Bab 94 Benih Perasaan Seorang Gadis
Tiana menundukkan matanya, dengan hati-hati menyembunyikan gelombang di hatinya. Dia takut jika wajahnya menunjukkan emosi yang tidak semestinya.
Namun, meskipun dia berusaha tetap tenang, tangannya yang menggenggam gelas jus erat-erat tetap tanpa sadar mengungkapkan kegugupan dan kepanikannya saat ini.
Hanya saja, dalam suasana yang bising ini, tidak ada yang menyadarinya.
Setelah selesai berbicara, Nathan tidak lupa menoleh ke Jiro dengan senyum mengejek.
"Benar, 'kan, Dik Jiro?"
Mendengar panggilan itu, Jiro mengernyit dan langsung menoleh, melemparkan tatapan tajam padanya.
"Apa maumu?" Nathan pura-pura polos. "Nggak boleh memanggilmu 'Pak Jiro', panggil 'Dik Jiro' juga nggak boleh?"
Jiro malas meladeninya. Pandangannya kembali berkelana dan secara tidak sengaja melirik Tiana, lalu bertanya, "Tiana, kapan kamu pergi ke Kota Halimun?"
Jantung Tiana berdegap kencang, bibir merah mudanya agak terbuka, bersiap untuk menjawab.
Melihat ekspresi malu-malu adiknya, Yudhis lebih dulu menjaw

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda