Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 5

"Hans berhadapan dengan Dirga, seorang mahasiswa junior, demi pacarnya. Dirga itu memang pria bajingan yang suka memukul wanita." Melihat postingan di forum, aku tak bisa menahan diri untuk mengerutkan kening. Sepertinya forum ini sudah dibanjiri oleh buzzer yang dibayar oleh Hans. Tujuannya jelas, agar ketika Linda melihatnya, dia akan tahu tentang tindakan heroik Hans. Aku hanya bisa tertawa dingin. Semua ini benar-benar kekanak-kanakan. Hans dulu pernah membuat seorang gadis hamil. Saat itu, forum ini juga dipenuhi oleh gosip. Hans sudah sangat ahli dalam mengendalikan opini di forum ini. Namun, sayangnya Linda tak akan pernah menyadarinya. Keesokan harinya, aku mengendarai mobil keluar dari kampus seperti biasa. Perusahaanku baru saja berdiri. Hari ini aku sudah menjadwalkan pertemuan dengan beberapa penulis untuk mendiskusikan naskah. Namun, saat aku bersiap menyalakan mobil, aku melihat Hans dan beberapa temannya berjalan mendekat. Dari balik jendela mobil, aku bisa mendengar percakapan mereka. "Haha, kalau bisa mendapatkan Linda, gadis kaya itu, aku nggak perlu khawatir seumur hidup," ujar Hans. "Kak Hans sungguh beruntung. Kamu bisa menikmati hidup seperti raja," kata salah seorang temannya. "Jangan banyak omong kosong. Nanti aku mau bertemu pacarku. Ingat, bantu aku membuat alasan." Ketika mendengar ucapan Hans, teman-temannya tertawa jahat. "Pacar yang mana? Yang berdada besar atau ...." Mereka membuat gerakan menjijikkan, sementara Hans tertawa sambil memarahi mereka, "Tentu yang paling seru dan banyak gaya!" Orang-orang itu berjalan menjauh sambil tertawa. Aku hanya bisa menggelengkan kepala. Aku menyalakan mobil, melaju menuju kantor baruku. Setelah menyelesaikan urusan di kantor, waktu sudah hampir sore. Hari ini aku sudah memilih naskah yang siap untuk diproduksi. Penulisnya akan melakukan beberapa revisi terakhir dalam beberapa hari ke depan. Saat aku dalam perjalanan kembali ke kampus, aku melihat pemandangan. Ini adalah pemandangan yang tak asing lagi. Di depan Hotel Haryan. Hans sedang memeluk seorang wanita dengan tubuh yang sangat menggoda. Mereka keluar dari hotel sambil berpelukan mesra. "Kak Hans, aku akan sangat merindukanmu," ujar sang wanita. "Kamu nggak akan kembali ke kampus untuk bermesraan dengan gadis polos itu lagi, 'kan?" tambahnya. Hans mencubit pipi wanita itu sambil tersenyum. "Aku hanya main-main demi uang dengannya. Kamu yang sebenarnya aku suka," balas Hans. Pemandangan ini membuatku merasa jijik. Namun, ini bukan pertama kalinya aku melihat siapa sebenarnya Hans. Hal seperti ini sudah biasa baginya. Lampu lalu lintas berubah. Aku melanjutkan perjalanan kembali ke kampus. Ketika aku sampai di asrama, teleponku tiba-tiba berdering. Nama yang tertera adalah Stella. Saat mengangkat telepon, rasa tidak sabar langsung menyelimuti diriku. "Apa kamu nggak kesal? Apa yang sebenarnya terjadi?" kata Stella. Di seberang sana, suara Stella terdengar penuh kemarahan. "Dirga, kamu itu pria macam apa? Kamu jelas-jelas menyukai Linda, tapi sekarang malah sembunyi seperti pengecut!" Belum sempat aku berbicara, Stella langsung melanjutkan dengan berteriak. "Mau sampai kapan kamu bersembunyi? Apa kamu tahu kalau Linda hari ini sudah pergi ke hotel dengan bajingan itu?" "Mereka di Hotel Haryan!" "Apa kamu hanya akan diam saja?" Mendengar semua teriakan kasarnya, aku sama sekali tidak terkejut. "Oh, lalu apa hubungannya denganku?" balasku. "Selain itu, biar aku luruskan. Aku nggak suka Linda." "Omong kosong!" teriak Stella. Begitu aku selesai berbicara, Stella langsung memotong ucapanku. "Kalau kamu nggak suka, kenapa selama bertahun-tahun kamu begitu perhatian padanya? Apa kamu gila?" "Ya, dulu aku memang gila. Tapi sekarang sudah sembuh," kataku. Aku melanjutkan dengan dingin, "Apa kamu sudah selesai? Kalau sudah, aku akan tutup teleponnya." "Pengecut! Dasar kamu pengecut!" Stella berteriak dengan marah, "Apa kamu tahu seberapa bajingannya pria itu?" "Aku sudah bilang, itu bukan urusanku," ujarku. Setelah mengatakan itu, aku langsung menutup teleponnya. Ponselku terus bergetar, Stella masih terus berusaha meneleponku. Namun, aku langsung mengubahnya menjadi mode hening.

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.