Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 3 Pertengkaran

Melihat penolakanku yang sungguh-sungguh, Indra terkejut. Namun, dengan cepat ekspresinya berubah dan dia berkata dengan kesal, "Citra, jangan buat aku marah." Aku tidak suka dia selalu berbicara denganku dengan nada seperti itu. Bahkan wajahnya, yang telah lama aku kagumi, mulai kehilangan daya tariknya. "Aku adalah istrimu, bukan? Aku mencoba bunuh diri dan dirawat di rumah sakit, tapi kamu kembali tanpa sepatah kata pun perhatian. Sekarang kamu malah menuduhku dengan kasar. Indra, apa hakmu memperlakukanku seperti ini?" Kemarahanku tampaknya memicu emosinya. Dia menggenggam pergelangan tanganku dengan kuat dan berkata dengan nada dingin, "Karena semua ini adalah ulahmu sendiri." Cengkeramannya sangat kuat, dan kebetulan tepat mengenai luka di pergelangan tanganku yang aku gunakan untuk mencoba bunuh diri. Aku merasakan sakit yang tak tertahankan, tetapi aku berusaha untuk tidak mengeluarkan suara. Mataku dipenuhi air mata yang hampir jatuh. Dalam mata Indra, aku melihat diriku yang penuh air mata, tampak begitu menyedihkan. Tiba-tiba, Indra melepaskan tangannya, memutarku dan memelukku dari belakang. Dengan nada dingin, dia berkata. “Kali ini biarlah, tapi jangan pernah lagi pura-pura bunuh diri untuk mengancamku.” Aku mencoba melawan, tapi Indra semakin mempererat pelukannya. Jelas, dia tidak ingin aku membantah. Kekuatanku sangat jauh berbeda dengan miliknya. Setelah mencoba melawan beberapa kali dan menyadari itu tidak ada gunanya, aku pun akhirnya menyerah. Ketika aku bangun keesokan harinya, Indra sudah tidak ada di sampingku. Aku mengenakan pakaian seadanya dan turun ke bawah, lalu melihatnya sudah duduk di meja makan sambil sarapan. Pelayan yang ada di sampingnya menyapaku, "Nona Citra, selamat pagi." Aku berdiri di sana tak bergerak. Kemudian, tanpa menatapku, Indra berkata, "Turun dan sarapan." Meskipun hanya sarapan, kemewahannya membuatku terkejut. Aku tak bisa menahan diri untuk berpikir, "Memang pantas mereka disebut keluarga kaya, bahkan sarapan saja begitu megah." Aku duduk di depan Indra dan melihat pelayan menyajikan semangkuk puding sagu untukku. Saat aku mencium aroma mangga, aku mengernyitkan keningku. "Kenapa ada mangga di sini?" Pelayan berkata, "Ini dikirim khusus oleh Nona Dina. Ini juga kesukaannya, diimpor langsung dari Negara Ropeo ... " Tiba-tiba, nafsu makanku hilang. "Aku nggak mau makan." Bunyi denting garpu dan pisau yang di ketukkan ke piring terdengar jelas. Indra mengangkat pandangannya dan menatapku dengan dingin. "Citra, cukup sudah." Dengan penuh amarah terpendam, aku bertanya, "Apa kamu merasa terganggu kalau aku nggak makan mangga?" "Kamu nggak makan ini hanya karena ini dikirim oleh Dina, kan?" Indra berkata dengan wajah dingin, "Citra, kapan kamu bisa mengendalikan rasa cemburumu?" Aku? Cemburu pada Dina? Aku tidak tahu seperti apa diriku yang berusia 25 tahun di depan Indra. Mungkin dia tampak begitu rendah diri dan cemburuan. Namun, bagaimanapun juga, kami adalah pasangan suami istri. Apa dia benar-benar tidak tahu kalau aku alergi mangga? Saat aku baru saja ingin berbicara, pelayan tiba-tiba berkata, "Pak Indra, Nona Dina sudah datang!" Suara lembut terdengar. "Indra, apa aku mengganggu kalian?" Di ambang pintu, terlihat siluet ramping seorang wanita berjalan mendekat. Para pelayan baik pria dan wanita tampak sangat akrab dengannya. Dia pasti sering berkunjung ke sini. Dengan sekali pandang, aku langsung tahu orang itu adalah Dina. Aku menyadari cara pelayan memanggil kami sedikit aneh. Meskipun aku adalah Nyonya Indra yang sah, mereka memanggilku Nona Citra, dan memanggilnya Nona Dina. Tingkat keakraban di antara kami terdengar jelas dari cara mereka memanggil. Tidak heran jika aku yang berusia 25 tahun begitu memusuhi Dina. Sebagai istri sah Indra, aku selalu merasa tidak adil dengan perhatian terang-terangan yang diberikan Indra kepada wanita lain, yang bahkan berlindung di balik status teman masa kecil. Siapa pun pasti akan merasa tidak adil dalam situasi seperti itu. Dina menatapku dengan penuh perhatian. "Nona Citra, aku dengar kamu mencoba bunuh diri ... bagaimana keadaanmu sekarang?" Aku mendengus pelan dan menatapnya tanpa ekspresi. Aku tidak tahu bagaimana diriku yang berusia 25 tahun di depan mereka. Mungkin karena lemah dan terlalu mencintai Indra, aku membiarkan mereka memerintahku sesuka hati. Namun, sekarang aku adalah diriku yang berusia 18 tahun. Aku sama sekali tidak mencintai Indra. Jadi, aku sama sekali tidak perlu menahan rasa sakit atau berdiam diri. Dina berkata dengan sedikit ragu kepada Indra, "Indra, maaf, sepertinya Nona Citra nggak mau melihatku. Mungkin aku seharusnya nggak datang ... " "Kalah kamu tahu itu, kenapa masih datang?" tanyaku langsung. "Apa kamu datang untuk melihat penderitaanku?" Dina langsung terlihat kesal, sementara Indra memarahiku dengan nada dingin, "Citra, berhentilah bertindak sembarangan." Melihat dia membela Dina, aku merasa sangat marah, dan kesanku terhadapnya semakin memburuk. Awalnya, saat aku bangun dan mendapati diriku menikah dengan pria idamanku membuatku merasa bersemangat dan beruntung. Namun, sekarang, sepertinya Indra tidak seistimewa itu. Setampan dan sekaya apa pun dia, apa gunanya kalau tetap membuatku merasa tidak bahagia? Apakah memperlakukan istri sendiri seperti barang bekas membuatnya terlihat hebat? Kalau memang berani, seharusnya dari awal dia tidak menikahiku. Aku merasa sangat marah, sementara Dina tetap tenang dan lembut. "Indra, aku datang kali ini untuk mengundangmu ke pesta perayaanku ... " Setelah mengucapkan itu, dia tampaknya baru menyadari bahwa aku ada di sini, dan merasa kurang sopan jika tidak mengundangku. Jadi dia berkata kepadaku, "Nona Citra, bagaimana kalau kamu ikut juga?" Awalnya, aku memang tidak berniat untuk pergi. Namun, ketika melihat ejekan dan provokasi tersembunyi di mata Dina, aku tiba-tiba tersenyum dan menjawab, "Baiklah, bagaimanapun juga aku adalah Nyonya Indra, aku harus selalu menemani Indra dalam pertemuan sosial."

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.