Bab 28
Wina menghela napas panjang. "Pekerjaanmu di kafe ini nggak usah diteruskan. Mending keluar saja. Kalau nggak punya uang, biar aku yang tanggung kamu. Nggak usah capek-capek menerima perlakuan begini."
Sejujurnya, hati dan pikiranku melayang pada kondisi yang aku lihat di Kediaman Keluarga Zuriawan. Aku pernah bertekad, suatu hari nanti, kubawa Ibu pergi dari sana, membuatku tidak bisa menyerah begitu saja.
Aku menggeleng. "Bos kafe ini sangat baik, gaji per jamnya tinggi dan jam kerjanya fleksibel. Wina, aku benar-benar butuh pekerjaan ini."
Melihat aku bersikeras, Wina menyerah membujukku. "Kalau begitu, besok aku saja yang menggantikanmu ke kafe. Kamu istirahat dulu saja, ya."
Aku menatap Wina penuh rasa haru, lalu merangkul bahunya. "Wina, terima kasih. Aku traktir kamu makan enak saat gajian nanti."
"Ah, dasar kamu," jawab Wina sambil tertawa, lalu perlahan mendorongku. "Eh, menurutmu, besok Sony akan datang kerja, nggak?"
Mata Wina berbinar penuh keingintahuan dan iseng, sehingga

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda