Bab 66
Setelah kuperhatikan baik-baik, pria tua ini tampak sudah sangat berumur. Di usianya yang serenta itu dia hidup sendirian di tempat yang begitu sepi ... Aku pun tak urung mengerutkan kening. "Anak-anak Anda di mana?" tanyaku.
"Saya nggak punya anak."
Pria tua itu menjawab sambil tersenyum seolah ini bukan hal yang aneh.
Dadaku terasa seperti ditekan, sesak dan sedikit sakit. Aku hanya bisa memaksakan senyum untuk membalas senyumnya.
Tanpa sengaja tatapanku tertuju pada pakaian yang dikenakan pria itu. Bajunya sudah usang dan penuh tambalan di sana sini.
Dengan sabar, dia menjelaskan keunikan karyanya pada kami. Selain itu, dia juga menunjukkan karya barunya yang masih setengah jadi.
Di akhir kunjungan, kami merapikan barang-barang dan bersiap pulang.
Pria tua itu duduk di kursi goyang dan bertanya padaku, "Apa kalian akan ke sini lagi lain kali?"
Aku seketika teringat mendiang kakekku yang sudah lama meninggal. Dulu kakekku juga seperti ini, duduk di kursi goyang di depan rumah dan ber
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda