Bab 38
Setelah berbicara, suasana di antara mereka kembali hening.
Luki tiba-tiba berujar, "Kamu nggak mau bertanya bagaimana aku berencana untuk berhenti merokok?"
Sheila dengan penasaran mengangkat wajahnya dan menatapnya. "Apa masih perlu direncanakan untuk berhenti merokok?"
Luki mengembuskan asap dengan lembut dan menjawab dengan santai, "Tentu saja, aku sangat kecanduan."
Dia terdiam sejenak, lalu menyarankan, "Kalau bisa, sebaiknya jangan merokok, karena nggak baik untuk kesehatanmu."
Luki menggigit bibir dan tatapan matanya disertai senyuman. "Kamu memedulikanku?"
Saat Luki mengucapkan kalimat ini, alisnya terangkat, dan nada suaranya agak rendah.
Sheila merasa agak canggung. Tangannya yang terjuntai di samping tubuhnya mengepal hingga mengendur.
Apa dia peduli pada Luki?
Tidak beranikah dia?
Tentu saja dia tidak pantas melakukannya.
"Maaf, bukan begitu maksudku."
Dengan kata-kata Sheila, senyuman di wajah Luki memudar.
Dia menyipitkan matanya dan memandang Sheila.
Dia merasa agak kes

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda