Bab 17
Steven mengakhiri panggilannya dan mendengar neneknya memanggil. Meski ragu, akhirnya ida melangkah mendekati kerumunan wanita itu.
Semua mata kini tertuju pada sosoknya.
Yolanda memandangi Steven yang tampak dingin dan berkelas, tidak bisa mengalihkan perhatiannya sejak pertama kali melihatnya, sepertinya dia telah jatuh cinta.
Tanpa sadar, dia menarik ujung baju ibunya
Ibu Yolanda juga tahu betul betapa bahanya situasi ini, dengan cepat dia berusaha menenangkan Yolanda.
Steven berhenti melangkah, dan Nyonya Cahyadi tersenyum pada Gea sambil berkata, "Gea selalu disukai sama anak-anak. Kalau dia sama Sony masih bersama, mungkin anaknya..."
"Ibu, kamu bicara apa sih!"
Yolanda langsung menghentikan perkataan Ibunya.
Nyonya Chen segera menutup mulutnya, menyadari kesalahannya.
Namun, tujuan mereka berhasil tercapai.
"Anak, anak apa?"
"Ya ampun, Gea punya anak?"
Nyonya Cahyadi segera berusaha meluruskan, "Bukan gitu maksudku! Aku cuma salah ngomong. Maksudku, Gea itu pinter banget bikin anak-anak nyaman."
Namun, siapa yang percaya dengan alasan itu?
Yolanda diam-diam mengamati raut wajah Nenek Lazuardi, dia tampak tidak senang.
Nenek Lazuardi menatap Gea tajam dan berkata, "Gea, coba jelasin ke saya."
Gea memandang Steven, namun pria itu hanya menatapnya sekilas dan segera mengalihkan pandangannya.
Dengan tegas, Gea berkata pada Nyonya Besar, "Entah ini sengaja atau nggak, harga diri seorang perempuan nggak bisa dipermainkan. Tolong, panggil dokter buat membuktikan semuanya!"
Mencari seorang dokter? Dia terlalu berani!
Apa benar Gea dan Sony tidak pernah bercinta?
Melihat keberanian Gea, Ibu Yolanda mencoba meredakan suasana, "Gea, bibi nggak maksud begitu."
"Aku percaya sama kamu."
Nyonya Lazuardi bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah Gea, dia dengan ramah menggenggam tangan Gea dan tersenyum sambil berkata, "Anak baik, nenek percaya sama kamu."
Sebelum Nenek dari keluarga Tarumanegara bisa membela Gea, Nenek Lazuardi sudah mengambil kesempatan itu. Nenek dari keluarga Tarumanegara menatap tajam, merasa tersaingi dan bingung bagaimana menjelaskan ini pada anaknya nanti?
Nenek Lazuardi melanjutkan dengan tatapan serius, "Kalau kamu udah jadi bagian dari keluarga ini, nenek nggak bakal maafin siapa pun yang berani mejelekan namamu."
Wajah Yolanda dan Ibunya langsung pucat.
Mereka tidak menyangka situasi akan berakhir seperti ini.
Jika Gea menikah dengan Steven, secara tidak langsung mereka juga menghina pria itu. Membayangkan hal ini membuat mereka bergidik.
Gea tidak menyangka Nyonya Besar akan melindunginya. "Makasih, Nek. Gea nggak akan mengecewakan nenek."
Lihat betapa liciknya wanita ini! Gea benar-benar pandai mengambil kesempatan.
Steven tertawa sinis, "Kamu buru-buru banget sih manggil dia nenekmu."
Nyonya Besar menatap Steven dengan tajam, "Steve, kenapa bicara kayak gitu?"
Melihat sinisnya Steven, Yolanda dan para sosialita lainnya merasa lega.
Mereka yakin, tanpa dukungan Steven, upaya Gea sia-sia.
Gea menyadari Steven meremehkannya, namun mendapatkan dukungan dari Nenek Lazuardi dan Tristan sudah cukup baginya.
Musik mulai mengalun, dan cahaya diarahkan ke lantai dansa. Para pria dengan rapi mendekati pasangan yang mereka incar.
Nenek Lazuardi menggendong Tristan dan tersenyum kepada semua orang, "Baiklah, kalian semua pergilah menari!"
Di hadapan semua orang, Gea adalah orang pertama yang mendekati Steven dan mengulurkan tangannya kepadanya, "Tuan Steven, mau menari sama aku?"
Steven memandang tangan yang terulur itu dan dengan dingin berkata, "Nggak mau."
Tanpa memberi kesempatan, dia berbalik dan pergi, seolah tidak ingin berada di situ lebih lama.
Gea tidak menunjukkan kekecewaan. Dia menarik kembali tangannya dan tersenyum tenang, menyapa beberapa Nyonya Besar sebelum akhirnya mengikuti langkah Steven.
Di antara kerumunan, seorang wanita kaya bergumam dengan kesal, "Gea emang nggak tahu malu! Gak liat apa Tuan Steven nggak suka sama dia?"
Para wanita ini menatap rendah Gea, tetapi pada saat yang sama, mereka juga merasa kagum padanya. Apa dia tidak takut dipermalukan?
Mereka tidak tahu, Gea sudah tidak punya pilihan lain.
Yolanda dan ibunya terdiam, menyadari bahwa berita ini pasti akan sampai ke telinga Wano. Mereka harus bergerak cepat.
Karena, semakin lama mereka menunda, semakin kecil peluang yang tersisa untuk mereka bergerak cepat.
"Steven, Steven tunggu sebentar."
Steven berjalan cepat, Gea mengangkat roknya dan berlari mengikutinya.
Steven tidak berhenti sama sekali dan terus berjalan masuk ke rumah utama dan naik ke lantai atas.
"Steven, tolong, sepuluh menit! Lima menit saja, deh!. Aku janji nggak akan lama."
Melihat Steven masuk ke salah satu kamar, Gea segera mempercepat langkahnya.
Steven tiba-tiba berhenti, Gea pun tanpa sengaja menabraknya.
Pria itu langsung berbalik dan menatapnya sinis.
Ternyata dia mendengar permintaannya!
Gea menyadari betapa tingkahnya mungkin tampak seperti sedang menawarkan diri kepada pria di hadapannya.
Dia tidak membela dirinya dan dengan tulus memandang Steven, "Tuan Steven," katanya pelan, "aku tahu kamu lagi nyari istri. Aku berharap kamu dapat mempertimbangkanku sebagai pilihan untuk menjadi istrimu."
Steven mengerutkan keningnya, "Siapa yang ngasih tahu kamu kalau aku lagi nyari istri?"
"Tuan Steven mungkin benci pada wanita, tapi aku mendapatkan restu dari Nenek Lazuardi yang mengadakan pesta ini. Kalau nenek sudah menyukai aku, pasti perjodohan ini akan berjalan lancar."
Gea melanjutkan perkataannya, "Aku tahu, kamu pasti lagi cari wanita yang bisa bikin nenek senang dan yang disukai sama Tristan, kan? Anak kecil butuh keluarga yang utuh dan hangat. Buat sekarang, menurutku aku pilihan terbaik buat Tuan Steven."
Tidak dapat disangkal, wanita ini memang pintar.
Steven melihat Gea dari atas ke bawah, lalu tersenyum sinis, "Percaya diri banget! apa yang bikin kamu yakin kalau aku bakal pilih kamu?"
Perempuan itu menjawabnya dengan percaya diri, "Pertama-tama, aku udah dapat izin dari nenek sama anakmu. Kedua, aku salah satu wanita tercantik di Kota Hatari. Oh iya, tubuh aku ini juga asli, nggak ada operasi sama sekali."