Bab 174
"Santai saja, fokus saja pada pemulihanmu. Kalau nggak ada hal lain, aku akan keluar dulu. Kalau butuh apa-apa, panggil saja perawat atau istriku. Kami tetap ada di rumah sakit, jadi jangan ragu untuk meminta bantuan."
Ketika melihat Orlin seperti akan menolak lagi, Kiano segera menyelanya, "Dari penampilanmu, sudah jelas kamu bukan berasal dari daerah kecil seperti kami. Aku yakin keluargamu juga pasti berat melepasmu ke sini. Tapi, meski masih muda, kamu tetap mau datang ke tempat terpencil ini untuk mengajar. Itu menunjukkan betapa baiknya hatimu."
Kiano tersenyum lebih tulus dan penuh rasa hormat. Dia menambahkan, "Kamu rela datang ke sini demi anak-anak. Jadi, apa yang bisa kami bantu, terima saja. Kalau kamu menolak, kami justru merasa nggak layak atas semangat dan pengorbananmu."
Mata Orlin mulai berkaca-kaca. Kata-kata penolakannya hanya tersangkut di tenggorokan. Dia tak sanggup berkata apa-apa lagi.
"Kamu istirahat saja. Aku pamit dulu," ujar Kiano sambil meninggalkan ruangan

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda