Bab 8
Namun, aku tidak menyangka bahwa keesokan harinya, Rania akan mencegatku tepat di depan perusahaan.
Dia punya kantung mata dan rambutnya acak-acakan.
Kulitnya pucat dan penampilannya tidak terurus, aku sampai tidak mengenalinya untuk sesaat.
"Kamu benar-benar memblokirku? Kita masih belum bercerai, kenapa kamu mengabaikanku? Apa kamu masih seorang pria?"
"Perusahaan kita mau bangkrut. Ini semua adalah kerja kerasmu. Apa kamu mau mengabaikannya begitu saja? Apa kamu cuma mau melihatku mati?"
Matanya merah darah dan tatapannya ironis.
Aku merasa ini konyol.
"Kamu pantas menerima ini, 'kan? Sekarang setelah aku pergi, kamu mengerti kalau semuanya akan gagal. Bukannya dulu kamu bilang semuanya akan tetap sama walau nggak ada diriku?"
"Bu Rania juga nggak perlu khawatir. Semua karyaku ada di dalam otakku. Nggak ada yang bisa merebutnya. Selain itu, tuntutan perceraian kita sudah mencapai tahap akhir, sebaiknya kamu nggak menggangguku lagi. Aku nggak keberatan meminta pengacara untuk menguba
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda