Bab 43
"Iya, iya, sana," kata Bu Aida dengan penuh kasih sayang.
Windy pun berjalan pergi.
Hendry mendekat ke pinggir tempat tidur Bu Aida, lalu dimarahi neneknya, "Kenapa kamu pulang? Cepat pergi dari sini!"
"Nenek, aku salah. Aku minta maaf," kata Hendry dengan sepenuh hati.
"Nenek nggak butuh permintaan maafmu," kata Bu Aida yang amarahnya sudah sedikit mereda. "Kamu seharusnya minta maaf ke Windy!"
"Iya, Pak Hendry!" timpal Paman Dimas, lalu lanjut mengeluh, "Waktu Pak Hendry membawa Debby pergi, Bu Windy-lah yang mengurus Bu Aida yang pingsan! Menurutku Pak Hendry malah lebih mirip cucu angkat, yang cucu kandungnya itu Bu Windy."
Hendry hanya bisa terdiam.
"Kamu malah mendorong Windy juga sampai pinggangnya terbentur meja! Kamu seharusnya lebih perhatian kepadanya! Jangan kira Windy nggak merasa sakit hanya karena dia nggak bilang sakit!"
"Pak Hendry nggak bisa memperlakukan Bu Windy seperti ini! Yang namanya manusia itu harus selalu punya hati nurani!"
Bu Aida dan Paman Dimas terus meny
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda