Bab 22
Ibu membantuku mengambil pesananku. Dia berjalan sambil mengeluh, "Nana, kamu nggak boleh tiap hari makan makanan luar saat Ibu nggak ada di rumah, ya!"
Aku mengangguk dan menerima pesanan makanan itu sambil berkali-kali mengiakan.
Setengah jam kemudian, tubuhku membengkak. Ibu terkejut melihatku.
"Ibu, sepertinya aku alergi."
Sekarang, lidahku mati rasa.
"Aduh, tadi kamu makan apa? Apa ada makanan laut?"
Saat dalam perjalanan menuju rumah sakit, aku diam-diam memakan satu butir obat alergi ketika Ibu tidak memperhatikan. Kemudian, gejalanya sedikit mereda.
Hmm, aku sampai bersusah payah begini agar Ibu tidak tertipu.
Aku alergi makanan laut sejak kecil. Setiap kali, aku harus pergi ke rumah sakit untuk diinfus agar bisa sembuh.
Jadi, Ibu hanya bisa menemaniku dengan berat hati dan berkata kepada orang-orang dalam grup tur wisata bahwa ada urusan di rumah sehingga tidak bisa pergi.
Ibu menyandarkan kepalanya ke sandaran kursi dengan lemas dan berkata, "Kamu ini, nggak pernah memperhati
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda