Bab 99
Keduanya, Albert dan Celine, pergi dengan tampang menahan malu dan canggung.
Om Kelvin menggeleng, tidak habis pikir. "Dasar, sama sekali nggak mau kalah."
Bahkan Om Nico ikut menghela napas. "Perempuan yang dibawa Albert itu memang ada-ada saja kelakuannya."
Rafael berkomentar, mengemukakan pendapatnya kepada kedua orang itu. "Sebenarnya, Pak Albert bisa dibilang cakap dan punya kemampuan. Sayang sekali, dia agak kurang bijaksana dalam mengatur emosi."
Om Kelvin terkekeh mendengarnya. "Masalah sepele begini saja dia nggak paham, bagaimana jadinya kalau sampai kita kasih kepercayaan mengurus proyek besar?"
Om Nico ikut menambahkan, "Dulu, kupikir Albert adalah pemuda yang cukup berani, pekerja keras, dan punya potensi. Sekarang malah kelihatan jelas kalau dia masih kurang pengalaman dan strategi."
Kedua orang penting itu saling bertukar pandang, lalu kembali menggeleng pada saat yang bersamaan.
Aku melirik ke arah Rafael. Aku jadi merinding.
Wajah tampan Rafael tetap terlihat tenang ta
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda