Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 12

"Mengerti? Apa yang nggak bisa dimengerti dari itu?" Desi tampak makin bingung dengan kata-kata Karin. Bukankah yang dikatakan Devan semuanya sudah jelas? "Dia bilang, Ibu menganggap Marco sebagai anak angkat, tapi apakah dia benar-benar anak angkat?" Karin sekali lagi mengulangi kalimat yang penuh makna itu. Kemudian, dia menatap mata Desi. Keduanya saling bertatapan, lalu terdiam cukup lama. "Itu ... apa yang sulit untuk dipahami?" "Devan cemburu pada Marco, makanya dia mengatakan hal-hal yang merendahkan seperti itu. Ini hanya untuk memprovokasi hubungan mereka." "Nggak perlu terlalu dipikirkan. Meski Marco adalah anak angkat, dia akan selalu menjadi bagian dari Keluarga Atmaja!" Desi menjawab dengan tegas. "Tapi ... aku merasa ada sesuatu yang aneh. Sepertinya dia menyiratkan sesuatu dalam perkataannya." Karin berkata pelan. "Jangan terlalu memikirkan itu. Devan memilih untuk nggak kembali ke Keluarga Atmaja, itu sudah menjadi takdirnya." Desi berkata sambil berbalik pergi, tidak terlalu memikirkannya. Dia berbalik pergi tanpa memberi perhatian lebih. Namun, wajah Karin tampak serius. Dia berdiri sendirian di balkon sambil memandang ke kejauhan. "Apa benar aku yang terlalu memikirkannya?" Karin merasa bahwa ada sesuatu yang salah saat melihat ekspresi Devan ketika dia berbicara. Seolah-olah dia sedang menyiratkan sesuatu dengan sengaja. Malam harinya. Di sebuah kompleks apartemen tua. Devan duduk di meja makan yang penuh dengan hidangan sederhana. Tumis kentang, telur orak-arik, tahu goreng .... "Cobalah. Hari ini aku sengaja pulang lebih awal untuk memasaknya. Lihat apakah ini masih sesuai dengan seleramu." Rania meletakkan hidangan terakhir dengan penuh harap. Semua hidangan ini adalah makanan yang diingatnya sebagai makanan favorit Devan. "Hanya dengan mencium baunya, aku tahu ini pasti enak!" Devan memuji dengan senyum bahagia. "Hehe, aku juga tahu dari sekali lihat kalau ini pasti enak!" Erica yang ada di sampingnya tampak bersemangat. Sendok di tangannya melayang ke sana kemari, tidak sabar untuk mulai makan. Kemudian, mereka mulai makan dengan lahap. Benny sedang dalam suasana hati yang baik. Dia menuangkan segelas anggur, meminumnya dengan penuh kebahagiaan. Melihat keluarganya berkumpul seperti ini, hatinya melayang dengan kegembiraan. "Bagus sekali! Akhirnya kita bisa berkumpul. Ini benar-benar luar biasa!" Benny berkata dengan penuh emosi. "Di masa depan, kita akan sering berkumpul dan makan bersama." Devan membalas dengan senyum simpul. "Kamu akan segera menghadapi ujian akhir. Kalau sudah masuk ke universitas yang bagus, pasti sulit bagimu untuk sering pulang." Rania tertawa ringan, tidak terlalu merasa sedih. Bagaimanapun juga, ini adalah hal yang baik. Masuk universitas yang bagus berarti Devan telah tumbuh sekali lagi. "Kakak, kamu ingin masuk ke universitas mana? Aku juga akan ikut ke sana!" Mata Erica tampak berkilauan ketika menatap Devan tanpa berkedip. Dalam hatinya, nilai Devan selalu sangat baik. Sejak kecil, pekerjaan rumahnya selalu dibimbing oleh Devan. Bisa dikatakan, kakaknya ini seperti seseorang yang serbabisa, paham tentang segalanya. Erica sudah lama menganggap Devan sebagai panutannya. "Bagaimana bisa nilaimu dibandingkan dengan Devan? Masih terlalu dini kalau membicarakan ini sekarang!" Rania segera memotong kata-katanya, tidak ingin Erica terlalu berambisi. Dia sangat paham bahwa kemampuan belajar Devan tidak bisa dibandingkan dengan Erica. Jika bukan karena Devan yang dulu memaksa Erica untuk belajar, mungkin Erica sudah jauh tertinggal. "Huh! Ibu terlalu pilih kasih!" Erica cemberut, wajahnya penuh dengan ketidakpuasan. "Hahaha ...." Benny tertawa terbahak-bahak sembari menggelengkan kepalanya. Kemudian, dia menatap dengan serius ke arah Devan, lalu bertanya, "Kamu pasti sudah memikirkan ini, 'kan? Universitas mana yang ingin kamu tuju?" Semua anggota keluarga menatap Devan, menunggu jawabannya dengan penuh harap. Devan merenung dengan serius, mengingat kehidupannya di masa lalu. Kemampuannya belajar sangat luar biasa, hampir semua materi bisa langsung dikuasai hanya dengan melihatnya sekilas saja. Apa pun soal yang dihadapi, Devan bisa menyelesaikannya dengan mudah, bahkan mengembangkan pemahaman yang lebih dalam. Ini membuatnya tidak pernah merasa tertekan dalam setiap ujian. Sebelum masuk SMA, dia selalu menjadi contoh dari siswa teladan. Semua guru di sekolah memiliki harapan besar padanya. Namun, sejak dia pergi ke Keluarga Atmaja, fokusnya tidak lagi pada pelajaran. Mau bagaimana lagi? Di lingkungan keluarga seperti itu, suasana hati Devan pasti akan berubah. Tidak ada yang memahami, melindungi, ataupun peduli padanya. Devan menjadi tertekan, menderita, serta kehilangan minat belajar. Akibatnya, selama masa SMA, nilainya menurun drastis. Meski begitu, dia tetap bisa bertahan di peringkat 100 besar di sekolah. Tidak ada yang tahu betapa sulit dan menyakitkannya masa-masa itu bagi Devan. Untungnya, semua telah berubah. Mata Devan memancarkan tekad yang makin kuat. Karena dia sudah terlahir kembali, Devan bertekad untuk menjalani kehidupan yang berbeda! Sekarang, dia telah terbebas dari belenggu Keluarga Atmaja, bisa kembali ke rumahnya yang sebenarnya. Tidak ada satu pun yang bisa memengaruhinya lagi. Jika akan melakukan sesuatu, dia akan melakukannya dengan sebaik mungkin! "Aku ingin masuk ke Universitas Buana. Ini adalah impian semua pelajar, nggak terkecuali diriku!" Devan akhirnya mengungkapkan jawabannya. Inilah mimpi yang dia impikan selama lebih dari sepuluh tahun di kehidupan sebelumnya. Sekarang, akhirnya ada kesempatan untuk Devan mewujudkannya. "Apa? Universitas Buana?" Saat mendengar jawaban ini, semua orang tertegun. Mereka sudah membayangkan berbagai kemungkinan, tetapi tidak satu pun yang mengira jawaban ini. Universitas Buana adalah puncak dari semua perguruan tinggi! Hanya mereka yang benar-benar seorang siswa berprestasi luar biasa yang bisa masuk ke sana! Setiap provinsi memiliki siswa terbaik yang rela bersaing ketat demi bisa masuk Universitas Buana. Siapa pun yang diterima di Universitas Buana adalah orang berbakat yang langka. Orang-orang seperti itu akan disanjung di mana pun mereka berada. Perusahaan-perusahaan yang masuk dalam daftar Perusahaan Top 500 Dunia akan berlomba-lomba merekrut mereka! Bagi siswa biasa, masuk ke sana akan sangat sulit. Ini sesulit mendaki langit! "Devan, nilaimu memang harus diakui sangat baik. Aku paham semangat mudamu." "Tapi Universitas Buana itu nggak biasa, persyaratannya sangat tinggi. Kalau pilihan pertamamu gagal, kamu bisa kehilangan kesempatan!" "Hal ini perlu dipikirkan matang-matang, jangan mengambil keputusan dengan terburu-buru!" Benny berkata dengan nada serius, mengungkapkan kekhawatirannya. "Benar, Devan. Kamu boleh percaya diri, tapi jangan sampai terlalu percaya diri. Apa kamu tahu tempat seperti apa Universitas Buana itu?" "Dalam beberapa tahun terakhir, sepertinya hanya putri ketiga dari Keluarga Atmaja yang berhasil masuk Universitas Buana. Seluruh Yuwana nggak ada lagi yang berhasil!" "Kalau kamu ingin membuktikan diri, pergilah ke Universitas Astra, Universitas Abimanyu, atau yang lainnya. Aku juga percaya kamu pasti bisa!" Rania ikut membujuk. Pasangan suami istri ini sangat peduli dengan masa depan Devan. "Kak Devan pasti bisa, aku percaya dia bisa masuk ke sana!" Erica segera berdiri, berkata dengan wajah serius. Di dalam hatinya, Devan seolah-olah mampu melakukan segalanya. "Jangan asal bicara omong kosong, makan saja makananmu!" Rania menegur. "Huh!" Erica hanya bisa merengut dengan wajah sedih, memandang Devan dengan penuh harapan. Devan hanya bisa tertawa kecil sambil menghela napas. "Aku sudah mempertimbangkannya. Kalian tenang saja!" Devan tersenyum santai, menjawab dengan suara lembut. Benny dan Rania yang melihat bahwa mereka tidak bisa membujuk Devan, hanya bisa menyerah. "Baiklah, tapi kamu harus memikirkannya matang-matang. Jangan sampai kamu bertindak gegabah!" Rania kembali mengingatkan. "Baiklah. Sebentar lagi akan ada simulasi ujian, nanti aku akan tunjukkan kemampuanku pada kalian!" Devan tersenyum dengan sudut bibirnya terangkat.

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.