Bab 90
Rafael bertanya, "Kamu bilang apa?"
Aku berdeham. Tanpa mengacuhkan pipiku yang terasa panas, aku menjawab, "Aku bilang ... apa kita bisa ... berpegangan tangan?"
Rafael terlihat terkejut dan kembali tertawa.
Aku meliriknya dan menggerutu, "Barusan kita ... kita berciuman ... "
Kali ini dia mendengarnya.
Dia perlahan berkata, "Iya juga. Kita sudah berciuman. Lelaki macam apa aku kalau nggak mau menggandengmu, padahal kita sudah berciuman?"
Wajahku merah padam. "Bukan begitu juga ... "
Aku belum selesai bicara.
Namun, Rafael sudah menarik tanganku dan menciumku lagi.
Kali ini pikiranku lebih jernih sehingga aku bisa meresponsnya meskipun dengan canggung.
Entah apa yang merasuki Rafael, aku merasa tubuhnya makin panas dan makin erat memelukku.
Dengan sisa-sisa akal sehatku, aku buru-buru mendorongnya menjauh.
Kami berdiri agak berjauhan, berusaha menenangkan diri masing-masing.
Aku berkata, "Itu ... hari ini nggak dihitung."
Rafael mengerutkan kening dan menatapku lekat-lekat, "Apanya ya
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda