Bab 322
Tanpa melihat ponsel itu, Agam langsung mematikannya dan memasukkannya ke dalam kantong celananya.
Pamela berpegangan pada pagar baja di Jembatan Amperam sambil memandang ke kejauhan. Angin menerpa rambutnya, membuatnya terlihat anggun dan cantik.
Di seberang, terdapat Sungai Kolos, sehingga dia bisa melihat gedung tinggi termewah di seluruh Kota Marila.
"Hati-hati, jangan sampai jatuh ke sungai!" seru Agam.
Pria itu meraih kerah baju Pamela dari belakang, seakan-akan dia sedang mengangkat seekor kelinci kecil.
Pamela baru saja menikmati pemandangan indah ini kurang dari tiga detik, tetapi keindahan ini sudah dihancurkan oleh Agam.
Pria ini mengangkat Pamela hingga kedua kaki Pamela meninggalkan tanah. Pamela pun merasa tidak nyaman, seperti sedang digantung ....
Pamela benar-benar merasa bahwa terkadang, Agam menganggapnya sebagai anak kecil yang tidak bisa mengurus hidupnya sendiri, hingga Agam selalu mengatur hidupnya Pamela. Sungguh menyebalkan!
"Lepaskan, Paman! Aku nggak bodoh, m
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda