Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 7 Janda Hitam

"David Yunanda, ayo, pukul dia kalau berani." Setalah Stella selesai menelepon, dia melihat David menghampiri Hans. Begitu mendengar perkataannya, David yang hendak menyerang langsung diam dan tidak berani bergerak. Dua pengikut di belakangnya juga mematung di tempat. Kedua tongkat bisbol terjatuh ke tanah dengan keras. Isabell tidak mendengar perkataan Stella, dia bangkit dan melemparkan diri ke pelukan David. Air matanya mengaliri pipinya. ''David, itu dia perempuan jahat yang memukulku. Lihat ... lihat, wajahku bengkak." "David, kamu nggak boleh melepaskan dua keparat itu." Setelah mendengar perkataan Isabell, David tiba-tiba tersadar dan melayangkan tamparan keras. Tamparan itu begitu keras seolah menggunakan seluruh kekuatannya. Tubuh Isabell sampai terhuyung-huyung di tempat, sebelum terempas ke tanah dengan bunyi yang nyaring. "Kutendang kamu sampai mati." David menendang wajah cantik Isabell keras-keras sambil mengutuk. "Wanita busuk, beraninya kamu menghina Kak Stella? Aku tendang kamu sampai mati." "Oke." Stella melambaikan tangan, memotong David dengan tidak sabar. "Dia pacarmu, 'kan? Kalau memang dia pacarmu bawa pulang dan didik yang baik di rumah. Bikin malu aja ribut-ribut di tempat umum." "Ya, ya, Kak Stella benar, Kak Stella benar." David mengangguk-anggukkan kepala dan membungkuk, lalu berkata dengan suara kecil, "Tunggu apa lagi? Bawa dia pergi. Tunggu aja, aku bakal menghukumnya di rumah." "Baik, baik." Kedua pemuda cepat-cepat membopong Isabell yang hampir pingsan akibat ditendang dan segera membawanya ke mobil. Wajah David pucat pasi, terlihat ketakutan pada Stella. Hans diam-diam juga kaget. Sikap David tadi malam sok berkuasa sampai membuat Pak Nicolas, pemilik Rumah Judi Maharaja tunduk dan tidak berani menyinggungnya. Padahal Pak Nicolas pemilik Rumah Judi Maharaja adalah orang yang berpengaruh. Meskipun Hans tidak bekerja di Maharaja, dia kenal Aldo yang bekerja di sana. Aldo pernah cerita bahwa Pak Nicolas adalah pengusaha yang berani terjun pada industri gelap. Namanya terbilang tenar di Jemara dan punya banyak usaha yang legalitasnya dipertanyakan. Meski begitu, Pak Nicolas tetap saja tunduk dan membungkuk di depan David. Sehebat apa David sebenarnya? Hanya ... sekarang dia melihat David ketakutan seperti tikus yang melihat kucing. Sungguh konyol. Kak Stella telah menakutinya! "Ka- kak Stella, aku nggak tahu kalau dia ... dia temanmu. Mulutku terlalu lancang, maafkan aku." David yang sok kuasa langsung menampar pipinya. Kendati tamparannya ringan saja. Stella melambaikan tangan. "Jangan pernah dekati Hans lagi." Setelah itu, dia kembali ke mobilnya. Hans pun mengikuti ke kursi pengemudi. David mengangguk dan melambaikan tangan, lalu Hans menyalakan mobil dan melaju pergi. Baru setelah mobil mereka melaju jauh, ekspresi David kembali biasa. "Dasar jalang. Cih, tunggu aja pembalasanku," teriaknya bersamaan. "David, janda hitam itu sudah pergi?" Dua pengikut David berlari mendekat. Mereka lebih takut pada Stella daripada David. "Hmph, dia sudah beberapa hari nggak muncul. Aku dapat kabar, katanya ada yang berniat menyingkirkan dia." "Siapa yang berani macam-macam sama wanita gila itu?" Kedua pengikut David sama-sama bingung. "Jangan tanya macam-macam. Memangnya kalian siapa, merasa berhak tahu?" "Mana Isabell?" David menggerutu. "Lagi bersihin lukanya di mobil. Kamu nggak tanggung-tanggung waktu tendang dia tadi." "Bawa wanita bodoh itu ke hotel. Aku mau lanjut menidurinya." "Oke ..." Kedua pengikutnya senang. Bos mereka lumayan murah hati. Dia kadang menghadiahi mereka wanita yang sudah bosan David mainkan dan Isabell sebentar lagi akan jadi salah satunya. ... Sementara itu, di dalam off-road Mercedes berwarna putih, Stella sedang membicarakan keluarga David. "Namanya David Yunanda. Dia punya kakak bernama Julius. Keluarga Yunanda punya pengaruh yang kuat di Jemara dan terus berkembang. Usahanya sangat besar. Generasi tua keluarga mereka sudah pensiun, jadi sekarang Julius yang memimpin Grup Yunanda." "David cuma anak yang bergantung pada kekayaan keluarganya. Dia suka gonta-ganti pacar setiap dua, tiga hari sekali. Reputasinya di Jemara buruk." "Kalau bukan karena perlindungan keluarga Yunanda dan bantuan diam-diam dari Julius, mungkin dia sudah mati 800 kali." "David pernah menyentuhku dalam keadaan mabuk tahun lalu dan kupatahkan salah satu kakinya waktu itu, jadi dia takut padaku sekarang." "Kak Stella, apa pekerjaanmu?" Hans bertanya dengan penuh minat. Kak Stella menoleh sambil mengedipkan mata. "Coba tebak?" Kekencangan tubuh bagian atasnya terlihat jelas pada mata Hans saat dia menoleh. Apa lagi, sorot matanya yang menggoda serta wangi parfum yang samar dalam mobil membuat Hans hampir menerobos lampu merah. Akhirnya, dia mengerem mendadak. Stella tertawa melihat kecanggungan Hans. Dadanya kembang kempis. Dia bangga pada dirinya. Meski usianya beberapa tahun lebih tua dari Hans, dia dijuluki pembunuh pemuda di Jemara. Tidak ada pemuda yang tidak terangsang saat melihatnya. "Kak Stella, makasih buat bantuanmu tadi." Hans tidak berani menatapnya lagi karena buah dada Stella benar-benar besar. Stella tersenyum tipis. "Kalau pekerjaanmu apa?" "Aku satpam di bar TOP." "Nggak heran." Stella mengangkat bahu. "Pacarmu ... mantan pacarmu itu jelas-jelas perempuan manipulatif. Kamu nggak mungkin bisa memenuhi semua keinginannya." Hans hanya diam dan lanjut mengemudi tanpa suara. Stella dapat menebak suasana hati Hans pasti sedang buruk. Setelah memergoki pacarnya selingkuh tadi malam, mana mungkin hatinya tidak sedih. Jadi, dia memikirkan sesuatu. "Nanti siang sibuk?" "Nggak." "Baguslah, aku mau mengajakmu ke suatu tempat setelah sarapan buat bersantai dan melepas penat." Hans berpikir sebentar. Dia memang tidak punya rencana siang ini, jadi dia mengangguk. "Oke, aku ikut, Kak Stella." Beberapa saat kemudian, mereka tiba di restoran yang disebut Stella sebagai restoran sarapan. Sebenarnya, restoran sarapan itu ada di hotel bintang lima. Stella menenteng tasnya dan mengajak Hans masuk restoran. Penjaga pintu dan pelayan restoran menyapanya dengan ramah. "Kak Stella". Hans terkejut. Sesungguhnya, Stella punya pekerjaan apa? Mengapa akrab dengan orang-orang di hotel bintang lima? Sarapan Stella sangat sederhana, yaitu sepiring bubur dan dua potong kue. Sebaliknya, makan di hotel bintang lima adalah kesempatan langka, maka Hans mengambil makanan yang banyak dan meletakkannya di meja. Stella menatap dengan penuh penasaran. Dia bertanya-tanya bagaimana Hans tahu soal penjahat serta bagaimana Hans bisa bekerja sama dengannya untuk membekuknya. Saat membekuk para penjahat, mereka seolah sudah berdiskusi dan menyusun rencana bersama. Serasa memiliki semacam ikatan batin. Pemuda di depannya ini sungguh penuh misteri. Pada saat hampir selesai makan, mereka disela oleh seorang pria tidak jauh dari situ. "Bu Stella? Kebetulan sekali!" Pria berusia sekitar 50 tahunan yang mengenakan setelan dan kacamata berbingkai emas mendekat. Auranya berwibawa. Stella menaikkan alis dan tersenyum. "Pak Toby, kamu pasti kaget melihatku masih hidup dan makan di sini." Ekspresi Pak Toby seketika berubah. "Maksud Bu Stella?" Stella tertawa sinis. "Pak Toby, kamu mengerti maksudku. Oh, ya ..." Stella melirik jam tangannya, lalu tersenyum. "Nanti mungkin ada telepon yang sangat penting, jangan lupa diangkat." Setelah mengatakan hal ini, Stella mengambil tasnya dan keluar diiringi suara sepatu hak tingginya. Hans buru-buru mengikuti. Sementara itu, ponsel Pak Toby tiba-tiba berdering. Dilihat dari nomornya tampaknya panggilan dari luar negeri dan dia segera mengangkatnya. Di ujung panggilan telepon, seorang pria berkata dengan nada santai dan provokatif, "Pak Toby, putrimu berada di tangan kami ..." "Beraninya kalian!" Pak Toby naik pitam.

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.