Bab 11 Peringatan Untuknya
Kebencian Leonard terhadap Felicia mencapai puncaknya pada saat ini. Meski mereka belum pernah bertemu secara langsung, dalam hatinya, dia sudah menjatuhkan vonis hukuman mati untuk wanita ini.
Baginya, wanita ini sangat sombong, serakah, pendendam, dan egois. Demi menikah dengan keluarga kaya, dia bahkan melakukan apa pun dan sangat tidak tahu malu.
"Ricky, selidiki. Kalau benar itu wanita itu, bawa dia langsung ke hadapanku."
Leonard memerintah dengan wajah muram dan nada yang dingin. Di depan Oliver, dia sengaja tidak menyebut nama Felicia secara langsung.
"Baik, Pak Leonard."
Ricky segera melangkah pergi. Dia mempercepat langkahnya dan matanya memindai sekeliling hingga akhirnya dia melihat sosok Felicia melalui sebuah jendela.
Selain Felicia, ada seorang wanita lain di depannya. Wanita itu punya fitur wajah yang tajam dan menawan, sepertinya dia berdarah campuran. Mereka sedang duduk berhadapan sambil makan.
Saat Ricky memastikan kalau itu memang Felicia, dia merasa campur aduk. Wanita ini benar-benar membuatnya terkesan dengan kegigihannya. Wanita ini bahkan telah berusaha keras demi menarik perhatian Pak Leonard.
Mengejar dari Kota Aldeas ke Kota Bromwal, keteguhan hati seperti ini benar-benar menakutkan.
Ricky melangkah mendekati Felicia dan akhirnya berdiri di hadapan Felicia. "Nona Felicia, kita bertemu lagi."
Felicia menatapnya dan tampak agak terkejut. Dia menelan makanan di mulutnya, lalu bertanya dengan tenang, "Pak Ricky, kenapa kamu ada di sini?"
Ricky bingung. Bukankah wanita ini yang mengejar ke sini? Kenapa sekarang malah bertanya balik?
Ricky tersadar kembali dan berkata dengan sopan, "Nona Felicia, Pak Leonard ingin bertemu dengan Anda."
"Tunggu sebentar, aku selesaikan makanku dulu."
"Apa Pak Ricky ingin makan bersama? Aku yang traktir."
Ricky segera menggelengkan kepala. "Nggak perlu. Nona Felicia, Anda makan dulu saja. Setelah itu, saya akan mengantar Anda untuk menemui Pak Leonard."
"Oke."
Felicia mengangguk, tidak mengatakan apa-apa lagi, dan melanjutkan makannya dengan tenang. Setiap kali datang ke Rumah Sakit Swafael, dokter kepala selalu memberinya makanan khusus.
Felicia tidak suka hal lain, tetapi sangat menyukai makanan enak.
Felicia makan dengan pelan dan sangat anggun. Setelah selesai makan, 20 menit telah berlalu.
Ricky yang menunggu di samping segera berdiri saat melihatnya berdiri.
"Nona Felicia, silakan ikuti saya."
"Feli." Connie segera bangkit. Saat ada orang luar, Felicia tidak mengizinkannya memanggilnya guru. "Aku akan ikut denganmu."
"Nggak perlu."
"Pak Ricky, ayo kita pergi!"
Felicia berbicara dengan nada datar, tetapi Connie berhenti melangkah dengan patuh.
Ricky membawa Felicia mengikuti jalan kecil yang tadi mereka lalui hingga kembali ke tempat sebelumnya. Leonard menyuruh pengawalnya untuk mengantar Oliver ke ruang perawatan yang diatur oleh dokter kepala, sementara dia sendiri berdiri di sudut dinding yang tidak jauh dari situ sambil menelepon.
"Pak Leonard ada di sana."
Felicia mengikuti arah yang ditunjuk Ricky. Dia melihat punggung seorang pria, tingginya sekitar 190 cm, mengenakan setelan hitam yang dibuat khusus dengan tubuh tegap dan postur tinggi seperti pohon pinus yang kokoh.
Pria itu memegang ponsel dengan satu tangan, sementara tangan lainnya tergantung santai di sisi tubuhnya.
Dari punggungnya saja sudah terlihat aura pria itu yang penuh kehormatan, anggun, tetapi dingin dan penuh wibawa.
Felicia teringat kata-kata Esther. Pantas saja Esther bilang kalau pria ini adalah calon cucu menantu yang dipilih untuknya. Esther memang orang yang sangat memperhatikan penampilan. Dia menyukai segala sesuatu yang indah.
Namun, kenapa pria ini ingin bertemu dengannya?
"Nona Felicia, silakan."
"Baik."
Felicia mengikuti langkah Ricky dan berjalan menuju arah Leonard. Namun, saat mereka masih sekitar 10 meter jauhnya, tiba-tiba Leonard melangkah dengan cepat menuju pintu utama rumah sakit, seolah-olah ada hal mendesak yang harus dilakukan.
Ricky bingung.
"Pak Leonard, Pak Leonard."
"Nggak usah dipanggil lagi." Felicia tidak melihat wajah Leonard secara langsung, tetapi pria yang memanggilnya ke sini lalu pergi tanpa penjelasan apa pun ini jelas tidak sopan.
"Kalau Pak Leonard sedang sibuk, lain kali saja!"
Felicia langsung berbalik dan pergi. Dia harus segera memeriksa pasien keluarga Osbert. Tidak ada waktu untuk bermain-main dengan orang yang tidak tahu tata krama.
"Nona Felicia, Nona Felicia."
Ricky bolak-balik dengan panik. Akhirnya, dia menggertakkan giginya, lalu mengejar arah di mana Leonard baru saja pergi dengan terburu-buru.
Felicia kembali ke kantor dokter kepala, Connie dan dokter kepala sudah menunggu. Setelah pintu tertutup dan tirai ditarik rapat, dokter kepala berjalan ke rak buku, menekan tombol tersembunyi, dan rak buku perlahan bergerak membuka jalan rahasia. Felicia masuk ke dalam.
Tidak lama kemudian, Felicia keluar lagi dengan penampilan yang berbeda. Rambutnya sekarang berwarna putih dengan beberapa kerutan di wajahnya. Dia mengenakan kacamata, tetapi masih tampak penuh semangat.
Connie menyerahkan jas lab putih dan masker untuk Felicia. Felicia menutupi dirinya dengan rapi dari ujung kepala hingga ujung kaki.
"Guru, pasien dari keluarga Osbert sudah menyelesaikan semua pemeriksaan. Ini hasilnya."
Dokter Harry menyerahkan semua hasil pemeriksaan yang telah dilakukan. Felicia mengambilnya dan memeriksanya satu per satu dengan teliti. Setelah melihatnya, dia sudah punya gambaran dalam pikirannya.
"Guru, apa yang Guru katakan sebelumnya memang benar, bagian pembuluh darah jantung dari orang tua ini memang bermasalah."
Harry mengusap dahinya. Kalau guru tidak mengatakannya, dia mungkin tidak akan menyadari ada sebuah tumor kecil yang tumbuh di bawah pembuluh darah di sekitar jantung.
"Ya."
Felicia berkata dengan nada datar, "Lain kali perhatikan dengan baik. Kalau keluarga besar seperti keluarga Osbert dari Kota Eldorado sampai mencari dokter terkenal ke mana-mana, pasti masalahnya nggak sederhana."
Kalau tumor kecil itu tidak ditemukan, kemungkinan besar akan menyebabkan berbagai komplikasi selama operasi. Mengingat usia pasien yang sudah lanjut, sedikit saja kesalahan dalam penanganan bisa memicu serangan jantung mendadak, dan berakhir dengan kematian yang tidak bisa diselamatkan.
Kalau Felicia tidak menerima pasien, dia tidak akan peduli. Namun, kalau dia memutuskan untuk menerima pasien, dia tidak akan membiarkan seseorang mati di bawah tangannya.
Bahkan kalau nyawa orang itu sudah hampir berada di tangan Raja Neraka, dia akan tetap mencoba merebutnya kembali.
"Guru, ada pesan untuk Anda."
Saat bekerja, ponsel Felicia selalu dipegang oleh Connie. Kalau belum masuk ruang operasi, Connie akan melaporkan pesan atau panggilan yang masuk kepadanya.
Bagaimanapun juga, gurunya punya banyak nama samaran. Dia hanya bertanggung jawab untuk bagian Elim, sementara yang lainnya ditangani oleh orang-orang khusus.
Felicia mengambil ponsel, membuka pesan, dan melihat nomor asing yang mengirimkan SMS.
"Nona Felicia, aku peringatkan kamu, jangan terlalu banyak bertanya pada kakekku tentang keberadaanku. Sebagai seorang wanita, hargailah diri sendiri dan cintailah diri sendiri."
Felicia bingung.
Orang ini gila, ya!
Felicia langsung memblokir nomor asing itu dengan tegas.
"Lain kali, kalau ada pesan dari orang gila seperti ini, langsung blokir saja. Sekalian masukkan virus ke ponselnya biar semua pesan yang dia kirim berubah jadi gambar Peppa Pig."
Felicia melemparkan ponsel itu kepada Connie dan melanjutkan diskusi dengan Harry mengenai hasil pemindaian jantung pasien dari keluarga Osbert.
"Baik, Guru."
Connie mengambil ponselnya, membawa ponsel itu ke samping, membuka komputer, lalu mulai mengoperasikan di komputer.
Di sisi lain, setelah Leonard mengirim pesan, dia menunggu balasan dari Felicia. Namun, karena tidak mendapat balasan, dia langsung merasa kesal.
Tadi dia tidak sempat bertemu Felicia karena situasi mendadak. Namun, mengingat kakeknya masih berada di rumah sakit, dia khawatir wanita itu akan mencoba segala cara untuk mengetahui keberadaannya atau bahkan kebiasaan-kebiasaannya dengan tujuan untuk mendekatinya. Oleh karena itu, dia memutuskan untuk mengirimkan pesan peringatan terlebih dulu.
Namun, siapa sangka wanita yang dia anggap sebagai pemburu status sosial itu, seseorang yang ingin menikah dengannya untuk membalas dendam pada keluarga Lumington dan mantan tunangannya itu, sama sekali tidak memberikan tanggapan terhadap pesannya!