Bab 10 Apa Orang Itu Sudah Gila?
Ariana terdiam.
Dia tahu Leonard melakukan semua ini hanya untuk mengendalikan situasi.
Pria itu berusaha mencegahnya untuk membatalkan pernikahan.
Menjadi arsitek dan melihat ibunya sadar adalah dua hal yang sangat Ariana inginkan.
Sekarang, Leonard menyodorkan kedua hal itu di depannya.
Apakah Ariana sebaiknya mengalah?
Tiba-tiba, ponsel Leonard berdering.
Karena diletakkan di meja, Ariana melihat nama Mia tertera di layar.
Leonard segera memutus panggilan itu.
"Ariana ... "
Ponsel Leonard kembali berdering, masih dari Mia.
Ariana tersenyum samar. "Sudah, angkat saja."
"Ini ulang tahunmu. Aku nggak mau ada yang mengganggu," ujar Leonard sambil sekali lagi memutus panggilan.
"Janji, ya. Malam ini, pulanglah bersamaku."
Pria itu terus mengejar.
Ariana sudah kenyang, jadi dia pun berdiri. "Mending kamu selesaikan urusanmu saja. Soal aku pindah ke vila, biar aku pikir-pikir dulu."
Usai berbicara, dia langsung berjalan ke pintu.
Leonard buru-buru menyusul dan menarik lengan Ariana. "Nggak ada yang perlu diurus antara aku sama Mia."
"Kalau kamu belum mau pulang, aku nggak akan memaksa. Setidaknya biarkan aku mengantarkan kamu kembali ke Kota Harmonia."
Tanpa menunggu jawaban Ariana, Leonard langsung membukakan pintu mobil dan keduanya pun meninggalkan tempat parkir restoran.
Mia tak henti-hentinya menelepon. Namanya tertera di layar video mobil karena ponsel Leonard terhubung ke sana. Tampilan navigasi pun bolak-balik berubah menjadi halaman panggilan masuk.
"Kamu benar-benar nggak mau mengangkat?"
Ariana lama-lama jengkel mendengar nada dering telepon.
Dengan wajah suram, Leonard langsung mematikan ponselnya. "Di keluarga Sinclair nggak cuma ada aku. Kalau butuh bantuan, dia bisa minta tolong sama yang lain."
Mobil Leonard berhenti di pintu gerbang kompleks apartemen. Ariana turun dan mengucapkan terima kasih sebelum berjalan masuk.
"Ariana," panggil Leonard yang ikut turun dari mobil. "Aku tunggu kamu pulang."
Ariana tidak menjawab dan kembali berjalan.
Baru saja masuk apartemen, Martha Jameson, sahabat Ariana, menelepon dan mengucapkan selamat ulang tahun.
"Maaf, ya. Aku masih ada pekerjaan di luar kota, jadi nggak bisa ikut merayakan ulang tahunmu. Jangan merasa kesepian. Kalau aku sudah pulang nanti, aku temani belanja."
Saat Leonard tidak ada, Martha lah yang selalu menemani Ariana merayakan ulang tahunnya.
"Aku nggak sendiri kok. Tadi, ada Leonard," jawab Ariana dengan santai sambil menuang segelas air.
"Wah, jarang-jarang Pak Leonard punya waktu luang," ujar Martha heran. "Ariana, maaf kalau aku merusak suasana. Tapi, kamu harus hati-hati kalau seorang pria tiba-tiba berubah. Ah, lupakan saja. Pak Leonard orangnya baik. Nggak akan terjadi apa-apa."
Ariana tersenyum getir. Itulah kesan semua orang atas Leonard.
"Kamu nggak merusak suasana kok. Aku lebih suka orang jujur."
Martha menyadari ada yang tidak beres ketika mendengar kata-kata itu. "Ariana, apa maksudmu? Kamu ada masalah sama Leonard?"
"Nanti saja kalau kamu sudah pulang, aku cerita."
"Oke. Apa pun keputusan yang kamu ambil, aku akan selalu mendukungmu."
Dari nada bicara Ariana barusan, Martha sudah bisa menduga bahwa masalah antara sahabatnya dengan Leonard tidak kecil.
Setelah mengakhiri panggilan telepon, Ariana menerima pesan suara dari Rihanna.
"Selamat ulang tahun, calon kakak ipar. Hadiahmu akan kuantar besok ke vila. Nikmati waktumu bersama Kak Leonard. Aku nggak mau mengganggu."
Rihanna Sinclair adalah adik Leonard dan dia sangat dekat dengan Ariana.
Sebagai seorang pengacara terkenal, Rihanna sangat sibuk. Dia juga tidak tahu bahwa Leonard hampir tidak pernah hadir merayakan ulang tahun Ariana.
Meskipun dekat dengan Rihanna, Ariana tidak pernah cerita apa-apa karena bagaimana pun juga, Rihanna adik Leonard dan anggota keluarga Sinclair.
"Terima kasih, Rihanna. Kemarin kita nggak sempat ketemu di acara keluarga. Lain kali kita makan bersama."
Entah sejak kapan, hujan mulai turun dengan deras.
Air hujan langsung mengguyur kaca jendela seperti ditumpahkan dari langit.
Saat berjalan, Ariana terpercik air. Ternyata masih ada jendela yang belum ditutup sehingga air masuk sedikit.
Sambil menjawab pesan, Ariana menutup jendela.
Namun, dia tiba-tiba melihat seseorang berdiri di bawah gedung.
Dengan bantuan cahaya lampu jalan, Ariana langsung mengenali bahwa orang itu adalah Leonard.
Pria itu ternyata tidak pergi!
Apa orang itu sudah gila?
Untuk apa dia berhujan-hujan?
Ariana segera mengambil payung, memakai sandal, dan keluar.
Saat sudah masuk lift, Ariana baru sadar bahwa perhatiannya terhadap Leonard telah menjadi refleks bawah sadar.
Setelah keluar lift, barulah dia menyesal dan ingin kembali ke apartemennya.
Namun, Leonard sudah melihatnya.
Ariana pun terpaksa keluar.
Hujan yang deras membuat Leonard basah kuyup.
"Untuk apa kamu berdiri di sini?" tanya Ariana sambil memayungi Leonard.
"Tadi kamu belum menjawab pertanyaanku."
Saat melihat wajah Leonard yang basah oleh hujan, Ariana teringat bahwa tadi pria itu mengatakan akan menunggunya pulang, tetapi Ariana tidak menjawab.
"Kamu hujan-hujanan cuma gara-gara itu?" Nada bicara Ariana tak kalah dingin dari guyuran hujan. "Leonard, kamu tadi bilang kalau kamu nggak mau memaksaku, 'kan?"
Pria itu berdiri menunggunya di tengah hujan. Bukankah itu sama saja dengan memaksa Ariana untuk pindah ke vila?
"Ariana, percayalah padaku. Aku sudah memutuskan semuanya dengan Mia. Tolong maafkan aku, ya," kata Leonard sambil bersin.
Melihat pria itu basah kuyup dan mungkin terkena pilek, Ariana pun merasa iba.
Hubungan selama delapan tahun tidak mudah dilupakan begitu saja.
Lagi pula, Leonard juga telah melakukan begitu banyak hal untuknya.
Di benak Ariana, kata-kata Henry kembali terngiang. Dia juga harus memikirkan nasib keluarga Evans.
Mungkin, dia bisa memaafkan Leonard kali ini.
"Kasih aku waktu untuk berpikir. Aku baru saja pindah dan masih ingin tinggal di sini sebentar lagi."
Mendengar jawaban Ariana, Leonard langsung memeluknya dengan haru.
"Baik. Asalkan kamu mau pulang ke vila, kamu bisa tinggal di sini dulu. Tapi, jangan terlalu lama."
Tubuh Leonard terasa dingin. Baju Ariana pun ikut basah.
Pada akhirnya, Ariana tidak tega dan berkata, "Kalau begitu, kamu naik dulu dan mandi air panas. Nanti aku telepon sopir untuk mengantarkan pakaianmu."
Ekspresi Leonard seketika berubah.