Bab 77
Namun terlihat dari kondisinya bahwa dia tak bahagia dan nyaman berada di sini.
Aku makan dengan khidmat.
Sesaat selesai makan, ponsel berdering menerima panggilan masuk dari nomor tidak dikenal. Aku menerima panggilan tersebut sembari dilihati oleh mereka bertiga.
"Halo."
Saat panggilan terputus, Yudha sudah mengalihkan pandangannya ke ponsel.
"Siapa?" Liana bertanya dengan perhatian, "Kudengar-dengar, telepon barusan dari perantara properti, 'kan?"
Aku mengangguk.
"Apa?" Kiano seketika mendelik ke Yudha. "Kita itu punya banyak properti, loh. Bisa-bisanya … kamu membiarkan Khaira cari kontrakan? Kakak macam apa kamu ini."
"Om Kiano, Om Kiano!" Aku cepat-cepat menyela perkataannya. "Kumohon … jangan salahkan Kak Yudha. Aku sendiri yang berniat cari kontrakan, aku nggak bisa terus-terusan merepotkannya, 'kan?"
"Nggak perlu merasa sungkan," ucap Kiano dengan kesal. "Kita ini sekarang adalah keluarga."
"Aku juga setuju perkataan Khaira." Liana menambahkan, "Yudha sudah membantu Khaira men

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda