Bab 47
Yantono tampak tercengang, dia benar-benar tidak menyangka Jetro akan pulang saat ini.
Jetro melewati Yantono, ketika dia berjalan menuju ranjang, suaranya menjadi lebih lembut, "Kakek, kamu sudah bangun."
"Hmm."
Tuan Besar Janto terbatuk dua kali dan wajahnya sedikit melembut, "Naomi datang jenguk aku, mereka ribut besar, siapa yang bisa mengambil keputusan di keluarga ini sekarang!"
"Kalau kalian ingin datang berkuasa di rumah tua, lebih baik tunggu aku mati dulu!"
Ekspresi Yantono berubah, "Ayah, bukan itu maksudku ...."
Jetro menenangkan Tuan Besar Janto, lalu menoleh ke arah kedua orang di depan pintu dengan ekspresi acuh tak acuh, "Kakek sudah bilang, kenapa kalian nggak pergi?"
....
Biarpun tidak mau, Yantono hanya bisa membawa Pratiwi pergi dengan putus asa.
Ruangan menjadi sunyi.
Jetro dengan sabar menarik bangku dan duduk, "Kakek, apakah kamu merasa nggak nyaman? Aku akan hubungi Benny."
Tuan Besar Janto mengangkat tangannya dengan lemah, "Aku tahu kondisi fisikku. Ini penyak
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda