Bab 1241
"Merry, aku tahu maksudmu baik. Tapi, lihatlah aku. Usiaku sudah lanjut dan sebentar lagi aku mati. Nggak peduli berapa lama aku hidup, yang paling penting adalah membiarkan segala sesuatunya berjalan apa adanya." Tuan Besar Jayden tersenyum begitu ramah. Namun, dari luar, tidak ada yang tahu apa sebenarnya yang dia pikirkan.
Akan tetapi, justru karena inilah Merry merasa jika pria tua ini sulit untuk dihadapi.
Selama bertahun-tahun, Merry sudah seperti anak Tuan Besar Jayden sendiri. Namun, perlakuan pria tua itu kepadanya, masih saja seperti ada jarak di antara mereka.
Dari luar, Tuan Besar Jayden terlihat sangat dekat dengan Merry. Akan tetapi, pada kenyataannya, Tuan Besar Jayden tidak pernah mendengarkan Merry.
Merry menahan keinginannya untuk memutar matanya. Tatapannya yang tertunduk penuh dengan perhitungan.
Ketika Merry kembali menengadah, raut wajahnya tampak berbeda. Dia terlihat sedih. "Paman Jayden, kalau Paman seperti ini, saat Marla kembali nanti, dia pasti akan menyalah

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda