Bab 20 Tidak Suka?
Tangan Arianne yang memegang sendok gemetar. Melihat mangkuk sup yang tersisa separuhnya, dia ragu-ragu sebelum akhirnya berkata, “Mary, bantu aku tambahkan lagi…”
Mary melihat tingkah polahnya dan menjawab pelan, “Ah, mengapa kau begitu takut pada tuan? Dia tidak akan melahapmu.”
Setelah selesai makan, Arianne menaiki tangga dengan susah payah tepat setelah Mary selesai membereskan meja.
Pintu kamar tidur utama separuh terbuka, namun dia masih tetap mengetuknya sebelum masuk.
Mark Tremont sedang membongkar dokumen-dokumen di depan jendela kamar dengan sebatang rokok tersemat di jemarinya. Gelas yang setengahnya terisi anggur merah terlihat di meja kecil disampingnya.
Biasanya, dia mematikan rokoknya ketika Arianne terbatuk dari asap.
“Kemarilah.”
Dia mendekat padanya. “A… apa yang kau mau dariku?”
Meletakkan dokumen yang dia pegang, Mark Tremont mendekap nya tiba-tiba. “Aku akan pergi keluar negeri untuk perjalanan bisnis besok. Ikutlah denganku.”
Arianne sudah tidak mampu berpikir jernih saat didudukan di kaki Mark. Ketika ia mendengar bahwa Mark ingin mengajaknya pergi, rasa panik menyerangnya.
“Kau dalam perjalanan bisnis… bukankah le… lebih baik jika aku tidak ikut?”
Selama sepuluh tahun terakhir, diantara berada di sekolah atau di rumah. Arianne jarang berinteraksi dengan dunia luar. Dia memiliki sedikit fobia sosial, akan menjadi cemas setiap kali dia pergi ke tempat yang tidak familiar dan bicara dengan orang yang tidak dikenal. Ditambah lagi, dia sejujurnya tidak dapat membayangkan hal apapun yang menyenangkan saat pergi dengan Mark.
“Yakin kau tidak pergi?” kata-kata Mark Tremont terbisikkan ke sisi wajah Arianne saat ia bicara, membuat keadaannya semakin intim dari sebelumnya dan membuatnya berada dalam sebuah dilema.
Arianne tidak ingin membuatnya kecewa namun dia benar-benar tidak ingin pergi. Secara tidak sadar, dia menjawab dengan cara yang menawan, “Tidak, aku akan menunggu di rumah.”
Mark Tremont sepertinya puas dengan nada bicaranya saat tangannya bergerak untuk mencubit dagu Arianne lalu mencium bibirnya. Rasa manis yang menyegarkan menariknya lebih dalam namun Arianne mendadak berpaling.
“Tidakkah kau suka? Atau… tidak suka melakukannya denganku?” Nada suara Mark Tremont turun sedingin suhu kamar, meningkatkan ketakutan yang dirasakan Arianne.
Membayangkan amarahnya, Arianne menggigit bibirnya. “Bukan…”
Ponsel Mark Tremont yang tergeletak di atas tempat tidur berdering tiba-tiba. Seakan dia telah dimaafkan, Arianne bangun untuk mengambil ponsel itu.
Terlihat seutas kerutan diantara alis Mark Tremont ketika dia melihat panggilan yang masuk di ponselnya namun dia tidak segera mengangkatnya. Arianne memahami situasi itu, ia berbalik untuk meninggalkan Mark dengan senyuman, secara bersamaan dia merasa lega.
Mungkin dia sudah memiliki seseorang yang ia suka dan ingin menikah dan memiliki anak. Lalu, dia akan melepaskanku, kan? Itulah yang dia harapkan.
Kembali ke kamarnya dan berbaring di tempat tidur, Arianne menyalakan ponselnya. Warna-warni terang di layarnya mencerminkan suasana bahagia menyambut liburan yang akan datang tetapi tidak dapat menyalakan hatinya yang muram.
Pesan yang muncul di notifikasinya menarik perhatiannya. Pesan itu dari Tiffany Lane. Nafas Arianne tercekat di kerongkongannya ketika ia membaca teksnya. Will Sivan telah kembali...
Meskipun dia tahu bahwa Will akan segera pergi ke luar negeri lagi karena dia hanya kembali untuk mengunjungi keluarganya selama liburan, Arianne masih merasakan perbedaan. Pria muda yang belum tercemar, dengan mata yang masih berisi seluruh bintang di galaksi meninggalkan kesan yang begitu dalam di hatinya.
Will Sivan dan Mark Tremont adalah dua lelaki yang saling bertolak belakang.
Arianne menelpon Tiffany. “Tiff, kapan...Will akan pergi ke luar negeri lagi?”
Suara mengejek Tiffany terdengar dari ujung telepon. “Kenapa? Tidak mau melihatnya pergi? Aku tidak yakin tetapi akan ada kumpul-kumpul besok. Kau bisa datang? Dia yang buat acara. O iya, aku ingin kau bertemu seseorang juga, dia pacarku. Beritahu aku jika kau bisa datang.”
“Aku akan datang,” Tanpa sadar Arianne menjawab. Sesaat setelah dia menjawab, terlintas Mark Tremont dipikirannya yang akan pergi keesokan harinya. Dia dapat mengambil resiko untuk pergi saat Mark tidak disini.