Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 3

"Aku yang lupa atau kamu yang lupa?" tanya Karla dengan tatapan yang dingin. Darel sama sekali tidak meminta maaf atas apa yang dilakukannya tadi, sebaliknya malah mencari kesalahan Karla? Sejak dulu, Karla selalu mematuhi semua perkataan Darel. Setiap pulang bekerja, Karla selalu bersikap seperti seorang istri yang baik. Karla mengelola perusahaan dengan sangat baik, tidak peduli seberapa larut dia pergi membicarakan bisnis, dia tetap akan pergi menjemput Darel selama ada waktu. Ini bukan hanya karena perasaan yang terkumpul selama bertahun-tahun ini, tetapi juga karena ... Ayah Darel. Keluarga Limber berutang nyawa kepada keluarga Horins. Ketika ibunya meninggal dunia, Karla dan adiknya pergi mengantar abu ibunya ke atas gunung. Saat turun dari atas gunung, adiknya pun terjatuh dari lereng gunung. Saat itu, ayah Darel segera datang dan membantu mereka tanpa ragu. Ketika mencoba naik kembali dari bawah, ayah Darel tiba-tiba kehabisan tenaga dan terjatuh, hingga akhirnya meninggal dunia. Sejak kejadian itu, ibu Darel selalu mengutuk Karla setiap kali dia bertemu dengannya. Kalau bukan karena menyelamatkan Kenji, keluarga mereka tidak perlu menderita selama bertahun-tahun. Mungkin karena rasa bersalah atau karena ingin membalas budi, Karla hanya bisa bersikap sabar terhadap perubahan sifat Darel yang semakin buruk. Meski Karla juga memiliki penghasilan sendiri, dia tidak pernah mempermasalahkan di rekening siapa uang tersebut disimpan. Pada akhirnya, kepatuhan Karla membuat Darel menganggapnya sebagai wanita yang lemah. Namun, Darel belum pernah melihat sifat asli Karla. Sebenarnya, mereka berdua sama-sama seperti pemburu. Karla bukanlah target yang bisa diburu dengan sembarangan. "Kamu sudah berani berbicara seperti ini padaku sekarang? Kamu merasa bangga karena mengenal bos besar?" tanya Darel sambil menatapnya. Karla menghindari tangannya, lalu berkata dengan tatapan yang agak menolak, "Bukankah kamu sibuk menjaga Lenni? Bagaimanapun juga, harus ada seseorang yang memperhatikan hidup dan matiku." Darel terdiam cukup lama, lalu berkata, "Kamu sedang menyalahkanku." "Aku ... " ujar Karla. "Darel, apa yang kamu bicarakan dengan wanita sialan itu? Apakah dia masih belum merasa cukup setelah membunuh ayahmu? Dia baru bisa merasa puas setelah menghancurkan keluarga kita? Hei wanita sialan, kamu berutang pada keluarga kami, kamu tentu harus mendengarkan semua perkataan Darel! Kalau bukan karena suamiku, apakah adikmu masih punya kesempatan untuk kuliah?" ujar Vera yang merupakan ibu kandung Darel. Saat ini, Vera berdiri di luar ruangan bersama putrinya, Cindy Horins yang baru saja bercerai. Cindy juga berkata dengan tatapan yang sinis, "Orang yang pintar pasti tahu untuk membicarakan hal ini setelah pulang ke rumah, tapi kamu malah bertengkar dengan kakakku di depan begitu banyak bos besar? Kenapa keluarga kami menjadi begitu sial setelah bertemu denganmu?" Di mata keluarga Horins, Karla adalah seorang wanita yang tidak punya latar belakang keluarga yang kaya. Dia bisa mencapai kejayaannya hari ini karena berkat keberuntungan dari Darel. Dalam pandangan mereka, Karla menjadikan balas budi sebagai alasan untuk mendekati Darel. Kalau bukan karena Karla memiliki sedikit kemampuan di bidang bordir, bagaimana mungkin Darel bisa tertarik padanya? Berbeda dengan Lenni yang memiliki latar belakang keluarga kaya. Sejak 30 tahun yang lalu, keluarganya sudah memiliki mobil mewah dan tinggal di vila. Pada zaman itu, semua orang hanya bisa bersepeda. Orang tua Lenni memang sudah meninggal, tetapi mereka meninggalkan relasi yang cukup besar untuk Lenni. Orang-orang pasti akan membantu karier Darel karena mempertimbangkan Lenni. Dari kedua wanita ini, Vera tentu saja lebih menyukai Lenni. Sebenarnya, ketika Darel masih muda, Vera berharap bisa putranya bisa menjalin hubungan dengan keluarga Guswadi. Setelah kejadian hari ini, Vera benar-benar berharap putranya bisa meninggalkan wanita sialan ini! Darel mengerutkan keningnya sambil menoleh ke arah Vera dan Cindy, "Bisakah kalian berhenti membahas masa lalu? Ayah menolong orang itu atas kemauannya sendiri, lagi pula tidak ada yang ingin kejadian seperti itu terjadi. Tolong jangan ikut campur dalam urusan kami, pulanglah dulu." Darel terlihat begitu angkuh. Sejujurnya, Darel adalah orang yang sangat pintar. Dia menang karena kepintarannya, tetapi juga kalah karena kepintarannya. Terkadang, dia terlalu sensitif dan curiga pada orang lain. Mendengar itu, Vera segera menarik putrinya keluar dari ruangan. Darel kembali menatap Karla dan memperingatkannya, "Jangan pernah berhubungan langsung dengan Grup Cevora kedepannya." Karla kemudian meremas erat kartu nama yang ada di telapak tangannya. Darel kemudian membungkuk dan berkata, "Bisakah? Aku sudah bilang kalau aku akan menikahimu nanti. Kamu hanya perlu menjadi istri yang baik di rumah. Biarkan aku sendiri yang bersosialisasi dengan para bos besar itu." Karla menutup matanya dan tidak berbicara lagi. Di luar pintu, Lenni yang datang mencari Darel menggertakkan giginya. Darel benar-benar ingin menikahi Karla? Dulunya, Lenni pernah meremehkan kemampuan Darel. Setelah melihatnya memiliki perusahaan sendiri dan bisa berinteraksi langsung dengan CEO Grup Cevora, Lenni agak menyesal dengan keputusannya di masa lalu. Saat ini, keluarga Lenni sudah jatuh miskin, harta warisan yang tersisa hanya cukup untuk menghidupinya selama beberapa tahun ke depan. Lenni tidak hanya meminta Darel untuk membayar biaya pengobatannya, tetapi juga ingin memiliki Darel! Dia sudah terbiasa dengan kehidupan yang dimanjakan. Dia tidak ingin menjalani kehidupan yang harus bekerja tepat waktu lagi. Lenni segera pergi setelah teringat dengan sesuatu. ... Setelah kembali ke vila, Karla membuka pintu dengan ragu. Kondisi tubuhnya saat ini benar-benar terlihat sangat lemas. "Bu Karla?" ujar pembantu. "Tidak apa-apa, lanjutkan saja pekerjaan kalian," ujar Karla yang duduk di ruang tamu sambil menatap sekelilingnya. Karla dan Darel tidak tinggal bersama, Darel sering bepergian, jadi rumahnya cukup dekat dengan bandara. Rumah yang ditinggali Karla saat ini baru saja mereka beli kurang dari setengah tahun yang lalu. Karla membayar setengah dari total harga rumah ini karena dia ingin menjadikan rumah ini sebagai rumah masa depan mereka. Darel masuk ke dalam rumah dan berkata, "Karla, ada yang ingin aku bicarakan. Lenni ... " Karla segera memotongnya, "Di mana gaun pestaku?" "Maaf, ya, Karla, setelah kamu diantar ke rumah sakit, aku tiba-tiba merasa tidak enak badan. Aku juga pergi ke rumah sakit dan gaun itu langsung digunting oleh dokter karena suasananya mendesak," ujar Lenni. Lenni kemudian meletakkan kantong yang berisi gaun pesta. Karla melihat jelas kalau gaun itu sudah digunting menjadi tiga bagian. Ini adalah hasil karya ibunya yang dibuat khusus untuknya ... Tidak sama dengan benda-benda yang lain. Saat ini, suasana di dalam rumah seketika berubah mengikuti suasana hati pemilik rumah. Sambil menatap gaun pesta yang hancur itu, Karla pun bertanya pada Darel, "Kenapa dia ada di sini?" "Aku kebetulan ingin membahas hal ini. Lenni memiliki obsesi kebersihan, dia tidak terbiasa tinggal di rumah sakit. Rumahku juga jauh dari rumah sakit, jadi dia akan tinggal di sini untuk sementara waktu," ujar Darel. Jadi? Ini adalah pemberitahuan? Karla hanya menatap gaun pesta itu tanpa mengatakan apa pun. Dia kemudian membawa gaun tersebut ke lantai atas. Di dalam ruang kerja Karla. Setengah ruang kerja Karla diisi dengan perlengkapan kantor, setengahnya lagi diisi dengan perlengkapan bordir. Dia duduk diam di samping bingkai bordir, lalu memegang jarum dan benang dengan tangan yang gemetar. Dia berusaha keras untuk memperbaiki gaun pesta tersebut. Karla berusaha keras untuk menahan setiap tetes air mata yang mengalir dari matanya. Benang yang dipakai di gaun ini sangat halus. Satu benang biasa harus dibelah menjadi ratusan benang kecil yang sangat ringan. Para pengrajin bahkan tidak boleh bernapas terlalu keras ketika menjahit dengan benang halus seperti ini. Pakaian seperti ini juga tidak bisa dijahit ketika musim panas, karena tangan bisa berkeringat dan mengubah bentuk benang. Apalagi air mata yang jatuh. Ketika hampir selesai memperbaiki gaun ini, air mata Karla benar-benar mengalir deras. Dia langsung melempar jarum sulamnya dan menggenggam tepi bingkai sulam dengan tangan yang gemetar. Selama sepuluh tahun ini, dia berusaha keras membesarkan adiknya dan membiayai adiknya untuk kuliah. Dia terus menjahit dan menghasilkan berbagai karya, tetapi belum ada satu pun karya yang membuatnya hancur seperti ini. Hanya tindakan Darel yang bisa membuatnya sehancur ini.

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.