Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 8 Yang Tidak Mau Dibicarakan, Justru Dibicarakan

Tak lama kemudian, tibalah waktu penayangan acara "Aku Cinta Alam". Ivana bangun pagi-pagi, membersihkan halaman rumah, lalu menyiram bunga. Karena akan pergi ke pegunungan, Ivana mengenakan pakaian olahraga. Neneknya adalah seseorang yang juga mencintai alam. Di halaman rumah, selain menanam sayuran, Maria juga menanam bunga. Setelah itu, Ivana membantu neneknya keluar agar bisa berjemur serta menghirup udara segar. Penyakit Maria pulih dengan sangat cepat. Beberapa hari lalu, dia masih terbaring di tempat tidur. Sekarang, dia sudah bisa berjalan dengan bantuan orang lain atau bersandar di dinding. "Ivana memang luar biasa! Dokter lain bilang kalau penyakit ini nggak bisa disembuhkan, tapi Ivana-ku berhasil menyembuhkannya. Nenek yakin kamu pasti akan menjadi dokter hebat, bisa bekerja di Kota Jalwar nanti." Bukan hanya sekali Maria memuji cucunya dengan bangga serta penuh harapan. Ivana hanya tersenyum setiap kali mendengarnya. Namun, tiba-tiba Ivana terpikir akan satu hal. Suatu saat nanti dia harus mengajak neneknya berjalan-jalan di Kota Jalwar. Neneknya sering menyebut-nyebut soal Kota Jalwar, terlihat sangat ingin pergi ke sana. Selain Kota Jalwar, neneknya juga harus mengunjungi tempat-tempat indah lainnya. ... Setelah memastikan neneknya tertidur, Ivana masuk ke dapur untuk menyiapkan sarapan. Di dapur, Jovan sudah lebih dulu mencuci beras untuk memasak bubur. Ivana tidak menyangka, setelah lebih dari setahun meninggalkan rumah, adik laki-lakinya yang dulu pendiam serta tertutup itu sekarang sudah bisa mengurus dirinya sendiri. Setengah jam kemudian, ketiga anggota keluarga itu duduk mengelilingi meja di halaman untuk sarapan bersama. "Nenek, Jovan, aku ikut serta dalam sebuah acara. Nanti tim produksi acara itu akan datang ke sini. Kalian nggak perlu gugup. Kalau ingin muncul di kamera, silakan saja. Kalau nggak mau juga nggak apa-apa," ucap Ivana sambil menggigit sepotong telur. "Acara ... acara apa? Acara yang biasa ada di televisi itu?" Maria menatap cucunya dengan heran. "Ya, kurang lebih begitu," jawab Ivana sambil mengangguk. "Kamu ini ... kenapa membiarkan mereka syuting di rumah kita? Suruh saja mereka ke rumah orang tua kandungmu itu! Haih .... Bagaimana kalau kamu menjadi bahan tertawaan begitu orang-orang melihatnya nanti?" Wajah Maria langsung berubah cemas serta memerah. Rumah kecil itu memang tampak sangat kumuh. Cat di pintu dan jendela sudah mengelupas. Di sudut dinding ada tumpukan barang-barang rongsokan yang dikumpulkan Maria. Mereka juga memelihara seekor kambing, yang pasti menimbulkan bau. Alasan Ivana baru mengatakannya sekarang adalah karena takut neneknya menjadi cemas. "Aku rasa rumah kita ini sudah cukup bagus," jawab Ivana sambil tertawa riang tanpa beban. Selama ada nenek dan adiknya, tidak peduli seburuk apa pun rumahnya, itu tetap akan terasa hangat! "Cepat, buang dulu kardus-kardus dan botol bekas di sana!" Maria tanpa sadar berdiri karena panik. Ivana buru-buru menahannya. Tiba-tiba, suara ketukan terdengar dari luar. "Permisi, apakah Bu Ivana ada di sini?" tanya seseorang dari luar. "Ini .... Apa mereka sudah datang?" Maria menjadi tergagap karena panik. "Nenek, jangan khawatir. Sekarang memang banyak acara yang senang melakukan syuting di desa seperti ini. Acara kami kali ini memang mengambil lokasi di pedesaan." Ivana membantu neneknya duduk kembali, lalu berjalan dengan langkah lebar ke pintu halaman. Begitu pintu terbuka, tampak empat staf produksi tersenyum padanya. Seorang juru kamera bertubuh besar langsung mengarahkan kamera ke wajah Ivana. "Selamat pagi, Bu Ivana. Siaran langsung akan dimulai dari sekarang," kata salah satu staf sambil tersenyum. "Silakan masuk. Apa kalian sudah sarapan?" Ivana menyambut mereka dengan ramah sambil membuka pintu, membiarkan mereka masuk. Kamera mulai merekam ke seluruh area rumah. "Kami sudah makan di mobil tadi," jawab salah satu staf. Namun, di ruang siaran langsung Ivana hampir tidak ada penonton. Hanya sekitar seratus orang lebih, sementara semuanya adalah orang-orang yang membencinya .... Alasan banyak orang yang membenci Ivana ada dua. Pertama, karena dia sering memerankan karakter jahat yang menyebalkan dalam drama. Kedua, karena di kehidupan nyata dia juga punya banyak gosip negatif. Misalnya saja perilaku tidak sopan, suka mencuri sorotan kamera, menindas orang lain, melakukan sensasi murahan, bahkan merebut peran dari orang lain. Beberapa orang yang membencinya bahkan menggabungkan semua cuplikan buruk ini, lalu menyebarkannya ke mana-mana! Seiring berjalannya waktu, Ivana dijuluki sebagai "Kakak Jahat". [Wah, rumahnya kumuh sekali.] [Mungkinkah si Kakak Jahat ini ingin memberikan kesan kalau dia dari keluarga miskin, agar dia terlihat menyedihkan, lalu mencoba membersihkan namanya sendiri?] [Itu mungkin sekali!] [Kenapa ada sampah juga? Pengaturan karakternya terlalu bagus!] Ivana tidak menyembunyikan apa pun. Dia dengan santai memperkenalkan nenek dan adiknya pada semua orang dengan santai, "Ini nenekku, yang ini adikku. Mereka berdua agak pemalu, jadi cukup syuting sebentar saja, ya." "Ah .... Halo semuanya." Maria berdiri dengan bantuan Jovan. Wajahnya tampak memerah ketika dia menyapa dengan logat daerah yang agak canggung. Sedangkan Jovan hanya menundukkan kepala, berusaha sebisa mungkin tidak menarik perhatian. "Halo, Nek. Jangan malu-malu, silakan kalian melanjutkan sarapan," ujar salah satu staf sambil tersenyum. Setelah itu, Ivana menunjukkan isi rumahnya. Sebenarnya, tidak banyak yang bisa ditunjukkan dari rumah tersebut. Ivana berkata, "Ini adalah sayuran yang ditanam nenekku .... Ini bunga-bunga hasil tanamannya juga. Di sini, kami juga memelihara seekor kambing ...." Seakan menyambut perkenalan Ivana, si kambing mengeluarkan suara melengking dari kandangnya. [Apa kalian mendengar suara kambingnya? Apa aku satu-satunya yang merasa senang?] [Apa jangan-jangan keluarga Kakak Jahat ini memang semiskin itu? Tapi sepertinya ini hanya pura-pura.] [Benar sekali. Ini seharusnya hanya akting saja! Dia ingin membersihkan namanya pada saat yang sama!] Sejujurnya, selama bertahun-tahun menjadi kru acara hiburan, ini pertama kalinya mereka melihat rumah artis yang seperti ini .... Biasanya, rumah para artis itu setidaknya adalah sebuah apartemen mewah atau vila yang besar. "Bu Ivana, apakah orang tuamu nggak tinggal di sini?" tanya salah satu staf dengan rasa penasaran. Ketika mendengar pertanyaan itu, ekspresi Ivana sedikit berubah. Senyumannya sempat membeku sesaat.

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.