Bab 1
"Nona Sheila, kami sudah membuat kesalahan. Penerima transplantasi jantung pacarmu bukanlah CEO Grup Boris, melainkan orang lain. Orang itu sekarang berada di Vatera." Suara si penelepon penuh dengan penyesalan.
Sheila terdiam lama sebelum akhirnya berbicara, di tengah ketidakpastian dan detak jantung yang gelisah dari orang di ujung sana.
"Oke, aku mengerti."
Tepat saat Sheila menekan tombol mengakhiri panggilan, pintu kamar terbuka dengan keras. Diego masuk dengan wajah sangat gelisah. Begitu melihat Sheila, dia langsung meraih tangannya dan menariknya keluar.
"Ikut aku keluar sebentar!"
Tanpa penjelasan apa pun, Sheila ditarik dengan paksa ke dalam mobil oleh Diego. Sepanjang jalan, mobil melaju dengan kecepatan tinggi, menerobos banyak lampu merah. Yang terdengar hanyalah suara deru angin bercampur deru mesin.
Jemari Diego terus menghasilkan suara ketukan yang halus di atas setir, menunjukkan betapa gelisahnya dia saat ini.
Sheila termenung, kenangan sejak pertama kali mereka bertemu hingga saat ini berputar di benaknya.
Sebelum berhasil menikah dengan Diego, dia melakukan segala cara untuk mengejar Diego. Saat mereka mengambil foto pernikahan, mengenakan cincin kawin, bahkan pada malam pertama mereka, Diego tetap bersikap dingin, seakan-akan dia tidak peduli dengan semua itu. Sungguh berbeda dengan emosi tak terkendali yang ditunjukkannya saat ini.
Hanya satu orang yang bisa membuat emosinya terbuka seperti itu.
Beberapa menit kemudian, mobil akhirnya berhenti. Sheila turun dan baru menyadari bahwa Diego membawanya ke rumah sakit.
Setelah bertanya, barulah dia tahu bahwa teman masa kecil sekaligus cinta pertama Diego, Saskia Wulan, mengalami kecelakaan dan membutuhkan donor darah. Kebetulan, dia memiliki golongan darah yang sama dengan Saskia.
Perawat yang tampak cemas, melihat pendonor sudah tiba, segera menarik Sheila menuju ruang donor darah. Namun, Sheila mendadak berhenti dan menoleh ke samping.
"Diego, aku bersedia donor darah, tapi jawablah satu pertanyaanku."
Di tengah kegelisahannya, Diego terlihat agak kesal karena mengira Sheila ingin bertanya tentang Saskia. "Hubunganku dengan Saskia akan kujelaskan nanti."
Sheila menggelengkan kepalanya.
"Bukan itu yang ingin kutanyakan."
Sheila tidak peduli dengan hubungan Diego dan Saskia, karena pada dasarnya, orang yang dia cintai bukanlah Diego.
Sepanjang hidupnya, Sheila hanya mencintai satu orang.
Namun, pria itu meninggal dalam kecelakaan beruntun saat mencoba menyelamatkannya.
Setelah meninggal, jantung pria itu didonasikan sesuai dengan keinginannya. Sheila, untuk terus bisa merasakan detak jantung pria yang dicintainya, mencari tahu siapa penerima donor tersebut, hingga akhirnya menemukan bahwa penerimanya adalah CEO Grup Boris, Diego Boris.
Sejak saat itu, dia mulai mengejar Diego dengan penuh semangat. Semua orang tahu betapa dia mencintai Diego, hingga dia dikenal sebagai "Si Bucin" di lingkaran sosial mereka. Meskipun demikian, Diego tetap tidak pernah tergerak hatinya.
Setelah diselidiki, Sheila akhirnya mengetahui bahwa Diego memiliki seorang teman masa kecil sekaligus cinta pertama yang bernama Saskia Wulan. Mereka berdua adalah pasangan sempurna di mata banyak orang, dianggap sebagai pasangan yang ditakdirkan.
Diego menyukai Saskia, tetapi saat dia hendak menyatakan perasaannya, Saskia dengan santai berkata, "Kita harus selalu menjadi teman baik," yang akhirnya membuatnya mengurungkan niat. Setelah itu, Saskia pergi ke luar negeri dan menjalani banyak hubungan romantis. Namun, Diego tetap tidak menyerah, terus menunggunya kembali, menolak semua wanita yang mendekatinya, termasuk Sheila yang mati-matian mengejarnya.
Namun, setelah melihat foto ciuman Saskia dengan sang pacar di sosial media, Diego akhirnya memutuskan untuk menerima perasaan Sheila dan menikah dengannya sebagai bentuk pelarian.
"Aku hanya punya satu pertanyaan. Empat tahun lalu, kamu menjalani operasi transplantasi jantung, siapa nama pendonornya?"
Diego mengernyit, tidak mengerti mengapa Sheila menanyakan hal itu. Namun, kecemasannya terhadap kondisi Saskia membuatnya memilih untuk langsung menjawab.
"Namanya Ivan Wilson."
'Ivan Wilson, satu huruf berbeda dengan Ian Wilson.'
'Kelihatannya memang salah orang.'
"Oke, terima kasih," ujar Sheila sambil mengangguk, tidak bertanya lebih lanjut. Dia lalu berbalik mengikuti perawat menuju ruang donor darah.
Entah mengapa, melihat sosok Sheila yang makin menjauh, Diego tiba-tiba merasakan kegelisahan lain yang tak bisa dia mengerti.
Ketika Sheila melangkah masuk ke dalam ruangan, Diego akhirnya tidak bisa menahan diri untuk bertanya, "Kenapa kamu menanyakan hal ini?"
Wajah Sheila tidak menunjukkan emosi apa pun, seakan itu hanyalah pertanyaan biasa.
"Hanya ingin memastikan."
'Memastikan aku nggak menginginkan dirimu lagi.'
Jarum menembus pembuluh darahnya, darah mengalir melalui selang menuju kantong darah. Sambil mendonorkan darah, dengan tangan lainnya, Sheila mengambil ponselnya dan mengirimkan pesan kepada pengacaranya.
[Tolong buatkan surat cerai. Aku ingin bercerai!]