Bab 117
Devan berkata dengan penuh antusias.
"Terima kasih, Kak Devan."
Marco tersenyum tipis, lalu mengambil anggur dan mencicipinya.
Namun, sesaat kemudian wajahnya berubah.
"Uh! Apa ini? Rasanya aneh sekali, menjijikkan!"
"Kak Devan, aku nggak bermaksud menyalahkanmu. Aku cuma ngomong soal anggurnya."
Marco tampak agak kesal, tetapi mencoba tetap sopan.
"Apa?"
"Devan, kamu lagi-lagi ganggu dia, ya? Dia sudah begini, masih saja kamu buat dia menderita!"
"Kalau cuci anggur saja nggak bisa, kamu benar-benar nggak becus!"
Liana memandang Devan dengan mata bulatnya yang besar, penuh kemarahan.
Seluruh ruangan dipenuhi dengan suasana yang sangat tegang.
Bahkan Sonia juga mulai merasa gugup.
"Bau aneh apa ini? Apa yang terjadi?"
Sonia bertanya panik.
"Eh .... Mungkin karena aku baru jatuh dan kepalaku terbentur, jadi indra perasaku agak kacau."
Marco tersenyum pahit, pura-pura membela Devan.
"Kamu makan dulu saja. Aku mau cek apa yang terjadi, mungkin ada masalah sama airnya!"
Devan cepat-cepat me
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda