Bab 14
Pada hari Alicia keluar dari rumah sakit, salju mulai berhenti turun, dan langit menjadi cerah. Jalanan di kedua sisi dipenuhi dengan pohon-pohon yang tampak seperti ranting-ranting kristal.
William mengemudi sendiri untuk menjemput Alicia dari rumah sakit. Pasangan suami istri itu duduk dalam keheningan di sepanjang perjalanan. Suasananya terasa tegang dan berat.
Valencia duduk di kursi belakang, mengembuskan napas ke jendela mobil, lalu menggambar di kaca jendela dengan jarinya. Hati kecilnya dipenuhi dengan kebahagiaan.
Akhirnya, ibunya keluar dari rumah sakit.
Valencia menggambar keluarga mereka bertiga di kaca jendela sambil tersenyum bahagia.
Alicia melihat gambar itu dan hatinya terasa pedih. Tiba-tiba, air matanya mengalir.
Dia menoleh untuk diam-diam menghapus air mata di pipinya, berusaha menenangkan dirinya dan memaksakan dirinya untuk tersenyum. "Beberapa hari lagi adalah ulang tahun Valen, Valen ingin hadiah apa?"
Valencia masih menempelkan wajahnya di jendela mobil dan menjawab pertanyaan ibunya dengan suara ceria, "Ibu, aku ingin seekor anjing Cinnamon Roll."
"Anjing Cinnamon Roll?" Alicia berkata dengan lembut, "Anjing Cinnamon Roll itu ... itu anjing peliharaan, ya? Ibu belum pernah mendengar tentang jenis anjing ini."
"Bukan," jawab Valencia sambil menggelengkan kepala. "Itu anjing kartun, aku ingin anjing Cinnamon Roll dari keramik. Aku dengar dari Jennifer kalau di Jalan Panalu ada sebuah toko kerajinan tangan, kita bisa membeli anjing Cinnamon Roll keramik yang belum diwarnai dan kita bisa mewarnainya sendiri."
Valencia menoleh dan menatap ibunya. "Minggu lalu Jennifer dan Kak Oscar juga pergi ke sana dan mewarnai dua boneka keramik yang sangat lucu."
Alicia menundukkan kepala dan tersenyum lembut. "Baiklah, kalau Valen ingin pergi, ibu akan menemanimu."
Pada hari ulang tahun Valencia yang ke-12, salju turun dengan deras.
Valencia dan ibunya berjalan bergandengan tangan menuju toko kerajinan tangan itu. Mereka sudah memesan anjing Cinnamon Roll keramik yang belum diwarnai sebelumnya, jadi begitu mereka tiba, mereka tidak perlu menunggu lama. Pemilik toko langsung membawa keluar anjing Cinnamon Roll keramik yang sudah disiapkan, dan mereka mulai mewarnainya.
Itulah pertama kalinya mereka berdua bekerja sama menyelesaikan sebuah karya kerajinan tangan.
Valencia sangat puas dengan hasil akhirnya. Anjing Cinnamon Roll keramiknya terlihat persis seperti gambar yang ada, bahkan lebih lucu.
Setelah itu, ibu dan anak itu keluar dari toko dan pergi ke toko kue terdekat.
Alicia memegang kue di tangan kiri dan menggandeng tangan Valencia di tangan kanan. Mereka berjalan melewati salju yang lebat. Namun, Alicia tiba-tiba berhenti dan menoleh dengan pandangan penuh kasih sayang ke arah Valencia.
"Valen, Ibu mencintaimu, sangat-sangat mencintaimu." Suara Alicia lembut dan seketika hilang tertiup angin utara yang dingin.
Hidung Valencia terasa dingin dan memerah.
Ibu sering bilang mencintainya, tetapi dia tidak menyadari ada yang aneh. Dengan suara ceria, dia menjawab, "Ibu, Valen juga sangat mencintai Ibu."
Alicia merasa hidungnya mulai terasa sesak dan air matanya kembali muncul.
Anaknya yang masih kecil, baru berusia 12 tahun. Namun, dia tidak bisa menemani anaknya lagi, apa yang harus dia lakukan?
Takut Valencia melihat air matanya, Alicia berbalik dan melanjutkan langkahnya.
Valencia digandeng ibunya melewati keramaian di Jalan Panalu dan akhirnya sampai di parkiran terbuka di luar.
Mobil William terparkir di sana.
Dari kejauhan, Valencia melihat ayahnya berdiri di tengah salju sambil merokok dengan ekspresi wajah yang terlihat sedih dan kesepian.
Ekspresi wajah seperti itu jarang dia lihat. Sementara dia masih bingung, William menatap mereka. Begitu melihat mereka berdua, ekspresi kesedihannya langsung menghilang dan kembali seperti biasa.
Valencia berpikir mungkin itu hanya perasaannya saja.
William mematikan rokoknya, lalu berkata dengan suara serak, "Kalian sudah kembali?"
Alicia hanya menjawab dengan suara pelan, "Ya."
Malam itu, William yang memasak makan malam.
Mereka bertiga duduk bersama di meja makan, dengan suasana yang hangat dan ceria. Valencia mengenakan mahkota dan membuat permohonan sambil meniup lilin ulang tahun.
Kejadian tidak terduga terjadi saat mereka makan kue.
Alicia yang sedang menyuapkan sepotong kue ke mulutnya, tiba-tiba mulai muntah darah dengan sangat banyak.
Valencia terkejut dan ketakutan. Kue yang dipegangnya terjatuh ke lantai dan mengotori sepatu kulit barunya.
William panik dan segera menggendong Alicia. Suaranya tercekat. "Alicia, Alicia, jangan bikin aku takut. Aku akan segera membawamu ke rumah sakit."
Pembantu menghubungi "119" dengan panik, sementara Valencia berdiri terdiam di samping. Matanya kosong dan pikirannya kosong.
Kenapa bisa begini? Tadi semuanya baik-baik saja, kenapa Ibu tiba-tiba muntah darah?
Bukannya dokter bilang Ibu bisa keluar dari rumah sakit?
Bukannya Ibu sudah sembuh?
Ambulans segera datang.
Tenaga medis mengangkat Alicia ke dalam ambulans.
Sebelum pergi, Valencia melihat ibunya yang menatapnya dengan mata penuh air mata, mulutnya terbuka seperti ingin mengatakan sesuatu.
Ibunya sudah sangat sakit hingga tidak bisa berbicara, bibirnya bergerak-gerak, dan Valencia bisa membaca gerakan bibirnya.
Ibunya mengatakan "maaf".
Dalam sekejap, air mata Valencia mengalir deras. Dia berlari keluar dengan panik, menerobos salju yang turun lebat.
"Ibu, Ibu! Jangan pergi ... "
Ambulans bergegas pergi tanpa menunggu Valencia, segera melaju dan hilang dari pandangannya.
Valencia berlari mengejar ambulans sejauh beberapa langkah, hingga akhirnya ambulans yang membawa ibunya menghilang dari pandangan, baru dia berhenti.
Malam itu, Alicia meninggal dunia.
William menjaga tubuhnya sepanjang malam dan menangis tanpa henti.
Namun, Valencia tidak tahu itu.
Dia tidak bisa mengejar ambulans, bahkan jatuh di salju, dan pembantu yang khawatir keluar untuk mencarinya membawanya kembali.
Malam itu, Valencia demam tinggi. Di dalam tiduran dia terus memanggil "Ibu" dan menangis terisak sepanjang malam.
Saat dia terbangun keesokan harinya, dia mendengar kabar kalau ibunya sudah meninggal.
Valencia tidak berani pergi ke rumah sakit untuk melihat ibunya untuk terakhir kalinya. Dia takut melihat jenazah ibunya yang sudah tidak bernyawa.
Selama waktu itu, dia terus menyalahkan dirinya sendiri, berpikir selama dia tidak melihat jenazah ibunya, maka ibunya masih hidup dan hanya pergi ke tempat yang jauh.
Di dalam hati Valencia, wanita yang lembut, selalu tersenyum dan cerah seperti cahaya musim semi itu akan selalu hidup.
Setelah Alicia meninggal, Valencia menghabiskan hari-harinya dengan memeluk boneka keramik itu, tidak makan atau minum, tidur saat lelah, dan bangun hanya untuk menangis diam-diam.
William seolah-olah menjadi tua sepuluh tahun dalam semalam, matanya kehilangan cahaya, rambutnya pun mulai memutih, dan dia tidak punya energi lebih untuk merawat putrinya.
Kemudian, William bahkan didiagnosis dengan depresi.
Valencia pernah berpikir kalau William tidak akan pernah menikah lagi seumur hidupnya karena ayahnya sangat mencintai ibunya. Bagaimana mungkin hatinya bisa menerima wanita lain?
Namun, dua tahun kemudian, William malah menikahi sahabat baik ibunya yang dulu.
Saat itu, Valencia marah besar dan langsung pindah ke asrama kampus. Bahkan saat liburan musim panas dan musim dingin, dia selalu sendirian di kamarnya dan tidak berbicara dengan mereka.
Setelah dua tahun kuliah, hubungan antara Valencia dan William mulai sedikit membaik. Namun, begitu dia lulus, William malah memaksanya untuk menikah dengan putra keluarga Wesley sehingga makin memperburuk hubungan ayah dan anak itu.
William mungkin benar-benar marah. Selama ini dia selalu memenuhi permintaan Valencia, tetapi dalam hal perjodohan ini, dia bersikeras tidak mundur, bahkan memblokir kartu bank Valencia untuk memaksanya kembali ke rumah.
Bagi Valencia, perjodohan itu hanyalah pemicu, sebuah penyebab yang makin memperburuk keadaan.
Alasan utama dia meninggalkan rumah adalah karena William menikah lagi.
Ayahnya telah mengkhianati ibunya.
Valencia merasa kalau William ingin mengusirnya dari rumah dengan menyuruhnya menikah begitu dia lulus kuliah. Semua orang bilang kalau anak perempuan yang sudah menikah seperti air yang dibuang, keluarga Kylie tidak akan menerimanya lagi.
Oleh karena itu, dia pergi dengan perasaan marah selama tiga tahun.
Boneka keramik ini selalu dia bawa.
Ini adalah pegangan mentalnya, hadiah terakhir yang diberikan ibunya kepadanya, dan itu adalah hal yang paling berharga baginya.
Namun, sekarang, boneka itu pecah.
Hati Valencia juga hancur bersamanya.
Setelah menangis cukup lama, Valencia mulai mencari cara untuk memperbaikinya.
Kalau dia bisa menemukan seorang ahli perbaikan, mungkin boneka itu masih bisa diselamatkan.
Dia mengambil foto potongan-potongan pecahan itu dan mempostingnya ke Instagram.
"Mencari ahli perbaikan terbaik."
Valencia punya banyak koneksi di Kota Emberton. Beberapa kerabatnya adalah orang-orang besar dan teman-temannya juga berasal dari keluarga kaya, jadi mencari seorang ahli perbaikan seharusnya tidak sulit.
Beberapa menit setelah dia memposting itu, telepon dari Lorenzo datang.
Valencia mengira Lorenzo akan merekomendasikan seorang ahli perbaikan, jadi dia langsung mengangkat telepon.
Suara Lorenzo terdengar cemas dan khawatir. "Valen, kamu terluka?"
Valencia terdiam sejenak, kemudian segera menyadari kalau darah di pecahan keramik itu belum sempat dibersihkan.
"Nggak, itu bukan darahku."
Lorenzo bertanya lagi, "Apa yang terjadi? Kenapa boneka keramik yang diberikan oleh Tante Alicia bisa pecah?"
Valencia terdiam.
Dia tidak tahu harus mulai dari mana.
Hal yang lebih mengejutkan, Lorenzo hanya melihat pecahan itu dan langsung tahu kalau itu adalah boneka keramik yang diberikan oleh ibunya.
Beberapa detik kemudian, suara pria itu terdengar dengan ketegasan yang tidak bisa dibantah. "Aku sekarang akan pergi ke bandara. Tunggu aku, aku akan datang ke Kota Celestia untuk menemuimu."