Pertemuan Dengan Orangtua Erland
Apa arti diriku di dunia ini, apa benar dunia tidak membutuhkanku atau takdir baik membenciku?
Tidak butuh waktu lama, mobil di bawah kendali Erland berhenti di halaman rumah mewah setelah satpam membuka gerbang diiringi sambutan.
Erland melepas seatbelt. "Turun, ikuti saya," titahnya pada Chloe yang sedang di ambang lamunan.
"Di mana ini?" Chloe menyebarkan tatapannya ke persekitaran.
Erland hanya melirik sesaat ke arah Chloe, kemudian keluar dari mobil.
"Selamat malam, tuan." Lagi, sambutan satpam.
"Mama sama papa ada?"
"Ada, tuan. Tuan Alfred baru saja kembali."
"Mama?"
"Sepengetahuan saya, tadi pagi nyonya mengeluhkan sakit kepala. Mungkin sekarang sedang beristirahat."
Erland mulai melangkah meninggalkan satpam, pun Chloe yang baru saja keluar dari mobil.
Sebuah pintu besar didorong hingga terbuka lebar. Erland masuk, meninggalkan Chloe yang berjarak sekitar dua meter. Entah kemana perginya pria itu? Kala Chloe masuk Erland sudah menghilang.
Keadaan rumah tampak sepi, tidak seramai di rumah Erland, pelayan berserakan di mana-mana. Chloe duduk di atas sofa mewah dan terawat.
"Ma, Erland minta maaf baru sempat datang."
"Tidak apa, sayang." Pelukan Elena dan Erland menyatu hangat.
"Erland dengar, mama sakit kepala?"
"Iya, tadi pagi. Mama segera memanggil dokter." Elena tampak segar dengan balutan gaun tidur.
Alfred muncul dari dalam kamar. "Putra papa sudah pulang?"
Erland tersenyum tipis. "Papa tidak perlu merindukan Erland atau mengkhawatirkan Erland. Rumah pemberian papa sangat nyaman."
"Bawa Sheilla ke rumahmu, agar dia tahu rumah masa depan kalian."
Erland mendengus kecil diakhiri wajah lirih. "Itu yang akan Erland bahas kali ini. Erland minta maaf datang malam hari."
Alferd dan Elena saling memandang. Alfred menerka, "Ini sudah pukul sebelas malam. Sepertinya kau membawa kabar sangat penting."
Kini, Alfred dan Elena sedang memandangi Chloe-seorang gadis cantik bergaun indah. Namun, masam, gadis itu tidak menunjukan senyuman, sekalipun hanya sepintas.
"Di mana Sheilla?" tanya heran Alfred.
"Erlan akan menikahi gadis ini," cetusnya membuat dua pasang mata orangtuanya terbelalak lebar, pun dengan Chloe. Gadis ini tidak menyangka jika Erland bersedia bertanggung jawab.
Tidak sia-sia usahaku. Batin Chloe. Sepintas ditariknya senyuman miring sebelah.
"Apa maksudmu, Erland?" Alfred mendominasi tanya.
"Sheilla sudah pergi, dia sudah membatalkan pernikahan dan gadis ini adalah gantinya," tutur Erland.
Sekarang Elena yang bertanya, "Apa sejak awal kau menjadikan gadis ini sebagai cadangan andai Sheilla pergi seperti kekasihmu yang lain?"
"Tidak. Erland tidak tahu jika Sheilla akan pergi, sekali lagi Erland meminta maaf telah mengecewakan mama dan papa." Pria ini tampak patuh di hadapan orangtuannya, sangat berbeda jika di hadapan Chloe.
Alfred memegangi pelipisnya, kemudian mendengus kasar. "Bagaimana ini, pernikahanmu dengan Sheilla sebentar lagi, papa tidak ingin menanggung malu di hadapan para kolega!"
"Maka dari itu, gadis inilah pengganti Sheilla."
"Cukup Erland!" Elena seolah mendapatkan pemantik untuk menyalakan amarah, "jangan mempermainkan pernikahan!"
Erland menghembus napas tipis. "Bukan maksud Erland, Sheilla membuatku kecewa dan dia juga pergi begitu saja." Sekarang sendu mulai merayap.
"Mana mungkin, mama kenal betul Sheilla."
"Tidak, mama tidak mengenalnya, bahkan Erland baru mengetahui sifat aslinya." Bayangan bayinya yang dimusnahkan Sheilla masih menyambung asa di dalam dada hingga terasa menutup jalan pernapasan.
"Masalah apa yang kau perbuat hingga Sheilla pergi?" Alfred mulai menginterogasi. Sampai kapan Erland akan hidup sendiri? Sheilla sudah menjadi cahaya harapan guna membawa putra satu-satunya pada pernikahan dan memberinya cucu berkelas.
Erland layu, sendu sudah menjelajahi seluruh hatinya, menunduk lirih adalah hal yang dilakukannya kini, kemudian kembali mengangkat wajah. "Tolong jangan tanyakan Sheilla lagi, Erland berjanji perempuan ini tidak akan mengecewakan," ucapnya pada Alfred dan Elena yang ditatap bergilir, kemudian menatap licik ke arah Chloe, "dia akan memberi kalian seorang cucu."
Chloe hanya mampu menunjukan respon tersentak. Sejak tadi gadis ini hanya dianggap sebuah benda, sejak tadi yang dibicarakan keluarga ini hanya seorang wanita bernama Sheilla dan sekarang perhatian Alfred serta Elena mengarah pada Chloe.
"Siapa namamu?" tanya Alfred yang belum menunjukan ekspresi penyambutan.
"Chloe."
"Apa kesibukanmu dan apa nama perusahaan milik ayahmu, mungkin ayahmu salah satu kolega saya?"
Chloe mengerjap dengan satu alis terangkat, kemudian bergeming sesaat. "Saya tidak mempunyai jawaban apapun." Memang apa yang harus Chloe jawab? Hidupnya tidak memiliki tujuan setelah Erland mengambil satu-satunya harta paling berharga, pun tentang ayahnya. Dulu memang terdapat sebuah gedung pencakar langit milik sang ayah, tapi sekarang gedung itu ikut terkubur kenangan bersamaan dengan meninggalnya Abraham.
Alfred menyelidik bingung ke arah Chloe, kemudian mengalihkan tatapan pada Erland. "Jelaskan pada papa!"
Erland menatap Chloe dengan angkuh sebelum mengabulkan pinta Alfred. "Chloe gadis yatim piatu, tidak punya rumah, tidak punya harta. Dia ...." Ingin berkata bahwa Chloe tidak jauh berbeda dengan gelandangan, tapi itu tidak manusiawi jika harus diucap lisan sekarang, mengingat perlakuan Erland sebelumnya, "pokoknya alasan Erland menikahinya karena dia cantik dan Erland yakin dia rela memberikan cucu terbaik untuk papa dan mama."
"Cukup Erland!" Alfred meneriaki putranya, "sejak kapan kau menjadi orang gila pemabuk? Sopirmu baru saja melapor jika kau pernah mabuk berat!"
Elena menyambung, "Mama menginginkan wanita terbaik yang bisa memberikan cucu memuaskan."
Erland bersikap santai walau baru saja dibentak oleh ayahnya. "Ma, pa ... pegang janji Erland, Chloe tidak akan mengecewakan kalian."
Alfred dan Elena kehabisan kata. Entah sihir apa yang didaratkan gadis bernama Chloe pada putra satu-satunya? "Papa tidak akan toleransi kegagalan!" Alfred berlalu membawa kesal.
Sementara, Elena mengancam putranya, "Jangan permalukan mama dan papa, ingat Erland kau putra kami satu-satunya yang artinya kami tidak memiliki cahaya harapan selain darimu."
"Erland mengerti, ma ... tolong sampaikan maaf Erland pada papa."
"Sudahlah sayang, sebaiknya kau enyahkan gadis ini sekarang juga. Kami muak melihatnya, gadis macam apa yang kau bawa. Hanya sampah!" hina Elena seiring tatapan kebencian untuk Chloe.
Apa yang salah dariku, kenapa banyak orang menghukum atas kesalahan yang tidakku perbuat? Batin Chloe sudah luruh ditelan perih.
"Hei kau!" panggil Erland sepeninggalan Elena, "orangtuaku tidak menyukaimu. Jadi, sebaiknya jangan kecewakan mereka, kau harus mau mengandung anakku, rawat anakku sampai dia lahir!" Erland sudah berdiri sebelum sempat Chloe menoleh. Telinganya hanya mendengarkan ucapan Erland tanpa ingin menatap manusia kejam ini. "Sekarang ayo pulang!"
Lagi, Erland memimpin jalan dengan langkah lebar, meninggalkan Chloe yang dipenjara pilu.
Setibanya di rumah Erland, Chloe hanya diperbolehkan tidur bersamanya untuk membuat keturunan dengan cepat, agar Erland bisa meninggalkannya dengan cepat juga.
"Tolong jangan lakukan!" Chloe mendesak dada Erland agar menjauh darinya saat tubuh mungilnya bersentuhan dengan dinding.
Bersambung ....