Bab 203 Benih Keraguan yang Berakar
Felicia menunggu sejenak, tetapi Esther di ujung telepon tetap diam, tidak mengucapkan sepatah kata pun. Dia tersenyum tipis, lalu berkata dengan nada lembut namun tajam, "Nenek Esther, aku akan bertanya sekali lagi. Apakah ada hal yang kamu sembunyikan dariku? Apakah kamu pernah membohongiku, atau bahkan memanfaatkan aku?"
Dia menambahkan dengan nada santai namun penuh tekanan, "Nenek Esther, pikirkanlah baik-baik sebelum menjawab."
Nada suara Felicia tetap tenang, seperti air tanpa riak. Jemarinya mengetuk meja dengan ritme pelan. Sambil membuka speaker ponsel, dia meraih cangkir tehnya yang telah diisi ulang oleh Steven, lalu menyesapnya perlahan.
"Nenek Esther, aku sudah memberimu kesempatan," lanjutnya dingin. "Jika kali ini kamu nggak bisa memanfaatkannya dengan baik, maka hubungan kita benar-benar akan berakhir di sini."
Setelah itu, Felicia tidak berbicara lagi.
Steven menatapnya khawatir, tetapi Felicia hanya memberikan senyuman kecil, seolah mengatakan bahwa dia baik-baik saj
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda