala dan menyentuh kaki kanannya yang diinjak sapi. Kalau tidak, penderitaannya akan sia-sia.
"Baguslah. Kalau begitu, mungkin kelak kakakmu nggak akan bisa menikah. Kalau menikah juga harus menikah lebih jauh." Temannya yang bernama Yovita berbahagia untuk Scarlet.
"Jangan beri tahu orang lain tentang ini. Keluargaku nggak akan membiarkan siapa pun membicarakannya." Mata Scarlet berkilat.
"Tenang saja, aku nggak akan memberi tahu orang lain." Yovita berjanji sambil menepuk dadanya, lalu berbalik dan memberi tahu sepupunya yang berada di desa sebelah tentang masalah ini.
Sepupu Yovita yang bernama Kisman adalah teman SMP Viona. Dia menggunakan koneksi keluarga untuk bekerja di koperasi pemasok dan pemasaran, serta orang pertama di desa yang membeli sepeda. Dia menyukai Viona, tetapi Viona meremehkannya karena tubuhnya yang pendek.
Begitu mendengar kabar ini, dia langsung merasa kesempatan telah tiba.
Keesokan harinya, dia dan ibunya naik sepeda menuju ke rumah Keluarga Sulastro untuk melamar.
Alhasil, Florencia langsung marah tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
"Bu, bagaimana kalau berikan sedikit uang sebagai mahar? Aku benar-benar ingin menikah dengan Viona," kata Kisman dengan sedih.
"Seorang wanita jalang masih menginginkan mahar? Tunggu saja. Kalau tiba saatnya Viona nggak bisa menikah, Keluarga Sulastro akan datang memohon kepada kita. Saat itu merekalah yang harus membayar untuk pesta pernikahannya." Ibu Kisman adalah wanita yang terkenal pelit di desa yang tidak pernah mau mengeluarkan uang. Pada dasarnya dia tidak ingin memberikan mahar.
Saat sampai persimpangan kedua desa, dia melihat sebuah jip hijau militer mendekat. Itu adalah perwira dari Kota Barus. Teringat Florencia pernah bilang Viona akan bersekolah di SMA di Kota Barus, dia langsung merasa tidak enak.
Ini tidak terlihat seperti bersekolah di SMA di Kota Barus. Petugas ini pasti sudah membuat kesepakatan dengan Jerico untuk membawa Viona ke Kota Barus dan mencarikannya pasangan baru.
Ibu Kisman memutar matanya, dia tidak bisa membiarkan gadis ini pergi, dia segera mendorong sepedanya untuk menghentikan Steve yang baru saja turun dari mobil.
"Nak, kamu kencan buta Viona? Hari ini kamu datang untuk menjemput Viona dan Scarlet ke Kota Barus?"
Steve menatap orang itu dengan acuh tak acuh dan menutup pintu mobil, "Benar."
"Aduh, pantas saja hari ini kami pergi ke rumah Keluarga Sulastro untuk melamar dan Viona nggak mau menikah. Ternyata dia akan ke Kota Barus untuk mencari pasangan yang lebih baik." Ibu Kisman berpura-pura menghapus sudut pandangnya matanya beberapa kali.
"Kamu nggak tahu sebelumnya Viona diam-diam bersama putraku setelah melihat keluarga kami cukup berada. Dia makan dan menghabiskan banyak permen buah dan kupon makanan putraku. Setelah itu, dia jatuh cinta padamu dan mengabaikan putraku."
"Kemarin kudengar sesuatu terjadi pada Viona. Putraku begitu tergila-gila dengan Viona sehingga dia mengajakku pergi ke rumah Keluarga Sulastro pagi-pagi sekali untuk melamar, tapi dia diusir tanpa masuk."
"Mereka bilang Viona akan bersekolah di SMA di Kota Barus dan kelak bisa menemukan pasangan yang lebih baik, sehingga putraku nggak boleh mencoba mendekati putrinya yang cantik."
Ibu Kisman terus memfitnah Viona.
Alasannya adalah reputasi Viona benar-benar hancur dan buruk, sehingga Viona tidak bisa pergi ke Kota Barus. Dengan cara ini, dia bisa menyimpan mahar dalam jumlah besar dan mungkin menyuruh Keluarga Sulastro membayar uang mahar dalam jumlah besar.