Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 5

Windy segera berkata, "Apa yang aku lakukan?" Hendry menggertakkan giginya dan berkata, "Siapa yang menyuruhmu memakai pakaian seksi seperti ini?" Apa? Seksi? "Hendry, bicaralah dengan jelas!" ujar Windy. Hendry menatap gaunnya yang pendek sambil berkata, "Pahamu hampir terlihat semua. Kamu benar-benar ingin semua orang melihat pahamu?" Gaun yang dipakai Windy saat ini memang agak pendek, ini adalah gaun pilihan Sofia. Sofia pernah berkata, "Windy hanya tidak ingin memperlihatkan kedua kakinya, karena itu bisa mengejutkan Debby. Malam ini, aku akan membuat semua orang terpukau dengan kedua kaki Windy." Windy mengangkat alisnya dan berkata, "Sepertinya Pak Hendry melihat kedua kakiku." Hendry tertegun. Saat ini, Windy dengan anggun bersandar di dinding sambil mengangkat kaki kanannya secara perlahan, lalu menggesek kakinya di pergelangan kaki Hendry. Hendry memakai celana hitam yang menutup rapat kedua kakinya dan memberi kesan mewah. Kaki Windy yang putih dan lembut mulai menyentuh pergelangan kakinya dan menjalar ke bagian betisnya. Itu adalah godaan. Dan juga provokasi. Hendry menatap dengan tatapan dingin sambil berkata, "Apa yang kamu lakukan?" Windy tersenyum dan berkata, "Pak Hendry, kamu lebih suka kakiku atau kaki Debby?" Hendry hanya menatap wajah kecil Windy yang anggun itu. Dia tidak menyangka wanita yang sejak tadi dianggap dewi ini akan menggodanya dengan cara seperti ini. Tadi malam, Hendry sempat melihat wajah Windy tanpa memakai kacamata, tetapi dia tidak menyangka kalau Windy akan secantik ini. Hendry sepertinya pernah melihat wajah Windy. Windy kembali tersenyum dan berkata, "Pak Hendry, apakah kamu pernah tergoda dengan kaki Debby?" Hendry menarik napas yang dalam, lalu mendekatkan wajahnya dan berkata, "Windy, kamu begitu liar? Kamu tidak hanya memikirkan pria sepanjang hari, kamu bahkan memesan delapan model pria!" Hendry tidak menjawab pertanyaan Windy barusan, ini mungkin merupakan cara seorang pria melindungi wanita. Kalau dilihat dari hubungan percintaan Hendry dan Debby yang penuh gairah, Debby pasti pernah menggodanya. Kalau tidak, kenapa Hendry begitu sulit melupakannya? Debby benar-benar sangat beruntung karena bisa dicintai oleh pria cuek seperti Hendry untuk waktu yang lama. Hendry pasti tidak pernah menggunakan kata "liar" untuk menggambarkan Debby. Windy tersenyum dan berkata dengan tatapan yang dingin, "Benar, Pak Hendry tidak dalam kondisi yang sehat dan tidak bisa memuaskanku. Jadi, aku harus keluar mencari pria lain. Kita harus cepat bercerai agar aku bisa mendapatkan pria yang lebih berguna!" Windy mengatakan kalau Hendry tidak sehat? Dia bahkan ingin mencari pria yang lebih berguna? Wanita ini benar-benar keterlaluan! Hendry mengulurkan tangannya dan mencengkeram dagu kecil Windy sambil berkata, "Kamu ingin mengukur kemampuanku?" Apa? Windy tertegun. Hendry mendekat ke bibir merah Windy, lalu berkata dengan nada yang dingin dan menggoda, "Jangan bermimpi, aku tidak akan pernah menyentuhmu. Wanita yang aku cintai adalah Debby." Wanita yang dia cintai adalah Debby. Sebenarnya, Windy sudah mengetahui hal ini tanpa diberi tahu oleh Hendry. Ketika mendengarnya langsung dari mulut Hendry, hati Windy terasa agak nyeri. Saat ini, tiba-tiba terdengar suara yang tidak asing di telinga, "Hendry." Windy mengangkat kepalanya dan melihat Debby. Debby adalah mawar merah di Kota Hilton. Dia merupakan seorang wanita cantik dengan bibir merah dan gigi yang putih. Selain itu, dia juga memiliki tubuh yang lentur karena belajar menari sejak kecil. Hendry segera melepaskan Windy, lalu berjaan ke sisi Debby. Dia kemudian menatap Debby dengan tatapan hangat yang belum pernah dilihat Windy sebelumnya, "Kamu sudah datang?" Debby mengangguk, lalu melihat ke arah Windy dan bertanya, "Ini siapa?" Debby tiba-tiba tidak mengenali Windy. Namun, Windy tidak akan pernah melupakan Debby. Sebenarnya, Windy dan Debby adalah saudara tiri. Fendi bukanlah ayah kandung Windy, melainkan ayah tirinya. Beberapa tahun yang lalu, Windy memiliki keluarga yang sangat bahagia. Wendi Chandra yang merupakan ayah kandungnya selalu saling menghormati dengan istrinya, Lisa. Wendi sangat mencintainya, dia selalu menggendong Windy setiap hari sambil berkata, "Putriku, kamu harus selalu bahagia, ya." Suatu ketika, ayah Windy tiba-tiba meninggal dunia. Fendi yang merupakan paman Windy tiba-tiba datang bersama Debby dan tinggal di rumahnya. Di saat yang bersamaan, ibunya pun menjadi ibu Debby. Ibunya menikah sekali lagi dengan paman kedua Windy. Ibunya sangat mencintai Debby dan tidak lagi mencintai Windy. Ketika Debby mendapat nilai ujian 99 dan Windy mendapat nilai 100, ibunya tetap akan memukul Windy dengan penggaris sambil memarahinya, "Kenapa kamu tidak bisa mengalah pada adikmu? Kenapa nilaimu lebih tinggi darinya?" Ketika Debby sakit dan menjalani kemoterapi, dia harus mencukur habis rambutnya. Melihat Debby menangis karena merasa jelek, ibunya juga mencukur habis rambut Windy sambil berkata, "Kamu harus menjadi jelek seperti adikmu agar adikmu tidak menangis lagi." Setiap malam, Debby tidur, bermain dan bercanda bersama ibu dan ayahnya. Sedangkan Windy hanya bisa menangis di luar pintu sambil memegang boneka yang dibeli ayahnya, "Ibu, Windy takut." Setelah beberapa saat, Debby akhirnya memanggil Lisa dengan panggilan Ibu. Lisa benar-benar merasa sangat senang, tetapi Debby berkata, "Ibu hanya boleh punya satu putri." Suatu hari ketika hujan deras, ibunya membawanya ke desa dan meninggalkannya di sana. Windy terus berlari mengejar mobil ibunya sambil menangis dan berteriak, "Ibu, jangan tinggalin Windy ... Windy akan mengalah pada adik ... Ibu ... Windy mau peluk ... Windy takut ... " Sambil memeluk bonekanya, Windy terjatuh ke dalam genangan air yang berlumpur. Dia hanya bisa melihat mobil ibunya menghilang secara perlahan. Windy tidak akan pernah melupakan Debby. Saat ini, Jevin tiba-tiba mendekat dan berkata, "Kak Debby, dia adalah ... kakakmu, Windy Chandra." "Kamu adalah Windy?" tanya Debby dengan terkejut. Windy tahu kalau Debby selalu meremehkan dirinya. Saat mereka masih kecil, Windy selalu kalah dari Debby. Jalan kehidupan Debby juga sangat mulus, hingga dia bertemu dan menjalin hubungan dengan Hendry. Debby menjadi sangat sombong dan angkuh karena dia tumbuh di keluarga yang sangat mencintainya. Saat ini, Jevin kembali terpesona dengan kecantikan Windy, "Tak disangka Windy secantik itu." Ingatan Debby tentang masa kecilnya sudah agak kabur, karena dia tidak pernah menatap kakaknya dengan serius. Apakah benar ini adalah kakaknya yang kembali dari desa? Debby berjalan ke samping Windy, lalu meliriknya sekilas dan berkata dengan angkuh, "Windy, aku tak menyangka kamu akan meniru cara berpakaianku." Windy seketika terdiam. Yang penting Debby merasa senang. Windy hanya tersenyum sambil menegakkan tubuhnya. Cahaya di lorong menyinari wajahnya yang cantik dan anggun, seperti mutiara yang bersinar. Dia bukan lagi Windy yang dulu. Debby kembali berkata, "Windy, dengar-dengar kamu sudah bercerai dengan Hendry? Kamu tidak bisa bertahan hidup tanpa pria? Untuk apa kamu datang ke bar dan memesan model pria? Kalau aku berada di posisimu, aku akan pergi mencari pekerjaan." Sambil mengatakan itu, Debby melirik ke arah Hendry sambil berkata dengan lembut, "Hendry, bagaimanapun juga, Windy sudah merawatmu begitu lama. Carilah pekerjaan untuknya sebagai tanda terima kasihmu padanya." Hendry kemudian menatap wajah Windy. Jevin berkata, "Kak Debby, mencari pekerjaan di zaman sekarang membutuhkan gelar sarjana. Windy, apa gelarmu?" Debby seketika teringat dengan sesuatu, dia kemudian mengangkat dagunya tinggi-tinggi dan berkata dengan senyuman sinis, "Windy sudah berhenti sekolah sejak usia enam belas tahun."

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.