Bab 12
Dasar bodoh.
Irvan menatap lurus pada pemandangan di luar jendela. Dia mengingatkan, "Mulai sekarang, kamu harus fokus di kelas."
"Habis pulang sekolah, aku tunggu kamu di depan gerbang, bimbingan belajar."
Walau merasa bersalah, Carla tetap mengambil surat introspeksi diri itu. Entah sejak kapan, Carla merasa Irvan sudah semestinya memperlakukannya dengan baik.
Carla bertanya, "Makanan ditanggung nggak?"
Irvan berujar, "Tanggung. Mau makan apa?"
Carla menjawab, "Apa saja boleh, yang penting buatanmu."
Sejak kecil, Irvan hidup dalam kesulitan sehingga harus mandiri. Sebenarnya, Irvan sangat mirip Jason dalam hal ini, yaitu sama-sama berdikari.
Sebelum Jason kembali kepada Keluarga Wills, mereka juga menjalani kehidupan yang sulit. Jason sangat baik pada Carla, tidak pernah membiarkannya menderita maupun kelaparan. Mereka bahkan pernah telantar di jalanan setelah melarikan diri dari kebakaran di panti asuhan. Sampai ketika Carla lebih dewasa dan mengetahui betapa susah bagi Jason untuk menghidupinya, Carla mulai merawat Jason yang sering terluka, belajar mencuci pakaian dan memasak agar dapat mengurangi beban Jason.
Selain kerabat yang terikat oleh hubungan darah, tidak ada orang yang berkewajiban untuk membesarkannya.
Selama ini, Carla tahu alasan mengapa Jason menghidupinya adalah karena ayahnya pernah menyelamatkan Jason.
Kini, Jason sudah kembali ke Keluarga Wills. Sejak Jason menjadi pewaris Grup Cakrawala, mereka ditakdirkan menjadi dua orang dari dunia yang berbeda.
Di kehidupan lampau, Carla pernah mencicipi masakan Irvan yang sangat lezat dan bisa dibandingkan dengan koki kelas internasional.
Setelah sukses, Irvan tetap mempelajari masakan baru dan selalu memasak untuk Carla.
Saat bus umum tiba di sekolah, Irvan sengaja melambatkan langkah dan berjalan di belakang Carla ....
Carla masuk ke kelas dan belajar mandiri, lalu pergi ke kantor guru untuk menyerah surat introspeksi diri. Wali kelas melirik surat itu sekilas, tidak menemukan kejanggalan apa-apa.
Wali kelas bertanya, "Akan ada rapat orang tua sehabis ujian percobaan, kamu tahu nggak?"
Hati Carla menegang.
"... Orang tua dari semua murid harus hadir. Aku tahu tentang kondisi keluargamu. Kalau bisa, suruh kakakmu datang. Kalau nggak bisa, kamu di rumah saja hari itu. Tapi kita sudah janji, kamu harus usahakan yang terbaik dalam ujian percobaan kali ini, paham? Fokuslah belajar."
Carla mengangguk. "Aku paham, Ibu Guru."
Wali kelas berujar, "Kamu bisa lanjut belajar mandiri."
Sekembalinya ke kelas, Carla duduk dan menaruh tasnya. Seseorang datang untuk bergosip, "Irvan telepon aku tadi malam. Maaf, Carla, aku nggak sengaja ceritakan masalahmu. Dia memberiku dua kupon diskon di kedai barbeku, aku benaran nggak tahan." Karmel menyatukan kedua tangan seraya meminta maaf pada Carla.
Namun, Carla mengeluarkan buku dari tas dan berkata acuh tak acuh, "Nggak apa-apa. Aku justru harus berterima kasih padamu."
Karmel terkejut. "Terima kasih? Kenapa kamu berterima kasih padaku? Kamu dan Irvan sudah jadian?"
Carla tidak bersuara.
Karmel melanjutkan, "Sejujurnya, aku merasa kamu dan Irvan sangat serasi, mirip sekali pasangan di novel yang kubaca baru-baru ini. Apa kamu mau baca tentang mereka? Aku kirimkan."
Carla menggelengkan kepala. "Kamu baca sendiri saja, aku nggak tertarik."
Hobi terbesar Karmel adalah membaca novel. Di kehidupan lampau, novel karya Karmel sangat laris. Karmel gagal dalam ujian masuk universitas, tetapi Karmel menghasilkan banyak uang melalui hak cipta novel-novelnya dan menjadi penulis novel roman di situs terbesar. Karmel sangat kaya.
Carla membuat catatan dan belajar dengan sungguh-sungguh, tidak memikirkan hal lain. Hari itu sangat padat baginya.
Dalam sekejap, sudah jam pulang sekolah. Carla bertele-tele hingga menjadi orang terakhir yang meninggalkan kelas. Di depan gerbang, Carla melihat Irvan yang sudah menunggunya dari tadi.
Mereka tidak bisa berjalan bersama karena ada guru piket di depan gerbang sekolah. Carla bertele-tele dan berjalan di belakang Irvan. Saat meninggalkan area sekolah, Carla bergegas berlari ke sisi Irvan. "Irvan, kamu mau bawa aku ke mana?"
Irvan bertanya, "Mau minum teh susu nggak?"
"Hah? Aku nggak minum itu, kamu belikan aku air mineral saja, aku haus." Carla tidak pernah bersikap sungkan terhadap Irvan. Segelas teh susu berharga 14 ribu. Carla ingin berhemat untuk Irvan, tetapi untuk menjaga harga diri Irvan, Carla meminta sebotol air mineral saja.
Irvan membeli dua botol air mineral, juga membelikan sebotol susu hangat untuk Carla. "Aku nggak bisa bawa kamu ke rumahku. Kalau kamu mau makan masakanku, lain kali saja!"
"Kali ini, aku bawa kamu makan yang lain."
Senyuman menghiasi bibir dan mata Carla. "Baik! Aku mau makan mi hotpot, nggak mau yang vegetarian, harus ada daging."
Irvan minum air sehingga jakunnya yang seksi naik turun. "Baik."
Sudah beberapa kali Carla membawa Jason makan mi hotpot di mal, tetapi Jason tidak menyukainya. Setelah pergi dua kali, mereka tidak pernah kembali ke sana lagi.
Sebagian besar pengunjung adalah siswa. Sekalipun menemui teman satu sekolah, Carla sama sekali tidak takut.
Setelah memesan, Irvan membayar. Carla mengambil buku tugasnya. "Bantu aku lihat soal ini, sudah aku kerjakan dua kali. Yang pertama salah. Yang kedua entah apa yang salah, tapi hasilnya benar."
Hanya melihat sekilas, Irvan sudah mengetahui apa salahnya dan menunjuk sebuah rumus. "Ini, rumusnya salah. Hitunganmu di bawah salah, tapi hasilnya kebetulan benar."
Ucapan Irvan itu membuat Carla merasa dirinya bebal.
"Kenapa kamu lihat aku? Memangnya ada jawaban di mukaku?"
Carla memicingkan mata saat tersenyum. Dia merapatkan bibirnya. "Bukan, aku hanya merasa kamu tampan."
Irvan berdeham. "Ayo serius."
Carla menyahut, "Baik."
Irvan menjelaskan soal itu kepada Carla dalam tiga menit saja. Pesanan belum disajikan, maka Carla mengerjakan tugas yang lain ....
"Kalau Kakak mau beli kue ini, suruh saja pelayan. Buat apa capek-capek ke sini dan antre dua jam? Kakak nggak capek?" Gadis itu tampak berumur 18 tahun dan berpakaian cantik. Semuanya bermerek eksklusif.
"Nggak apa-apa. Aku lihat Jason makan kue ini waktu itu, tapi dia nggak makan lagi setelah itu. Dia pasti sibuk dan nggak sempat pergi beli. Aku nggak punya kesibukan, aku belikan dan bawakan ke perusahaan saja, sekaligus tengok dia."
Carla menolehkan kepala ketika mendengar suara lembut yang familier itu. Melisa yang berpakaian elegan dan tampak lembut sedang menenteng dua kotak kue. Dia tersenyum manis ketika membicarakan Jason.
Nona dari keluarga elite bahkan cantik sampai ujung rambutnya. Semua orang di sekitar memusatkan perhatian pada Melisa.
Seolah-olah merasakan ada yang menatapnya, Melisa menoleh ke sana sehingga bertatapan dengan Carla.
Melisa tersenyum dan mengangguk pada Carla.
Carla juga mengangguk seraya tersenyum.
"Kakak lihat siapa? Ada kenalan?"
Melisa menjawab, "Nggak ada. Kamu pulang dulu, aku pergi ke perusahaan Jason. Dia pasti belum makan di jam ini."
Gadis di sebelah Melisa tiba-tiba bertanya, "Kakak, aku dengar Kak Jason punya seorang wanita di luar. Apa itu benar?"