Bab 78
Saat Kaila berpikir, Zidan sudah menghampirinya dengan perasaan tidak puas.
"Pertemanan kalian nggak murni sekali," ucap Zidan. Dia kemudian berkata dengan kasar, "Kalian terus berbicara di belakangku."
Ekspresiku yang awalnya lembut tiba-tiba berubah menjadi dingin, membuat Zidan takut hingga segera tutup mulut.
"Pak Zidan, Kaila memiliki pepatah yang sangat bagus. Orang yang nggak pandai mengatakan hal yang baik, lebih baik nggak berbicara."
Aku menyindirnya dengan suara dingin.
Mata Zidan membelalak, dia ingin membantahku.
Namun, aku sudah berada di samping piano.
"Aku dengar Pak Zidan belajar alat musik sejak masih kecil. Alat musik mana yang kamu pelajari?" tanyaku.
"Aku bisa bermain piano, biola dan saksofon, tapi alat musik yang aku kuasai adalah biola," jawab Zidan.
Zidan cukup percaya diri ketika berbicara tentang bidang keahliannya sendiri.
Aku mengangguk.
"Kamu bisa memainkan tiga alat musik, tampaknya kamu sangat berbakat," ucapku.
Zidan mengangkat alisnya dan berkata, "Aku
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda