Bab 13
Jovita menarik jas itu dengan kuat dan bertanya, "Pamela, katakan yang sebenarnya. Dari mana kamu mendapatkan jas ini? Bagaimana kamu bisa menemukan seorang pria yang bisa mengenakan pakaian semahal ini?!"
Pamela menatap kedua pakaian itu dengan tidak percaya. Dia hanya menjawab asal, "Apa ini sangat mahal? Ada seorang pria tua baik hati yang meminjamkannya padaku. Aku nggak mengenalnya!"
Pamela tidak terlihat berbohong ketika mengatakan ini. Wajahnya terlihat sangat poloso, tapi Jovita masih tidak percaya.
"Nggak mungkin kamu bisa kenal pria yang bisa memakai pakaian semewah ini! Cepat cuci bersih baju ini, lalu kembalikan pada orang itu! Jangan harap untuk mendekati pria kaya! Pria yang punya selera bagus nggak bakal melirik orang udik sepertimu!"
Pamela tertawa tak peduli. "Omong-omong, kamu belum menjawab pertanyaanku. Di mana suamimu?"
Wajah Jovita terlihat masam. Ketika dia melihat Pamela yang tidak tahu apa-apa, dia pun berkata dengan sombong, "Ehem ... kemarin aku berubah pikiran, jadi nggak jadi menikah. Sekarang aku masih lajang, nggak ada suami!"
Pamela mengangkat alisnya dengan rasa ingin tahu. "Nggak jadi menikah? Keluarga Dirgantara adalah keluarga hebat. Apa status keluarga hebat juga nggak bisa buat kamu tertarik untuk menikah?"
Jovita berdecak kesal, "Keluarga hebat bukan apa-apa! Aku bisa memiliki pria mana pun yang aku inginkan dengan mudah! Usia Tuan Agam sudah mau tiga puluh tahunan, tapi nggak pernah punya pasangan. Dia pasti punya masalah kesehatan atau mungkin nggak punya ketertarikan seksual! Jadi, meskipun dia tergila-gila padaku dan memohon untuk menikahiku, aku nggak akan menikah dengannya dan lebih memilih sendiri seumur hidup!"
Pamela ingin tertawa, tetapi dia hanya mengangguk. "Nah, itu pemikiran yang sangat masuk akal. Jadi, selamat karena telah menghindari kesialan!"
Membawa barang-barang yang sudah dikemas di dalam koper, Pamela turun ke lantai bawah dan mengucapkan selamat tinggal pada Darius. Setelah itu, dia meninggalkan kediaman Keluarga Alister.
Jovita mengikuti taksi Pamela dengan mobilnya. Dia ingin melihat pria seperti apa yang meminjamkan jasnya kepada Pamela.
Pria yang bisa mengenakan pakaian seperti itu pasti memiliki kekayaan triliunan!
Kemarin, dia telah kehilangan harga dirinya karena pesta pernikahan. Jika dia bisa mendapatkan seorang pria kaya dan tampan, dia akan bisa menarik perhatian teman dan kerabatnya lagi!
...
Taksi yang Pamela tumpangi berhenti di kawasan kota lama.
Pamela turun dari taksi, menyeret kopernya untuk masuk ke restoran pinggir jalan. Dia memesan mi dan duduk untuk makan sendirian.
Tak jauh dari situ, Jovita yang duduk di mobilnya menghina Pamela.
Dia mengira Pamela sudah menjadi orang kaya karena bisa dipinjami pakaian mahal. Namun, dia masih saja makan di pinggir jalan.
Saat dia tertawa, ada orang yeng mengetuk jendela mobilnya.
Jovita menurunkan jendela mobilnya dan melihat seorang polisi lalu lintas mendatanginya dengan wajah serius.
"Kamu nggak boleh memarkir di sini, kamu sudah melanggar peraturan lalu lintas. Tolong tunjukkan SIM dan terima surat tilangnya."
Jovita yang mendengar itu langsung menentang, "Nggak ada orang di sini, apa salahnya parkir di sini? Aku seorang figur publik, parkir di sini karena nggak mau dikenali oleh penggemar dan menyebabkan kemacetan. Ini juga merupakan cara untuk mengurangi beban kerja kalian, mengerti?"
Polisi itu mengabaikannya, hanya mengatakan, "Siapa pun kamu, ini adalah jalan pejalan kaki dan nggak ada yang boleh parkir di sini! Mobilmu diparkir secara ilegal. Kalau menolak untuk bekerja sama, aku akan menderek mobilmu sesuai dengan peraturan!"
"Apa? Kamu berani?!"
Jovita melepas kacamata hitamnya, lalu mengatakan, "Perhatikan baik-baik siapa aku! Apa kamu tahu kalau aku memiliki jutaan pengikut di Twitter? Aku akan mengatakannya kepada pengikutku agar komplain terhadapmu!"
Polisi itu tidak menoleh, hanya mengangkat interkom untuk memanggil mobil derek.
Jovita sangat marah hingga berdiri. Dia berdebat dengan polisi sampai menarik perhatian orang-orang yang lewat.
Tidak banyak yang mengenalinya, tetapi semua orang mengatainya tidak ada etika.
Jovita merasa sangat malu dan tidak berani bersikap sombong lagi.
Saat melihat mobilnya diderek, tiba-tiba dia melihat Pamela yang tampaknya sudah kenyang keluar dari kedai itu.
Dia kembali teringat akan apa yang harus dia lakukan, jadi tidak peduli lagi dengan mobilnya.
Dia buru-buru melarikan diri dari kerumunan dan mengikuti Pamela.
Pamela berjalan ke sebuah pusat perbelanjaan besar di kota lama dan langsung ke toko utama dari sebuah merek mewah ternama. Dia memilih-milih pakaian dengan antusias.
Jovita yang memperhatikan dari jauh terbelalak.
Ada yang tidak beres dengan Pamela!
Dari mana dia bisa mendapatkan uang untuk berbelanja di toko mewah dan memilih pakaian di bagian yang paling mahal?
Melihat Pamela sudah selesai memilih pakaian dan keluar melalui pintu di sisi lain toko, Jovita mencoba mengikutinya.
Namun, dia dihalang oleh manajer toko yang antusias. "Nona Jovita, baju-baju nona sudah dikemas. Mau bayar tunai atau pakai kartu kredit?"
Jovita tampak bingung. "Kamu salah paham! Aku saja baru masuk ke toko kalian!"
Manajer toko tersenyum dan berkata, "Bukankah nona adalah aktris terkenal yang bernama Jovita? Asisten nona sudah datang sejak tadi. Dia memilihkan pakaian sesuai ukuran nona dan sudah mengemasnya untuk nona. Yang perlu nona lakukan hanyalah membayar."
Jovita mengerutkan keningnya, lalu menjawab, "Omong kosong macam apa yang kamu bicarakan! Aku datang sendirian dan nggak sama asistenku! Aku nggak minta asistenku buat beli pakaian dari toko ini!"
Beberapa pegawai toko mulai berkumpul dan membicarakannya.
"Dia pasti merasa kalau harga pakaian di sini terlalu mahal, jadi nggak mampu bayar."
"Lihat saja. Dia pakai pakaian keluaran dua tahun lalu yang sudah ketinggalan zaman!"
"Semua aktris lain datang ke toko ini dan menghabiskan banyak uang, tapi Jovita sepertinya cukup miskin. Kudengar beberapa hari yang lalu dia berhenti dari dunia hiburan. Pasti uangnya juga nggak banyak."
Jovita melotot, lalu berkata, "Siapa bilang aku nggak mampu bayar? Aku cuma nggak suka model pakaian di sini!"
Manajer toko berkata, "Nona Jovita, jangan khawatir. Ini adalah model terbaru musim ini yang dirancang oleh duta mode sendiri. Modelnya benar-benar sangat modis. Kalau nona memang nggak punya uang, sayang sekali ...."
"Siapa bilang aku nggak punya uang? Aku punya banyak uang! Ambil dan gesek kartuku!"
Bisikan para pegawai membuat Jovita yang sangat peduli dengan harga dirinya mengeluarkan kartunya dengan enggan. Sekali gesek, dia kehilangan puluhan juta.
Dia menyadari bahwa semua itu adalah ulah Pamela!
Pamela pasti sudah sadar kalau Jovita mengikutinya!
Dia pasti orang yang melaporkannya kepada polisi lalu lintas!
Pamela sialan!
Setelah keluar dari toko mewah dengan menenteng tas belanjaannya, Jovita mengejar Pamela secepat mungkin, berusaha membuat Pamela mengembalikan mobil dan uangnya.
Jovita sudah terlambat. Saat meninggalkan mal, dia melihat Pamela sudah masuk ke dalam taksi lagi.
Jovita memanggil taksi di belakangnya dan mengikutinya.
Kali ini, Pamela tiba di pusat kota.
Saat keluar dari mobil, Pamela berjalan ke sebuah rumah yang sangat megah dengan koper di tangannya.
Jovita tampak tidak percaya karena ini adalah pusat kota.
Siapa pun yang bisa membangun rumah pribadi di sini, orang itu pasti sangat kaya!
Bagaimana mungkin Pamela bisa masuk ke sana dengan mudah?
Apa dia benar-benar menjalin hubungan dengan orang kaya?
Pada saat itu, sebuah mobil hitam melaju dan berhenti di depan rumah besar itu.
Olivia sedang dibantu oleh beberapa pelayan turun dari mobil. Dia baru saja kembali dari rumah sakit setelah menghabiskan infusnya. Wajahnya masih terlihat pucat.
Ketika Jovita melihat ada yang datang, dia menghampiri dan bertanya, "Permisi, siapa yang tinggal di sini?"
Olivia melihat pakaian Jovita yang sudah usang dan merasa jijik. "Apa yang kamu lakukan? Beraninya kamu datang dan mencari tahu kondisi rumah kami?"
Jovita terdiam tidak berkutik ketika berada di depan Olivia yang mengenakan pakaian edisi terbatas. Dia berkata sambil tersenyum malu, "Em ... aku sedang mencari adikku. Barusan, aku melihatnya masuk ke dalam."
Olivia menimpali dengan nada tidak sabar, "Mencari adikmu? Siapa adikmu?"