Bab 115
Dia merasa ada hal lain yang belum dia ingat.
Apa sebenarnya itu?
Di luar rumah sakit.
Desi berjalan cepat dengan wajah kesal.
Saat itu juga, Karin mengejarnya.
"Kak Desi, tunggu sebentar!"
Karin berteriak.
Namun, Desi tetap berjalan tanpa berhenti. Hatinya masih kesal.
Apalagi dengan kejadian yang baru saja terjadi, pikirannya jadi kacau.
"Kak Desi, kamu nggak penasaran, kenapa Devan bisa mengirim pesan suara itu?"
Karin berlari mengejar dan berteriak.
"Bagaimana aku tahu? Dia kelihatan seperti orang yang sangat teraniaya, kelihatan kasihan, padahal dia sebenarnya orang yang sangat licik!"
Desi mulai kehilangan kesabaran, langsung membentak dengan suara dingin.
Rencana Devan membuat Desi merasa sangat malu!
Ini lebih terasa seperti jebakan yang direncanakan khusus untuknya!
Beberapa detik kemudian.
"Kak Desi, ini 'kan perkataan kita sendiri, nggak bisa dibantah!"
Karin menghela napas, berbicara dengan bijak.
Desi menundukkan kepala sedikit, tidak bisa membantah.
Memang, itu adalah kat
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda