Bab 33
"Dia datang." Aku melepas jaket. Mengingat ekspresinya barusan, aku tidak bisa menahan mual yang merayap di hatiku.
"Dia bilang apa?" Wina, si pecinta makanan, langsung menghentikan gerakan sendoknya. Ekspresi gadis itu langsung tampak antusias.
"Jarang-jarang ada sesuatu yang bisa membuatmu lupa makan."
Begitu mendengar komentarku, Wina kembali menyendok nasi di piringnya. Sambil mengunyah, dia menatapku tidak sabar. "Cepat cerita, jangan buat aku penasaran."
"Dia minta maaf," jawabku sambil berganti baju dengan piama. "Katanya, dia berharap bisa kumaafkan."
"Kamu maafkan?" Wina terperangah. Suaranya langsung naik beberapa oktaf.
"Tentu saja nggak." Aku menghela napas panjang, begitu lelah. "Tapi, Sony juga nggak mungkin buat mengundurkan diri. Kami bekerja di tempat yang sama. Mau nggak mau akan terus ketemu. Jadi, aku cuma bisa bilang, nggak akan cari masalah sama dia."
Saat ini, ponselku berdering. Ketika aku melihat ke arah layar, nomor tidak dikenal tampil di sana.
Dahi Wina semp

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda