Bab 88
Gilbert tak kuasa menahan diri untuk tidak menutupi dadanya dengan tangannya. Rasa sakit yang menyayat hati membuat tenggorokannya langsung tercekat.
Dia merasa kasihan atas cinta Kirana yang terpendam padanya.
Gadis kecil itu tahu dengan jelas bahwa ayahnya ada tepat di depannya, tetapi dia justru tidak berani mengenalinya.
Gilbert mengangkat kepalanya dan melihat ke langit malam di atas kepalanya. Kegelapan malam yang baru saja menyelimuti, entah sejak kapan menimbulkan celah.
Memancarkan sedikit cahaya bulan yang redup.
Cahaya ini seolah memberinya harapan.
Gilbert menekan emosi di dalam hatinya dan berkata dengan suaranya sedikit serak, "Sayang, ini semua salah Ayah. Ayah sudah menyebabkan kamu dan Ibu sangat menderita. Ayah akan menemukan cara untuk menebusnya di masa depan. Tolong percaya pada Ayah, ya?"
Mendengar ada yang tidak beres dalam suara ayahnya, Kirana mengedipkan matanya yang besar dan memanggil pelan, "Ayah."
"Jangan menangis."
Penenang dari putrinya bagaikan seteguk
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda