Bab 408
"Mereka .... Apa maksudnya? Apa nggak memedulikanku lagi?"
"Devan pasti mengatakan sesuatu pada mereka. Dasar bajingan, benar-benar menyebalkan!"
"Mereka benaran sudah mencelakaiku! Sialan."
Liana menggertakkan gigi dengan kesal, merasa sangat emosi.
Liana seperti seekor kera yang terbakar, berjalan mondar-mandir di tempat dengan murka.
"Kak Liana, kamu jangan marah lagi. Mungkin mereka cuma nggak mau memperbesar masalah."
Marco tersenyum, tampak seperti orang baik yang pengertian.
Jelas sekali, Marco juga tidak mau memperbesar masalah ini.
Kalau sampai diperiksa, dirinya juga akan terkena masalah.
"Marco, kamu tetap berhati lunak. Tapi kalau kamu begini, pada akhirnya tetap akan ditindas orang."
"Kelak setelah masuk kampus juga sama, jangan sampai berhati lunak, kalau nggak akan kena rugi."
"Haih, kalau kamu begini, kelak aku mana tenang kamu kuliah di Kota Andalus?"
Liana terlihat tidak berdaya dan tanpa bisa ditahan menghela napas.
Tatapannya penuh dengan kecemasan.
"Kak Liana, kamu
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda