Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 14 Bertemu dengan Bos Aura Ungu Lagi

"Untuk sementara nggak ada cara lain," ujar Erin dengan wajah penuh ketulusan. Beberapa peserta saling berpandangan, mengeluh sedikit, lalu akhirnya menerima kenyataan dengan pasrah. "Selain itu, kami akan memeriksa barang bawaan kalian sebelum berangkat. Di dalam koper hanya boleh ada pakaian ganti dan perlengkapan mandi. Semua barang elektronik seperti ponsel dan tablet harus diserahkan," lanjut Erin dengan nada serius. Hal ini sebenarnya sudah dijelaskan oleh staf saat penandatanganan kontrak, jadi para peserta tidak merasa keberatan. Mereka pun bekerja sama, membuka koper masing-masing untuk diperiksa staf, menyerahkan ponsel serta tablet mereka. "Selanjutnya, kami akan membagikan ponsel baru pada kalian. Di dalamnya sudah ada kontak para peserta dan staf. Kami sudah mendaftarkan akun WhatsApp, kalian juga sudah dimasukkan ke dalam grup." Saat Erin berbicara, para staf sudah mulai membagikan ponsel, masing-masing dengan stiker nama peserta di bagian belakang. ... Sepuluh menit kemudian, para peserta pun mulai mendaki gunung sambil membawa koper mereka. Tiga peserta wanita yang sebelumnya memakai sepatu hak tinggi, Wendy, Amanda, serta Olivia, telah mengganti sepatu mereka dengan sepatu datar. Sebenarnya, sepatu itu awalnya disiapkan untuk bekerja di ladang setelah memasuki desa. Mereka tidak menyangka harus memakainya lebih cepat dari yang diduga. Namun, sepatu-sepatu itu bukan sepatu olahraga, melainkan sepatu kasual cantik yang dipilih agar tetap cocok dengan gaun mereka. Ryan dan Finley menunjukkan sikap pria sejati dengan membantu membawakan koper para wanita di sebelah mereka. William juga bertanya dengan sopan apakah Amanda dan Ivana membutuhkan bantuan untuk membawa koper. Namun, Amanda dan Ivana sama-sama menolak dengan ramah. Sementara itu, Christo hanya membawa kopernya sendiri, berjalan santai sambil menikmati pemandangan, menunjukkan sikap bebas serta tidak peduli seperti biasanya. Amanda menggandeng tangan Ivana dengan akrab, mengajaknya mengobrol sambil berjalan. Ketika melihat Ivana dan Amanda membawa koper mereka sendiri, Olivia pun merasa sedikit malu. Dia berkata, "Kak Finley, biar aku saja yang membawa kopernya." Olivia khawatir para penonton akan menganggapnya manja. Bagaimanapun juga, tujuannya mengikuti acara penuh tantangan seperti ini adalah membangun citra sebagai gadis yang pekerja keras serta rendah hati. Jika di awal acara saja Olivia sudah terlihat manja, bukankah sia-sia saja dia datang ke acara ini? "Koper ini terlalu berat, kamu nggak akan kuat mengangkatnya. Biar aku saja." Finley tetap bersikeras membawakannya. "Aku akan membawanya dulu sebentar saja. Kalau nanti aku sudah nggak kuat, baru aku akan menyerahkannya padamu," kata Olivia dengan senyum manis. [Wah, sepatu para peserta wanita cantik-cantik sekali. Aku suka sekali sepatu yang dipakai Olivia, aku ingin beli satu.] [Gaun putih Olivia juga anggun sekali, kelihatan seperti bidadari!] [Sepatunya seharga 300 juta, sementara gaunnya seharga 960 juta. Teman-teman, kalian bisa mencari tahu lebih dulu.] [Kalau begitu lupakan saja! Aku nggak mampu, nggak mampu. Selamat tinggal.] [Menurutku, sepatu Bu Wendy juga cantik sekali, kesannya anggun dan berkelas.] [Sepatu Bu Wendy ternyata lebih murah dibandingkan dengan yang lainnya. Aku bisa membelinya.] [Aku sudah membelinya.] [William baik sekali. Dia menawarkan diri untuk membawakan koper para wanita.] [Tuan Muda Christo masih seperti dulu. Gayanya seenaknya sendiri, hahaha ....] [Olivia manis sekali. Benar-benar layak menjadi perwakilan dewi kampus yang polos dan anggun.] Jalanan di pegunungan masih cukup lebar dan landai saat di awal, jadi para peserta masih bisa berjalan sambil menikmati pemandangan sekitar. Tiba-tiba, dari belakang terdengar bunyi klakson mobil, membuat semua orang buru-buru minggir ke sisi jalan. Sebuah mobil mewah berwarna hitam melintas, menarik perhatian semua orang yang tidak bisa menahan diri untuk menoleh. Kaca mobil itu telah dimodifikasi sedemikian rupa, sehingga tidak ada orang luar yang bisa melihat ke dalam. Namun, ini bukan masalah bagi Ivana. Begitu Ivana menoleh, tatapannya langsung bertemu dengan sepasang mata tajam yang dalam serta dingin di dalam mobil. Pria itu memiliki wajah yang bisa dibilang hampir sempurna, seakan dipahat langsung oleh dewa, dibuat dari es dan salju paling murni serta berkilau di dunia ini. Itu dia! Pria yang Ivana lihat di luar kafe pada hari itu, yang dia sebut dengan panggilan Bos Aura Ungu! Pria yang membuatnya merasa tidak asing, seolah-olah mereka pernah bertemu sebelumnya. Ivana langsung mengenalinya. Pria itu tampaknya menyadari bahwa dirinya sedang diperhatikan. Tatapan yang awalnya santai ke luar jendela, langsung terfokus dengan tajam ....

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.