Bab 85
Namun, foto itu tidak sempat diambil, karena Windy dengan cepat memasukkan kembali foto tersebut ke dalam kotak. "Nenek, ini cuma foto masa kecilku. Hasilnya jelek sekali, jadi nggak bisa aku tunjukkan padamu."
Aida menarik kembali tangannya sambil tertawa, "Apakah Windy, cucu kesayanganku, pernah terlihat jelek?"
Dimas, kepala pelayan, ikut menimpali, "Tentu saja nggak pernah."
Melihat kehangatan dari Aida dan Dimas, Windy menundukkan kepala, menyuap sesendok sarang burung walet.
Pada saat itu, suara pelayan terdengar, "Pak Hendry."
Windy mengangkat kepala. Hendry ternyata telah kembali.
Aida tersenyum sambil berkata, "Hendry, kamu sudah pulang?"
Hendry melepaskan jasnya, menyerahkannya kepada pelayan, lalu melangkah masuk ke ruang tamu dengan langkah panjang.
Di saat bersamaan, Windy merasakan sesuatu yang berbeda dari sarang burung walet yang dia makan. Rasanya seperti ada tambahan bahan obat herbal. "Nenek, apa yang ditambahkan ke dalam sarang burung walet ini? Rasanya agak aneh."
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda