Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 13

Malam sebelum sidang dimulai. Saat Valencia sedang mandi di kamar mandi, dia mendengar suara barang yang jatuh dan pecah di kamar tidurnya. Dia segera membilas busa sabun dari tubuhnya, mengenakan piama, dan keluar untuk memeriksa. Kamar tidur itu kosong, tetapi ada banyak serpihan keramik di lantai. Valencia langsung mengenali kalau benda yang pecah itu adalah boneka keramik yang diberikan ibunya kepadanya. Itu adalah boneka yang dia warnai bersama ibunya di toko DIY saat ulang tahunnya yang ke-12. Boneka itu berbentuk anjing jenis Cinnamon Roll berwarna biru muda, dengan nama mereka berdua terukir di belakangnya. Melihat serpihan-serpihan yang berserakan di lantai, Valencia merasa darahnya mendidih, dan kemarahan membakar dirinya dalam sekejap. "Siapa yang melakukan ini!" teriaknya dengan marah, lalu berlari keluar dari kamar tidur. "Brak! Brak! Brak!" Valencia tiba di pintu kamar Miguel dan mulai memukul pintu dengan keras. "Miguel! Molly! Siapa yang masuk ke kamarku!" Pintu kamar Miguel terbuka dan pria itu tampak kesal. Matanya dipenuhi ketidaksabaran. "Malam-malam gini ngapain, sih? Kamu nggak mau biarkan orang lain tidur?" Dada Valencia bergerak naik turun karena amarah yang memuncak. Pandangannya tajam dan penuh kebencian, seolah-olah dia ingin membunuh seseorang. "Miguel, apa kamu yang baru saja masuk ke kamarku?" "Siapa yang masuk ke kamarmu?" Miguel menyipitkan mata. "Jangan cari-cari masalah, aku dari tadi di kamar, sedang baca kontrak, dan nggak ke mana-mana." "Kalau bukan kamu, berarti Molly." Valencia tidak mau lagi berbicara banyak dengan Miguel, dia langsung berbalik dan menuju kamar Molly. Kamar Molly berada di ujung koridor. Miguel yang melihat Valencia berjalan dengan penuh amarah, khawatir ada masalah, jadi dia mengikuti di belakangnya. "Molly! Buka pintunya!" teriak Valencia, lalu menendang pintu kamar Molly dengan keras. Miguel terkejut melihatnya. Apa ini benar-benar Valencia yang dia kenal? Sejak kapan dia bisa marah seperti ini? Apa yang terjadi padanya? Molly membuka pintu dengan perlahan, lalu berkata dengan nada santai, "Valencia, kamu kenapa, sih?" Valencia segera meraih pergelangan tangan Molly dan menariknya masuk ke kamar tidurnya sendiri. Molly berusaha melawan, tetapi langkah kakinya goyah mengikuti langkah Valencia. "Lepaskan aku! Valencia, lepaskan aku!" Valencia membawanya ke kamar, lalu melemparkan Molly dengan kasar. "Ah!" Molly kehilangan keseimbangan sehingga lututnya menabrak lemari di sampingnya. "Valencia, kamu gila, ya?" Molly memegangi lututnya dan berteriak marah. "Apa kamu yang memecahkan boneka keramikku?" Valencia mendekat dengan marah, suaranya tajam dan penuh tekanan. "Kenapa kamu masuk ke kamarku tadi?" Molly menunduk dan menghindari tatapan Valencia. Dia jelas merasa bersalah. "Aku ... aku nggak melakukannya. Aku dari tadi di kamar, nggak pergi ke mana-mana. Jangan sembarangan menuduh orang." Valencia menatap mata Molly, suaranya dingin dan tajam. "Benarkah? Aku baru saja keluar dari kamar mandi dan melihat ujung gaun krem kamu dari sela pintu kamar." "Kamu bohong! Waktu itu aku pakai gaun abu-abu, gaun krem ini aku ... " Molly berbicara terlalu cepat dan baru setelah itu dia menyadari apa yang dia katakan. Dia sangat marah. "Valencia, kamu menipuku! Kamu nggak lihat ujung gaunku!" "Apa maksudmu?" Valencia menatap Molly dengan tajam. "Kamu baru ganti gaun ke gaun krem ini, 'kan?" Tatapan Valencia makin dingin dan penuh kebekuan, suaranya seperti es yang sangat dingin. "Kenapa kamu datang ke kamarku?" Molly ketakutan dengan tatapan itu dan tanpa sadar menggigil. "Aku ... aku hanya mau jalan-jalan ... " "Ngapain kamu jalan-jalan ke kamarku?" Molly menelan ludah, ketakutan kalau Valencia menyadari apa yang telah dia lakukan. "Aku ... aku cuma ... " "Sudahlah!" Miguel melangkah maju dan berdiri di depan Molly. "Valencia, jangan cari masalah. Cuma boneka keramik rusak, beli lagi saja. Kenapa harus menyusahkan Molly?" "Plak!" Suara tamparan yang nyaring dan jelas tiba-tiba terdengar. Valencia menggunakan seluruh kekuatannya untuk menampar wajah Miguel. Miguel dan Molly terkejut. "Pergi!" teriak Valencia dengan marah kepada Miguel. "Ini bukan urusanmu! Kenapa kamu yang memaafkannya menggantikanku?" Melihat Miguel ditampar, Molly langsung marah dan menyingkirkan Miguel yang ada di depannya, kemudian berhadapan dengan Valencia. "Kamu berani menamparnya?" "Plak!" Suara tamparan keras lainnya terdengar. "Kamu juga pergi!" Tepat di pipi Molly muncul bekas tamparan yang merah. Molly yang ditampar merasa sangat marah dan cemas, tentu saja dia tidak akan membiarkan hal ini begitu saja. Dia melotot dan mengangkat tangannya untuk membalas tamparan, tetapi Valencia dengan cepat menangkap pergelangan tangannya dan melemparkannya ke samping. Molly terjatuh ke lantai, tangannya menekan tumpukan pecahan keramik, dan darah langsung mengalir deras. "Ah! Tanganku! Tanganku!" Molly berteriak kesakitan. Miguel yang akhirnya sadar langsung berlari mendekat untuk memeriksa luka Molly. "Molly, apa kamu nggak apa-apa?" "Karma!" Valencia menatapnya dengan dingin. "Kalau kamu nggak memecahkan itu, kamu nggak akan terluka." "Valencia, kamu keterlaluan!" Miguel menatap Valencia dengan marah, suaranya meninggi. "Segera minta maaf ke Molly!" Valencia menatap Miguel dengan tajam. "Dia yang harus minta maaf padaku, dia yang memecahkan barang milikku." "Miguel, sakit sekali." Molly menangis terisak-isak di pelukan Miguel. "Cepat bawa aku ke rumah sakit, aku benar-benar kesakitan." "Molly, kamu tahan sebentar, aku bawa kamu ke rumah sakit sekarang." Setelah mengatakan itu, Miguel langsung menggendong Molly. Saat lewat di samping Valencia, dia melirik tajam dan berkata dengan wajah penuh kekesalan, "Pergi! Aku nggak ingin melihatmu lagi!" "Oke," jawab Valencia dengan ekspresi datar dan tegas. Miguel terhenti sejenak, merasa ada yang aneh dengan sikap Valencia. Namun, dia tidak peduli. Tangan Molly masih terus mengeluarkan darah. Dia menatap Valencia dengan tatapan dalam sekali lagi, lalu segera membawa Molly turun tangga. Setelah kedua orang itu pergi, vila itu akhirnya menjadi sunyi. Valencia perlahan berjalan ke tumpukan pecahan keramik, berjongkok, dan dengan tangan gemetar mencoba menyentuh potongan-potongan itu. Air mata jatuh satu per satu, mengenai serpihan keramik. "Ibu, maafkan aku ... Aku nggak bisa melindungi hadiah yang Ibu berikan padaku ... Maafkan aku, Bu ... " Di vila yang besar itu, seorang gadis berjongkok di lantai dan menangis tanpa suara. Pada usia 12 tahun, ibu Valencia jatuh sakit parah. Wanita yang lembut dan anggun, yang selalu tersenyum, sekarang disiksa oleh penyakit yang membuat tubuhnya menjadi kurus dan lemah. Pada saat itu, Valencia baru saja masuk SMP. Setiap pulang sekolah, dia tidak langsung pulang ke rumah, melainkan pergi ke rumah sakit. Dia menemani ibunya, Alicia Dawson, berbicara tentang kejadian-kejadian lucu di sekolah, dan menyanyikan lagu-lagu baru yang diajarkan oleh guru. "Ibu, kapan Ibu akan sembuh?" Valencia duduk di pinggir ranjang pasien ibunya dengan mata cerah yang menyembunyikan kesedihan. Ibunya sudah sakit lebih dari setengah tahun dan kondisinya makin memburuk setiap harinya. Alicia mengelus kepala Valencia dengan lembut, bibirnya tersenyum lembut, dan berkata dengan suara pelan, "Dokter bilang Ibu akan segera keluar dari rumah sakit." "Benarkah?" tanya Valencia degan suara yang ceria. Matanya berbinar. "Ya." Alicia mengangguk, wajahnya pucat, tidak ada warna di pipinya, tetapi tatapannya pada Valencia penuh kelembutan dan keyakinan. "Beberapa hari lagi Ibu akan keluar dari rumah sakit dan kita akan merayakan ulang tahun Valen bersama." "Yey!" Valencia percaya begitu saja. Dia pikir ibunya akan segera sembuh. Namun, kemudian dia tahu, kata-kata "keluar dari rumah sakit" yang diucapkan ibunya bukan berarti sembuh, melainkan karena penyakitnya sudah memasuki tahap parah, dan dokter sudah tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka menyarankan untuk membawa ibunya pulang agar bisa menghabiskan waktu bersama keluarga dan menyelesaikan keinginannya yang belum tercapai.

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.