Bab 257
Felix sangat marah, hingga berteriak di telepon.
Pada saat itu.
Handi baru menyadari kesalahannya.
Wajahnya menjadi tegang, seluruh tubuhnya tampak kaku.
Tamat sudah!
Tanpa berpikir panjang, dia segera berlari mengejar Devan, dengan cepat berhasil menyusulnya.
"Teman, tolong tunggu sebentar!"
Handi berteriak.
"Ada apa?"
Devan akhirnya berhenti, memandang Handi dengan tatapan yang makin waspada.
"Teman, aku benar-benar menyukai batu alam ini. Aku berharap kamu bersedia menjualnya."
"Aku tahu apa yang kamu khawatirkan. Kamu merasa harga yang aku tawarkan terlalu tinggi, 'kan?"
"Tapi aku sudah meminta tim profesional untuk menilai batu ini. Harga tersebut adalah hasil dari analisis mereka!"
"Harganya memang tinggi, tapi itu menunjukkan ketulusanku. Aku harap kamu bisa memahaminya!"
Handi berbicara terus terang.
Ekspresinya penuh ketulusan.
Matanya makin menunjukkan kesungguhan.
Namun, Devan tetap sulit untuk memercayainya.
"Jadi? Apa kamu mau memaksaku menjualnya?"
Devan mengangkat alisny
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda